Selamat membaca.
Pagi ini Adrian dan Ana sudah berpakaian rapi. Pasangan suami istri itu akan pergi berkencan mumpung baby triplet bersama orang tua Adrian. Ini kesempatan emas mereka untuk menghabiskan waktu bersama sebelum menjemput bayi kembarnya yang sudah menginap sejak kemarin.
Orang tua Adrian membawa ketiga cucunya itu untuk ke rumahnya yang berada di sini untuk menghabiskan waktu sebelum pasangan suami-istri paruh baya itu kembali ke Bandung.
"Anak-anak, Ayah sama Bunda pergi dulu, ya? Kalian di rumah aja, jangan sampe kalian keluar rumah. Di depan ada bodyguard Ayah akan mengawasi kalian. Denger itu, Bagas, Damian, dan Dannis jangan kabur kalian." Adrian menatap tajam satu persatu anaknya.
Mereka bertiga yang disebut namanya mengangguk patuh.
"Iya, Ayah," ucap mereka serempak.
"Jangan---" ucapan Adrian terpotong karena tangan Ana sudah membekap mulutnya.
"Lama. Kita cuma pergi sampe sore doang, gak sampe sehari hari, Yah," protes Ana kesal.
Adrian terkekeh pelan dan mengecup telapak Ana yang masih membekap mulutnya dengan iseng menjilat telapak tangannya membuat Ana memukul-mukul lengan kekar Adrian.
"Jorok, ih." Ana mengelap telapak tangannya di baju Adrian bagian depan.
"Biasa aja dong, Sayang, jorokan yang mana sama semalam waktu aku jilat---" Ana melotot dan langsung melompat kecil untuk merangkul leher Adrian dan membekap mulutnya kembali.
Ia tidak akan melepaskan bekapannya lagi biarpun Adrian menjilati telapak tangannya seperti es krim. Ia menatap satu-persatu anaknya dan tertawa paksa karena keenam anaknya itu melihat mereka dengan pandangan bingung.
"Anak-anak, Ayah sama Bunda pergi dulu, ya, makanan udah Bunda sipain di meja makan, panasin aja nanti kalo mau makan, kulkas juga udah penuh cemilan, jadi kalian gak usah keluar untuk beli cemilan. Lex, kalo ada apa-apa telepon Ayah atau Bunda langsung, ya. Kami pergi, assalamualaikum." Ana langsung menyeret Adrian keluar, ia masih membekap mulut Adrian.
"Waalaikumsalam," jawab Alex dan adik-adiknya.
"Cuma Bunda yang bisa jinakin Ayah," celetuk Damian saat ayah dan bundanya sudah menghilang dari pandangannya.
•••
"KAK LETTA, BANG FIAN DATANG."
Teriakan menggelegar milik Dannis terdengar hingga belakang rumah. Letta yang memang berada di sana langsung berlari masuk detik itu juga karena teriakan Dannis.
Fian melihat kedatangan Letta langsung menghampiri gadisnya dan mendekapnya erat.
"I'm so fucking miss you, Honey," bisik Fian dan mencium dalam aroma Letta yang sangat dirindukannya itu.
"Aku juga kangen banget sama kamu," balas Letta dengan suara seraknya.
"Kok, nangis, sih?" Fian melepaskan pelukannya dan menangkup pipi Letta. Ia menghapus air mata gadisnya yang baru saja turun membasahi pipinya.
"Kangen tau. Kenapa gak kabarin kalo mau pulang?" tanya Letta dan kembali memeluk erat Fian.
Fian mengecup kepala Letta. "Sengaja, biar surprise gitu."
"Duduk dulu, yuk, capek berdiri terus," ucap Fian kemudian.
"Lepas dulu, Ta."
Letta menggeleng dan semakin memeluk erat Fian. Ia menyembunyikan wajahnya diceruk leher Fian.
Fian terkekeh dan akhirnya ia menggendong depan Letta untuk duduk di sofa. Dannis dan Emi yang tadi berada di sana sudah menghilang entah ke mana.
"Kok, jadi manja gini, sih? Padahal baru delapan hari, lho, aku perginya udah manja gini," ucap Fian terkekeh geli dan mendudukkan Letta dipangkuannya.
"Delapan hari lama, lho, Yan," ucap Letta kesal. Ia duduk dipangkuan Fian dan masih memeluk erat Fian.
"Iya, lama banget, sampe-sampe aku mau pulang sendiri waktu di Belanda dua hari," ungkap Fian.
Letta menatap Fian tanpa melepaskan pelukannya. Ia mengecup kening Fian membuat cowok itu tersenyum lebar.
"Alex mana?" tanya Fian.
"Lagi berenang. Oh iya, oleh-oleh yang aku minta mana?" Letta melepaskan pelukannya dan menyodorkan kedua tangannya pada Fian.
Fian meletakkan dagunya dikedua telapak tangan Letta yang disodorkan untuknya.
"Masih di dalem koper. Tapi, aku bawa oleh-oleh yang bisa buat kamu tambah cinta sama aku," ucap Fian tersenyum manis.
Letta mengerutkan keningnya. "Apa?"
"Ntar aja, sekarang mau peluk kamu dulu sepuasnya."
Fian semakin merapatkan tubuh mereka dan memeluk erat pinggang Letta dan gadis itu membalasnya dengan memeluk erat lehernya. Mereka berpelukan dalam diam —menikmati rasa rindu yang tertahan selama delapan hari.
Setelah kejadian di mana Letta dan Fian kepergok sedang ciuman di kamar Alex, malamnya Fian beserta keluarganya langsung terbang ke Belanda karena kakek dari pihak ayahnya tiba-tiba sakit dan mengharuskan keluarga Fian ke Belanda.
Tapi, sebelum pulang dari rumah kekasihnya, Fian meminta maaf pada Adrian karena telah mencium Letta. Jika kalian berpikir bahwa Adrian lah yang memergoki mereka berciuman jawaban seratus persen benar.
Pria yang berstatus ayah kandung gadisnya lah yang memergoki mereka dan Adrian hanya diam melihat mereka, mungkin jika Adrian tidak bersin Letta dan Fian akan berciuman hingga udara di paru-paru mereka menipis.
Wajah Letta saat itu jangan ditanya. Sangat merah seperti tomat. Ia sangat malu dan takut pada Adrian karena kebablasan berciuman dengan Fian apalagi di kamar kembarannya dengan posisi intim.
Jika bukan karena bisikan Fian yang menenangkannya, Letta mungkin sudah menangis saking takutnya ayahnya akan marah padanya. Fian yang akan bertanggung jawab jika Adrian marah pada Letta —karena kesalahannya.
Saat Fian meminta maaf pada Adrian, gurunya itu hanya menjawabnya singkat. Ana yang berada di saat ia meminta maaf hanya tertawa, Fian bingung kenapa bunda dari Letta malah tertawa saat ia mencium anak gadisnya.
Tapi, akhirnya ia tahu saat berada di Belanda —memikirkan itu terus— karena waktu masih berstatus pacaran ayah dan bunda Letta pernah sepertinya dengan Letta, bahkan mereka lebih parah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protective Daddy [SELESAI]
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA. BUDIDAYAKAN VOTE SEBELUM BACA ;) SEKUEL ADRIAN(A) ~~~ "Pulang sekolah gak boleh keluyuran, jangan jajan sembarangan di sekolah, kalo ada tugas kelompok suruh teman kalian datang ke rumah, gak boleh pergi ke rumah teman kal...