19. TanpaJudul

6.8K 448 16
                                    

Happy Reading.
Jangan lupa vomentnya.
Kalo ada kesalahan komment aja.

Ig: khinaaaaaaaa

•••

"Buruan, Bang, aku udah haus banget."

Alex yang ditarik Letta menuju kantin hanya diam saja. Setelah upacara bendera berakhir, Letta dengan cepat menarik Alex menuju kantin untuk membeli air minum karena ia sangat haus.

Setelah mendapat yang inginkan, Letta langsung menandas air minum itu tanpa membaginya pada Alex.

"Ahhh, leganya." ucapnya dengan sebuah senyuman.

"Mau beli apa lagi, Dek?" tanya Alex, setelah membayar air minum botol punyanya dan Letta.

"Enggak ada, Bang. Ya udah, yuk, Bang, kita ke kelas."

•••

Alex dan Letta duduk di bangkunya. Tak lama guru yang mengajar datang dan pelajaran pun dimulai.

Kedua si kembar itu tidak terlalu memperhatikan sang guru menjelaskan. Mereka asyik menggosip dengan suara yang sangat pelan —berbisik-bisik. Sesekali Fian juga ikut nimbrung yang duduk di depannya.

"Lex, si Sri kemarin ngupil masa---" belum selesai Fian menyelesaikan ucapannya, cowok itu merasakan sakit di punggungnya akibat cubitan super Letta.

"Sakit, Ta."

"Rasain, emang enak! Makanya jangan bicara jorok," bisik Letta tepat di belakang Fian.

Suara guru yang sedang menjelaskan itu menginterupsi acara gosip mereka bertiga. "Hey, kalian bertiga, jangan gosip mulu! Sekali lagi kalian gosip, siap-siap gantikan saya menjelaskan di sini!"

Mendapat teguran itu, Alex, Letta, dan Fian menyengir dan mengangguk mengiyakan perintah guru tersebut —untuk diam.

•••

Bel istirahat pertama berbunyi, Alex dan Letta berjalan menuju ruangan Adrian. Sang ayah nampak lesu karena sang bunda belum mengakhiri musuhan sementaranya.

Si kembar masuk ke ruangan Adrian setelah mengetuk pintu tersebut.

"Ayah, mau makan apa, hmm?" tanya Letta. Gadis itu memeluk leher Adrian dari belakang yang sedang duduk di kursi kebesarannya dan menumpukkan dagunya pada pundak lebar Adrian.

"Mau bakso enggak, Yah?" tawar Alex.

"Ayah belum laper, Twins," balas Adrian pelan.

Adrian menarik Letta agar duduk di mejanya, begitupun dengan Alex.

"Bang, Dek, bantuin Ayah dong? Udah dua hari, lho, Bunda kalian musuhin Ayah. Enggak enak tau, Twins, di cuekin sama orang yang kita cinta," pinta Adrian, sekalian curhat.

"Tanpa Ayah suruh kita pun, Bunda udah mau baikan sama Ayah. Ayah, sih, kemarin pake ikut segala ke rumah Fian, jadinya, kan, Bunda tambah cuekin, Ayah."

"Kan, kemarin Ayah gabut di rumah terus, Bunda musuhin Ayah, si kembar D juga takut ngomong sama Ayah, apalagi si Emi nempel mulu ke Bunda kalian dan ikut cuekin Ayah juga. Kamu juga, Dek, di kamar terus, kan, Ayah kesepian makanya Ayah ikut aja ke rumah Fian bareng Bang Alex dan Bagas. Daripada di rumah enggak punya temen," ungkap Adrian.

Alex dan Letta tertawa kecil mendengar akhir kalimat Adrian. "Mending Ayah pulang aja, bawain Bunda es krim sebanyak mungkin. Tadi, Bunda telpon aku katanya mau ngemil es krim, tapi stok es krim di rumah abis. Sekarang kesempatan Ayah buat mengakhiri musuhan sementara Bunda," usul Alex, yang diangguki oleh Letta.

Sudut bibir Adrian tertarik membentuk senyuman tampan. Tanpa menunggu lama, Adrian meninggalkan ruangannya. Tapi, sebelum itu, ia berpesan pada Alex dan Letta. "Twins, kalian boleh makan di kantin. Seperti biasanya, foto dulu makanan kalian, abis itu kirim ke Ayah."

•••

Setelah mengisi perut hingga kenyang, Alex, Letta, Fian, Arkan, Gilang, dan Revan berjalan menuju kelas.

Alex, Fian, Arkan, Gilang, dan Revan duduk di meja paling depan —numpang sementara— untuk bermain game.

Sedangkan Fian terus mengikuti Letta yang hingga duduk di kursinya.

Gadis itu mengambil ponsel dan earphonenya, lalu menyambungkannya ke ponselnya dan mulai menonton drama korea.

Fian menarik kursi Alex yang saat ini ia dudukki agar lebih dekat dengan Letta. Ia melepas earphone di sebelah kanan Letta dan memasangnya di telinganya di sebalah kiri membuat gadis itu mendelik kesal —karena acara nonton drakornya terganggu.

"Gue juga mau nonton, Ta. Gue mau liat seberapa ganteng saingan gue itu yang bisa buat lo berpaling dari gue," ucap Fian dengan narsinya.

"Yan, mau gue beliin cermin yang gede banget enggak? Supaya lo bisa cermin dan bedain kadar kegantengan lo dengan aktor-aktor korea yang gantengnya kebangetan," balas Letta dan mengacak rambut Fian.

"Perasaan gue lebih ganteng, deh, sama oppa-oppa lo itu," ucap Fian sambil memperbaiki rambutnya kembali.

"Tau, ah. Terserah lo, yang penting lo bahagia."

"Nah, gitu dong, kan, aku bahagia kalo kamu bilang aku cowok paling ganteng di dunia setelah Pak Adrian."

Letta melanjutkan acara nonton drama Koreanya setelah di pause tadi, begitupun dengan Fian yang matanya menatap para pemain artis korea yang beradu akting.

Bosan. Fian bosan menonton drama korea. Ia menguap dan mengambil salah satu tangan Letta untuk menjadikan bantalnya.

Bel masuk sudah berbunyi, tapi guru yang mengajar belum masuk.

Mata Fian mulai tertutup, cowok itu semakin mengantuk mendengar suara orang korea yang sangat lembut di dengar.

Fian hampir saja tertidur, tapi ia langsung membuka matanya saat mengingat sesuatu.

"Ta, kemarin Ayah lo diapain sama Bunda lo waktu pulang dari rumah gue?"

Letta kembali menjeda drama Koreanya. Matanya beralih menatap Fian yang tiduran di meja dan menjadikan tangannya sebagai bantal.

"Enggak tau juga karena waktu Ayah pulang gue lagi mandi. Tapi kata Bang Alex, sih, Bunda ngomel-ngomel ke Ayah, sampe-sampe Ayah gue nangis di omelin sama Bunda," jelas Latta dengan suara pelan.

"Sssstt, jangan bilang-bilang, ya, kalo Ayah gue pernah nangis gegara di omelin sama Bunda gue," pinta Letta dan diangguki oleh Fian dengan semangat.

Fian tertawa geli mendengar penjelasan Letta. Ingin sekali ia melihat wajah yang sering terlihat datar dan tatapannya yang setajam silet itu mengeluarkan air mata karena diomelin oleh sang istri.

•••

T
B
C

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENTNYA.

KALO ADA KRITIK DAN SARAN SILAKAN COMMENT, JANGAN SUNGKAN.

FOLLOW IG AKU PLISS (KHINAAAAAAAA) BAKAL AKU FOLLBACK KOK.

REVISI, 19, FEB 20

GOWA, 15 AGUSTUS 19

My Protective Daddy [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang