32. Lahiran

6.4K 425 10
                                    

Happy Reading.
Jangan lupa vomentnya.

•••

Dengan kekesalan yang sudah memuncak Letta terus mengomeli Fian sepanjang jalan menuju kelas. Fian menanggapi omelan Letta dengan kalem dan berjanji akan berhati-hati saar membicarakan Arkan -takut keceplosan tentang kejadian kemarin.

"Iya, Sayang. Aku akan berhati-hati lagi. Gak akan keceplosan kok."

Plakk

Fian meringis mendapat tamparan dari Letta yang berdiri tepat di depannya. Ia mengusap pipinya yang sedikit panas akibat tamparan Letta.

"Sakit, tau," protes Fian.

"Biarin, emang gue peduli," ketus Letta.

Letta membalikkan badannya dan berjalan lebih dahulu meninggalkan Fian yang masih mengelus pipinya yang menjadi sasaran Letta.

Ia sangat yakin bahwa pipi Fian pasti tidak sakit, Fian saja yang sangat lebay. Melihat itu Letta geli dan tertawa geli.

Letta tidak mengindahkan panggilan Fian yang terus memanggilnya di belakang. Ia terus berjalan cepat menuju kelasnya.

Sesampainya di kelas, Letta langsung duduk dan mengeluarkan ponselnya untuk melanjutkan film yang belum selesai ia nonton. Baru saja satu menit menonton film itu Fian datang dan langsung duduk di samping Letta.

"Kok, lo tinggalin gue, sih, Ta?"

Letta memandang Fian dengan kening berkerut dan mengendikkan bahunya lalu melanjutkan aktivitas sebelumnya —menonton film.

Karena tidak mendapat respon, Fian berdecak kesal. Ia menarik bangku Letta agar lebih dekat dengannya membuat gadis itu terkesiap dan refleks menampol wajah Fian.

"Dari tadi nampol gue mulu, kenapa, sih, Ta? Apa salah gue sama lo? Kalo gue ada salah gue minta maaf, Ta? Jadi, please, jangan nampol gue lagi, ya?"

Krik krik

Bwahahaha

Fian menatap Letta dan teman-teman kelasnya yang tengah ketawa. Ia bingung kenapa mereka tiba-tiba ketawa padahal tidak ada yang lucu disekitar kelasnya —mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas.

"Lo udah cocok jadi aktor, Yan," celetuk teman kelasnya yang duduk di bangku guru.

Fian semakin mengerutkan keningnya bingung. "Apaan, sih? Gue gak ngerti," balasnya, tapi ia tersenyum dan memperbaiki jambulnya serta kerah kemejanya, "tapi boleh juga, secara, kan, gue ganteng, keren, berjiwa seni, berkarisma, banyak fans juga, jadi boleh, lah," lanjutnya narsis.

Fian memang tadi sangat mendalami setiap ucapannya pada Letta membuat mereka semua tertawa geli dibuatnya. Entah kenapa hari ini Fian cukup alay.

Bel masuk berbunyi. Pelajaran dimulai seperti biasa. Sang guru menjelaskan dan para murid memperhatikan sang guru menjelaskan, kali ini semua siswa-siswi memperhatikan seorang guru pria dewasa memperhatikan penjelasannya mereka takut karena biasanya guru tersebut menanyakan apa saja yang telah ia terangkan kepada beberapa murid di kelas itu, jika tidak dapat menjawabnya maka bersiap-siaplah berdiri di samping pintu hingga pelajaran tersebut berakhir.

My Protective Daddy [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang