26.2. Pelakor

7.6K 460 17
                                    

Happy Reading.
Jangan lupa vomentnya.

•••

Mata Ana tak lepas dari punggung tegap Adrian barang sedetikpun yang sedang memasak.

Prianya itu sedang membuatkan dirinya mie instan yang sangat ingin ia makan setelah sekian lamanya tidak makan makanan instan itu.

"Dad, butuh bantuan?" tawarnya. Ia hanya duduk anteng di kursi meja bar tanpa melakukan sedikitpun pekerjaaan walau hanya hanya pekerjaan ringan sekaligus.

Adrian menolehkan kepalanya dan tersenyum pada Ana. "Enggak usah, Sayang. Kamu duduk aja, mienya udah mateng, kok," katanya sambil mematikan kompor.

Mendengar mienya yang sudah matang, Ana tersenyum lebar terlebih saat Adrian membawa semangkuk mie instan dan menyimpannya di atas meja.

Matanya berbinar-binar saat melihat mienya yang terlihat sangat lezat itu. Tapi, saat melihat adanya sayur sawi hijau ia mendesah pelan.

"Kok, pake sayur, sih, Yah? Kan, tadi aku bilang jangan pakein sayur," protes Ana menatap Adrian.

Adrian menyicipi mie hasil buatannya itu sambil menatap Ana. "Enak, kok, Sayang. Kalo kamu enggak mau biar aku aja yang makan, lagian kamu juga enggak boleh makan mie instan."

Ana menggeleng cepat mendengar ucapan Adrian. "Ya udah, aku makan aja." Saat ia ingin mengambil alih mangkuk itu, Adrian menahan tangannya.

"Biar aku aja yang suapin," ujar Adrian. "Enggak ada tapi-tapian, Sayang," lanjutnya saat Ana ingin protes lagi.

Ana menghela napasnya dan akhirnya pasrah dengan Adrian yang ingin menyuapinya.

"Enak banget, Dad," ujar Ana saat mienya tinggal setengah.

Adrian ingin sekali menabok bibir Ana menggunakan bibirnya. Kemana saja istrinya saat suapan pertama? Kenapa tidak memuji mie hasil buatannya itu dan malah memujinya saat mienya hampir habis.

Tidak tahan melihat bibir Ana yang memerah dan basah, Adrian langsung menyambarnya dan melumatnya rakus.

Saat ingin menyuapi Ana lagi, wanita hamil itu menggeleng dan mengatakan, "Aku udah kenyang, Dad, kamu aja yang habisin."

Akhirnya Adrian yang menghabiskan mie instan Ana yang tinggal setengah. Bibir pria itu tidak bisa diam, saat mengunyah pun selalu saja mencuri ciuman wanitanya.

"Oh iya, Dad. Anak-anak mana? Kok, sepi banget?" tanya Ana. Ia heran tidak biasanya suara berisik anak-anaknya kedengaran.

"Kalo Letta lagi di kamar dan yang lainnya lagi di depan," jawab Adrian, sekali lagi ia mencium Ana.

"Tunggu di sini, ya? Jangan kemana-mana." Ana mengangguk mengiyakan ucapan Adrian. Lalu,
Adrian membawa mangkuk dan segalas kotor itu ke wastafel untuk mencucinya.

•••

Karena muak dengan sumua ucapan Katina -yang mengaku-ngaku sebagai calon istri Adrian- akhirnya Alex menyuruh Bagas memanggil bunda mereka untuk menghadapi pelakor satu itu lagi.

Rencana yang sudah mereka susun gagal karena adanya Emi di antara mereka.

Selang beberapa detik, Ana dan Bagas datang.

Katina menatap bingung seorang wanita muda yang tengah hamil besar berjalan menuju mereka dengan Bagas yang menggandeng tangannya. Banyak pertanyaan yang langsung hinggap di kepala cantiknya.

"Bunda!" seru Emi senang saat Ana duduk di tempat Bagas.

Ana tersenyum dan mengelus puncak kepala Emi. "Dek, kamu masuk dulu, ya? Temenin Ayah di dalam. Bunda mau ngomong sama temen Bunda dulu," titahnya yang langsung dipatuhi oleh anak gadisnya itu.

My Protective Daddy [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang