08

10.7K 1K 81
                                    

Rasa-rasanya baru kemarin Jungha tertawa lebar bersama Naeun. Rasa-rasanya baru kemarin ia bisa mengubur rasa sakitnya ke dalam tawa. Melupakan kesakitannya, melupakan apa-apa saja yang mematahkan hatinya, gadis itu rasanya tidak pernah hidup tenang.
Tidak, sampai kapan pun.

Di semenjana malam yang gulita, di tengah redup kamar--yang di atas langit, bulan menyaksikan dengan cahaya sendu dan samar. Menghantarkan kesedihan, penolakan atas pemberian kasih sayang terhadap sesama manusia. Malam di mana penuh noda dan penuh paksaan. Penuh nikmat dan keangkaraan.
Hatinya menjerit sakit, sakit sekali. Harga dirinya hancur, sampai-sampai ke kepingan yang terkecil.
Sampai tidak ada daya upaya bagu Jungha menyelamatkannya.
Jungha kotor, sangat.

"Kau memang patut di hukum, Cha Jungha."

Jungha menggigit bibir. Jemarinya melampiaskan kemarahan lewat cengkraman pada seprai tak berdosa itu. Mulutnya ia tahan agak tidak mengerang. Sedang si Hwan brengsek itu sedang sibuk-sibuknya menikmati tubuh Jungha.
Taehyung menyeringai lagi, ia duduk di antara kaki ramping Jungha. Menarik paksa pakaian gadis itu agar lepas dari tempatnya. Jungha agaknya memberontak, tapi bukan Taehyung namanya kalau ia tidak bisa mengantisipasi. Jungha menggeleng-geleng memberi penolakan, kedua kakinya kelesehan, menendang-nendang angin yang menatapi mereka dengan rengsa.

Jungha berharap ia bisa terlepas dari pria itu, kendati ia tak akan bisa terlepas.
Jungha ingin berusaha.
Ingin melawan, tapi karena penolakan yang ia lakukan, Tehyung jadi marah. Ia lekas mencengkram kedua tangan Jungha, sama sekali tidak memberikan akses untuk melepaskan diri, lalu membungkam bibirnya dengan ciuman menuntut.

"Tidak!"
Jungha memohon di antara keterpaksaannya.
Kedua tangannya lemas, sekujur tubuhnya terasa sakit dan lemas, tampak tak bisa diajak untuk melakukan apa-apa lagi.  Tentu Jungha mengutuk dirinya sendiri. Kenapa ia harus selemah itu? Kenapa?
Ketika Taehyung sudah melucuti seluruh pakaiannya. Pria itu lekas melahap apa yang ada pada tubuh Jungha. Mengecapnya, menggigitnya seperti singa lapar. Sedang Jungha tak bisa melakukan apa-apa. Ia sudah kelelahan melawan.

"Masih mau melawan lagi, hm?"
kata Taehyung lalu menjilat bibirnya.

Pria itu senang bukan main. Apalagi melihat Jungha yang tadinya terus menolak mulai pasrah dan tidak melakukan perlawanan.
Begitu mendapatkan satu kesempatan emas, Taehyung lekas mencium Jungha lagi.
Tangannya gerayangan kemana-mana. Menyentuh apa saja yang pria itu ingin, mencengkramnya dengan penuh hasrat.
Jungha melenguh ketika Taehyung menyentuh titik sensitif miliknya. Wajah gadis itu kacau--tapi tetap cantik, kendati air matanya terus merebak membasahi kedua pipi manisnya. Taehyung terkekeh, gemas sekali.

"Seperti yang kukatakan kepadamu, aku akan bermain lembut jika kau mau menurut."
Jungha mengelengkan kepalanya ketakutan.

"Kumohon jangan lakukan itu, bisakah ... bisakah kau tunggu aku siap?"

"Tidak, Sayang. Kau memang harus dihukum."

"Kumohon ...."

Taehyung tersenyum untuk yang kesekian kali. Kepala menunduk untuk meraih salah satu payudara Jungha. Memainkannya dengan senang, sedang Jungha menangis karena ketidakberdayaannya.
Itu nikmat, hanya saja penuh balutan dosa.
Melakukan dosa memang selalu di dasari kenikmatan, bukan begitu?

"Patuhi aku, jika kau masih ingin hidup tenang setelah ini!"
Taehyung lekas mengecupi permukaan dada Jungha. Gadis itu mengerang, kepalanya menggeleng-geleng.
Sedangkan bibirnya menahan desahan.

"Mendesahlah," kata Taehyung berbisik, sambil tangannya menuntun tangan Jungha untuk mengalung ke lehernya.
Jungha terlalu shock, ia lemas dan tak berdaya. Belum lagi, ia belum memakan apapun. Itu kesalahannya sendiri.

The Jerk Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang