5. Sidang

13.9K 644 26
                                    

Happy Reading.
Jangan lupa vomentnya guys. Terimakasih.

•••

Saat ini mereka —Alex, Fian, Letta, Arkan, dan Gilang— sedang berada di kantin. Jam istirahat baru saja berbunyi tapi mereka ke kantin sebelum jam istirahat. Letta memfoto makanan yang akan ia dan Alex makan untuk di kirim ke Ayahnya.

Fian mencomot satu bakso Letta yang duduk di hadapannya. Gadis itu tidak marah saat Fian mengambil bakso nya. Pemuda itu menyuapi Letta mie ayam dan gadis itu menerimanya dengan senang hati. Meraka makan sambil mengobrol tentang hal konyol seperti kenapa hewan bisa menstruasi.

"Fian, jorok, ih," ujar Letta saat Fian bersendawa sambil memukul tangan Fian yang berada di atas meja.

Cowok yang baru saja bersendawa itu terkekeh. "Gue kenyang banget, Ta."

"Gimana gak kenyang kalo lo makan bakso adek gue juga," cibir Alex.

"Itu, mah, rejeki, rejeki nomplok."

"Idih, apaan rejeki nomplok yang ada utang lo nomplok sama gue," sahut Gilang.

"Pelit amat lo sama teman sendiri juga. Nih, gue bayar, jadi utang gue lunas, kan?" Fian memberikan selembar uang lima puluh ribu pada Gilang dan pemuda beralis tebal mengambilnya dengan senang hati.

"Sebenarnya ini kebanyakan, tapi gapapa, lah, itung-itung ini bunga utang lo. Kalo lo mau ngutang di gue aja ya, Yan."

"Ogah, mending gue ngutang sama Neng Letta aja, iya gak, Ta." Fian mengedipkan sebelah matanya pada Letta.

Letta mengusap-usap tangannya seraya berkata pada Fian, "Mata lo jangan digituin, merinding gue liatnya."

Fian cemberut mendengar ucapan Letta. "Hati gue sakit, Ta, secara halus lo samain gue sama mumun temannya si Arkan." Dengan sangat dramatis Fian mengambil tissue dan mengelap ujung matanya seperti ada air mata yang keluar.

"Lo, kan, teman gue, Yan. Berarti lo mumunnya, dong."

Mereka tertawa terbahak-bahak melihat wajah masam Fian.

"Kalian tega udah nyakitin hati aku---" Belum sempat Fian menyelesaikan ucapnya, teman-temannya sudah pada kabur.

"Bubar! Bubar!" Mereka meninggalkan Fian yang menatap mereka kesal.

Ponsel Fian bergetar di saku celananya.

Mi Amor ❤️

Yan, makan kita-kita belum pada bayar, jadi lo yang bayar dulu, besok baru kita-kita traktir lo makan sepuasnya di kantin, oke

Fian hanya membaca pesan dari Letta tanpa niat membalasnya.

"Buk, uangnya saya taroh di bawah mangkok, ya," teriak Fian dan menyimpan uangnya di bawah mangkok.

Pemuda itu meninggalkan kantin dengan wajah kesal. Kesal pada para sahabatnya yang meninggalkan dirinya sendirian di kantin dan menyuruhnya untuk membayar makanan mereka semua.

Dari kejauhan netranya melihat seorang siswa-siswi yang bergandengan tangan menuju taman belakang sekolah. Ia hanya memandang mereka tanpa berniat memanggil apalagi menyusulnya.

My Protective Daddy [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang