08. Fian si tukang pemaksa

9K 591 17
                                    

Happy Reading.
Jangan lupa vomentnya, terimakasih.

•••

Di dalam kamar bernuansa abu-abu seorang cowok masih memeluk gulingnya dengan nyaman walaupun ia sudah bangun lima belas menit yang lalu. Ia enggan beranjak dari kasurnya walau sang bunda memanggilnya sedaritadi.

Saat mendengar suara pintunya di ketuk, ia langsung menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, setelah itu pintunya terbuka dan terdengarlah suara bariton milik ayahnya.

"Ini udah jam tujuh, lho, Bang. Bangun, jangan jadi pemalas," Adrian menurunkan selimut yang membungkus tubuh Alex.

Alex pura-pura menutup matanya dan terlihat sedang tertidur lelap. Ia merasakan ayahnya yang menepuk-nepuk pelan pipinya, tapi ia masih bertahan dengan kepura-puraan tidurnya, namun itu tidak bertahan lama karena ayahnya mengetahui kalau ia sedang berpura-pura.

"Bangun, Bang, Ayah tau kalo cuma pura-pura tidur. Mandi gih, abis itu ke bawah, Adek-adek sama Bunda udah nungguin kamu sarapan," jelas Adrian. Setelah mengatakan itu Adrian keluar dari kamar anak sulungnya.

Pemuda itu langsung membuka matanya saat sang ayah sudah keluar dari kamarnya. Beranjak dari tidurnya dan berjalan masuk dengan malas ke kamar mandi yang berada di dalam kamarnya.

Duapuluh menit yang dibutuhkan Alex untuk mandi dan pakai baju. Tanpa menunggu lama, ia berjalan menuju ruang makan untuk mengisi perutnya. Ia sudah sangat kelaparan karena semalam ia tidak makan karena ngambek dengan ayahnya.

Alasannya ngambek karena ia ingin ke rumah Fian semalam tapi Ayahnya itu melarangnya ke rumah sahabatnya karena hari sudah malam. Jadi ia ngambek seperti anak gadis.

Menarik salah satu kursi dan mendudukinya. Meminta maaf pada adik-adiknya, bunda, dan ayahnya karena mereka harus menunggunya datang baru mereka bisa sarapan.

Begitulah keluarga kecil Adrian, tidak ada yang boleh makan duluan sebelum salah satu anggota keluarga belum bergabung atau belum bangun tidur. Mereka harus menunggunya hingga datang dan barulah mereka bisa makan bersama.

Cowok itu mengambil nasi goreng favoritnya dan melahapnya hingga tandas, setelah nasi gorengnya habis ia mengambil lagi dengan porsi yang sama seperti yang tadi.

Saat diajak bicara dengan Adrian, Alex hanya menjawabnya ya, tidak, atau gelengan dan anggukan saja sebagai respon.

Setelah sarapan Alex berjalan mendahului keluarga menuju halaman depan rumah untuk duduk di ayunan yang berada di bawah pohon.

Selang beberapa menit Letta dan Bagas datang menyusul Alex yang yang duduk di ayunan yang berada di halaman depan rumah. Letta duduk menyamping di pangkuan Alex, sedangkan Bagas duduk di sebelah abangnya.

"Abang, masih ngambek sama Ayah ya?" tanya Letta, sambil mengelus surai Alex.

Yang ditanya hanya menggeleng pelan dan memeluk pinggang ramping kembarannya.

"Ta, kamu tau, kan, kalo semua teman kelas kita mau ngumpul di rumah Gilang?" Letta mengangguk.

"Mau ke sana juga?"

"Mau, sih, tapi Ayah pasti gak ijinin," ujar Letta.

Letta benar. Pasti mereka tidak akan diberi izin untuk keluar rumah. Alex mencari cara agar Ayahnya mau mengizinkan mereka untuk pergi ke rumah Arkan. Ini sudah ketiga kalinya semua teman-teman kelasnya ngumpul bareng di rumah salah satu dari mereka atau di cafe. Dan, yang kedua kalinya juga mereka tidak pernah datang karena ayahnya yang protektif tidak mengizinkan mereka keluar rumah. Semoga yang ketiga kali ini mereka berdua diberi izin untuk ngumpul bareng di rumah Arkan.

My Protective Daddy [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang