40. 2 Oleh-oleh dari Belanda

4.6K 460 33
                                    

Selamat membaca.




"AAAAAA! KALIAN NGAPAIN?!" teriak Damian heboh saat melihat kakaknya duduk dipangkuan Fian sambil berpelukan.

Sontak Letta melepaskan pelukannya dan menatap Damian kesal.

"Kamu bikin Kakak jantungan, Dami," ucap Letta.

Damian menghampiri Letta dan menyelipkan tangannya di ketiak Letta, ia menariknya agar turun dari pangkuan Fian.

"Kakak, ngapain duduk di situ, sih, nanti kalo Ayah liat bisa bahaya, Kak."

"Kan, Ayah gak ada di rumah, Dek, jadi gak usah khawatir."

"Kalo Kakak lupa ada CCTV di sini," ucap Damian mengingatkan.

Letta melupakan hal itu saking rindunya dengan Fian, ia tidak mempedulikan kemungkinan ayahnya akan menceramahinya karena duduk di pangkuan Fian, interaksi yang intim kedua kalinya.

"Bang, bagi oleh-olehnya dong?" pinta Damian.

"Besok, ya, gue lupa bawa," ucap Fian.

"Sip, yang banyak, ya?"

Fian mengangguk mengiyakan. Lalu ia menarik Letta untuk menghampiri Alex yang sedang berenang.

"Wih, udah balik lo? Oleh-olehnya mana, nih?" ujar Alex menyambut Fian saat duduk di ayunan.

"Besok aja di sekolah," balas Fian.

"Aku juga, ya, Bang," timpal Emi.

"Aku juga," ucap Bagas dan Dannis bersamaan.

"Sip, besok gue bawa ke sini."

"Yan, oleh-olehku yang katanya spesial itu mana?" bisik Letta.

"Ntar aja, deh. Letta, bikinin nasi goreng dong, aku kangen nasi goreng buatan kamu," pinta Fian.

Dengan senang hati Letta membuatkan Fian nasi goreng. Ia masuk kembali untuk membuat nasi goreng untuk Fian. Sedangkan cowok itu malah membuka baju dan celana jeansnya, hanya boxer yang melekat pada tubuh atletisnya. Ia lalu meloncat ke kolam membuat air kolam terguncang-guncang.

Fian terus berenang bersama Alex, Bagas, Dannis, dan Emi.

"Waktu lo gak ada, Letta uring-uringan terus," ucap Alex memulai percakapan saat mereka bersandar di pinggir.

Mendengar itu Fian tersenyum. "Gue juga uring-uringan di sana, mikirin Letta terus."

"Kayaknya kembaran gue itu udah cinta banget sama lo dan kayaknya Ayah sama Bunda gue udah restuin kalian."

Senyum Fian semakin mengembang mendengar itu. Tentu saja, karena ia sudah mendengar langsung ucapan tegas Adrian bahwa ia bisa memacari Letta sebelum mengungkapkan perasaannya pada gadis itu.

"Dan, kayaknya Letta juga udah mulai mesum, deh, dan itu semua karena lo," lanjut Alex menatap tajam Fian.

Fian terkekeh pelan. "Tapi, Letta mesumnya kalo sama gue aja, kan?"

"Iya, lah, dia gak pernah blak-blakan cerita orang ciuman saat nonton drama Korea, tapi waktu kalian ciuman Letta gak henti ngomongin sensasinya yang luar biasa," terang Alex.

"Jadi Letta kecanduan, nih, sama ciuman gue?" tanya Fian tertawa pelan.

Alex mengendikkan bahunya —tanda tidak tahu. "Kalo kalian cuma kissing, sih, gak masalah yang penting kalian gak melebihi itu. Ciumannya juga hanya batas sampe dagu jangan sampe ke bawah. Awas aja kalo lo kelewat batas, gue habisin lo."

"Lo emang sahabat gue yang paling the best, Lex. Besok gue traktir lo dikantin sepuasnya deh," Fian menepuk-nepuk pundak Alex yang hanya dibalas anggukan kepala.

"Fian, makan dulu," teriak Letta saat duduk di ayunan, di tangannya terdapat piring yang berisi nasi goreng kesukaan Fian.

"Gue ke sana dulu, ya, bini gue udah manggil," pamit Fian sambil terkekeh saat mendapat jitakan dari Alex.


