Mobil mewah berwarna merah tersebut terparkir rapih di lahan luas halaman kediaman keluarga Kim. Menampilkan sosok luar biasa tampan dengan setelan jins dan kemeja hitam kebesaran membalut tubuhnya. Jungkook melangkah buru-buru memasuki bangunan megah itu, tak ingin Jungha menunggunya, ia ingat kalau ia baru saja meninggalkan Jungha di apartemen baru mereka dengan Dara, ya... Teman sekampus yang sudah Jungkook anggap sebagai nunanya sendiri.Jungkook melangkah dengan pasti, suara cumbuan antara alas sepatu converse dengan lantai keramik mewah itu menjadi pengiring langkah kakinya. Ia bergegas masuk ke kamarnya, meraih sebuah koper hitam miliknya dan sebuah travel bag milik Jungha, memasukkan semua pakaian dan barang-barang mereka berdua untuk di bawa ke tempat tinggal mereka yang baru.
Jungkook marah, tentu saja, ia tak bisa melihat Jungha di perlakukan dengan tak pantas sekali pun itu oleh kakak iparnya sendiri. Dan apa tadi dia bilang? Ia menyekolahkan Jungkook? Cih! Bahkan Jungkook tak meminta hal itu, ia bisa menyekolahkan dirinya sendiri, mengingat mendiang Soojae juga telah memberikan sebuah perusahaan di kawasan Busan untuk Jungkook, jadi dia rasa, ia akan bisa menghidupi dirinya sendiri dan Jungha tentunya, tanpa bantuan si keparat Kim itu. Lihat saja, Jungkook akan buat ia menyesal karena telah menyia-nyiakan Jungha dan kedua bayinya.
Tangan kekar Jungkook meraih dua buah foto berpigura di nakas. Fotonya bersama Soojae dan fotonya bersama si kecil Naeun. Jungkook tersenyum sesaat, mengelus foto-foto itu dengan lembut, hatinya sakit namun inilah yang Jungkook bisa lakukan untuk Jungha.
"Maafkan aku nuna, tapi aku tidak bisa terus bergantung pada hyung." Ia menatap sendu wajah damai mendiang kakaknya lalu mengecupnya pelan.
"Aku pasti bisa menjaga diri," gumam Jungkook lalu menatap wajah sumringah Naeun saat berada di pelukannya.
"Maafkan paman ya, Naeun. Paman harus membawa eonni dulu, tapi nanti... paman janji akan membawamu menemui eonni sesekali." Pria itu kembali tersenyum lalu memasukkan benda terkahirnya dan bersiap pergi.
Menatap sekeliling kamarnya yang selama bertahun-tahun menyimpan jutaan kenangan, bersama Soojae, Naeun, Jungha. Hidup dalam kemewahan seorang kakak ipar, tidak buruk, tapi Jungkook terlalu mencintai Jungha sampai harus meninggalkan segala yang dia punya.
Jungkook merogoh saku celananya, mengeluarkan semua kartu debit yang ia punya dan meletakkannya di atas nakas, bukan hanya kartu debit, tapi semua barang pemberian Taehyung termasuk, kunci mobilnya. Ia tersenyum miris sambil menggenggam gagang pintu.
"Kuharap kau mengerti, hyung." Jungkook memotek gagang pintu, keluar dengan menarik sebuah koper dan menggendong travel bag.
Pergi dan memulai kehidupan barunya bersama Jungha sebagai calon ayah dan seorang pengusaha muda.
****
Pembawa sial!
Tidak berguna!
Jalang!
Murahan!
Pergilah! Dan bawa bayi-bayi sialanmu itu!
Tubuh mungil yang lemah tak berdaya tersebut bergerak gelisah sekali di atas ranjangnya, ruangan remang dan sunyi membuat rasa mencekam. Keringat dingin mulai menghiasi pelipisnya, bibirnya menggumam tak jelas, di ikuti rintihan kecil sarat akan kekhawatiran. Jungha menggeleng histeris dalam tidurnya, mengepalkan tangannya kuat-kuat, berharap mimpi buruknya akan segera berakhir. Namun tubuhnya tak memiliki banyak tenaga untuk sekedar bangun dari mimpi buruk itu.
Setia jengkal dalam bait-bait kalimat menyakitkan itu membuat seluruh saraf dalam tubuhnya mengejang-ngejang, seperti ada anak kecil yang menarik-narik ototnya, Jungha duduk kelewat tegak dan gabas, duduk tegak dalam sekali sentak, seakan di punghungnya ada pegas berkualitas paling bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Jerk Husband
FanfictionCha Jungha telah menata masa depannya dengan sangat baik, merinci setiap apa yang akan ia lakukan setelah keluar dari bangku SMA. Tapi semua itu pudar, tatkala Ayahnya meninggal dan mengharuskannya dipertemukan dengan seorang duda beranak satu yang...