•••

Fian menyuruh Letta menyuapinya dan senang hati gadis itu menyuapi cowok yang sangat dirindukannya selama delapan hari ini.

"Ta, aku udah cerita sama kakek kalo aku punya pacar sekaligus calon bini yang cantik." Mengalirlah cerita Fian saat Belanda.

"Emang kita pacaran?"

Fian tersenyum dan mengelus pipi gadisnya.

"Terus aku kasi liat foto kita ke kakek dan nenek, mereka puji kamu cantik dan katanya kamu gadis yang baik. Bahkan mereka ingin ketemu sama kamu. Katanya mereka pengen ketemu sama calon bini dari cucunya yang tampan ini." Fian terkekeh melihat wajah Letta yang merona.

"Kakek bilang, kamu perempuan yang pas dan cocok dengan aku untuk menemani dan menghabiskan hari-hariku di masa depan." Fian menjeda ceritanya karena menerima suapan Letta.

"Kamu juga makan dong, masa cuma aku sih," ucap Fian saat gadisnya itu hanya menyuapinya terus.

"Kamu aja, aku masih kenyang." Letta tersenyum dan mengelus pipi Fian yang menggembung karena mengunyah.

"Terus kakek nyaranin aku buat beliin kamu kado spesial dan tanpa berpikir dua kali, aku langsung beliin kamu kado spesial dan itu pake uang aku sendiri, lho, Sayang, uang dari hasil kerja aku, bukan minta dari orang tua," lanjutnya bercerita.

"Kadonya apaan, sih? Aku udah penasaran banget, Yan," desak Letta.

"Abis ini aku kasi kamu," balas Fian saat nasi gorengnya tinggal beberapa sendok.

"Awas, ya, kalo ditunda lagi."

"Iya, Sayang."

Letta terus menyuapi Fian hingga suapan terakhir.

"Nah, sekarang mana kadonya?" Letta menyodorkan tangannya pada Fian dan dibalas cowok itu menggenggamnya.

"Aku masih laper, nasi gorengnya masih ada gak?" tanya Fian.

Letta mengangguk. Letta dan Fian masuk bersama untuk mengambilkan cowok itu nasi goreng lagi.

"Selamat makan," ucap Letta. Kali ini ia ikut makan karena paksaan Fian. Mereka menggunakan masing-masing sendok karena keinginan Letta yang ingin cepat selesai makan.

Setelah nasi gorengnya habis tak tersisa, Letta mencuci piring dan bekas penggorengan nasinya dibantu oleh Fian.

Letta menarik tangan Fian agar duduk diruang ruang keluarga.

"Sekarang mana kado kamu?" tagih Letta.

Fian terkekeh pelan dan mengambil tangan Letta untuk dikecupnya.

Ia mengambil jaketnya dan merogoh sakunya untuk mengambil sesuatu. Ia memberikan kotak merah di tangan Letta dan menggenggamnya.

Letta tidak bodoh saat melihat kotak itu. Ia sering melihatnya saat ayahnya memberikan pada bundanya jika ayahnya ingin bahkan hampir setiap bulan ayahnya memberikan kotak merah atau lainnya yang berisi cincin, tapi ayahnya melarang bundanya jika memakai cincin itu selaian ci

"Yan, ini buat apa?" tanya Letta bingung. Saat membuka kotak merah itu ia terbelalak kaget melihat cincin itu yang sangat indah

Fian tersenyum lebar dan mengambil alih kotak cincin itu, lalu memakaikan dijari manis Letta yang sangat pas dan cantik berada di jarinya. Ia menarik pinggang ramping Letta untuk mendapatkan tubuh mereka.

Fian menatap lekat Letta dan mengelus lembut pipinya yang merona.

"Ini bukan acara tunangan, tapi sekarang kamu pacar aku, tunangan aku, dan calon bini aku. Maaf, ya, ini sama sekali gak romantis, aku gak ada persiapan. Soalnya aku langsung ke sini saat dari bandara. Ik hou van jou, Aletta." Fian memajukan wajahnya dan menempelkan dahi mereka.

Fian terkekeh geli saat mendengarnya berbahasa Belanda.

"I love you, Aletta," ulangnya menggunakan bahasa Inggris.

Sebelum menjawab pernyataan cintanya, Fian membungkam mulut Letta menggunakan bibirnya.

My Protective Daddy [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang