15. Kerja Kelompok

8.1K 464 24
                                    

Happy Reading.
Jangan lupa voment.

Ig: khinaaaaaaaa

•••

Alex dan Letta baru saja masuk ke dalam kelas yang diantar oleh Adrian sampai depan kelas -seperti biasa- tak lupa memberikan Alex dua kotak bekal yang berada di dalam paper bag.

Setelah mengantar keenam anaknya ke sekolah dan kelasnya. Adrian langsung pulang ke rumahnya karena hari ini ia free mengajar dan urusan kantor biar ia urus di rumah nanti.

Alex menitipkan tasnya dan paper bag itu pada Letta dan ia langsung duduk di meja pertama untuk mabar dengan teman kelasnya yang laki-laki yang sudah datang, termasuk Fian yang duduk di kursinya dengan kedua kaki yang dinaikkan ke atas meja.

Arkan yang baru saja datang tersenyum saat melihat Letta yang sedang duduk di bangkunya yang bertopang dagu dan melihat keluar jendela.

"Jangan melamun, masih pagi, Buk," tegur Arkan dan duduk di bangku Alex setelah menyimpan tasnya di mejanya.

Letta menolehkan kepalanya dan tersenyum pada Arkan.

"Kamu ngapain, sih, ngelamun? Ini masih pagi, ya, gak baik tau."

"Siapa juga yang ngelamun, orang aku lagi mikir," balas Letta.

Arkan menggeser kursinya agar lebih dekat dengan Letta.

"Mikir apa? Gak mikir yang jorok-jorok, kan?"

Cowok itu tertawa saat Letta memukul pundaknya dan melihat Letta yang kesal padanya.

"Arkan! Siapa juga mikir yang jorok-jorok, kamu kali yang sering mikir yang jorok-jorok. Asal kamu tau, aku lagi mikirin nanti adek aku cewek atau cowok atau twins lagi," ucap Letta dan tersenyum diakhir kalimatnya.

Arkan mengelus kepala Letta dan berkata, "Kamu maunya adek cewek atau cowok?"

Letta berpikir sejenak. "Pengennya sih, cewek, twins lagi, biar perempuan di rumah lima, kan, laki-laki di rumah juga lima. Tapi kalo cowok juga gakpapa, yang penting nanti dia terlahir dengan selamat dan sehat, serta bunda aku juga selamat dan sehat," terang Letta membuat Arkan tersenyum lebar.

Fian yang mendengar itu ikut tersenyum.

"Makin sayang,, deh." Dengan gemas Arkan mencubit pipi Letta membuat gadis itu tertawa.

Fian yang mendengar perkataan Arkan, langsung saja berdiri dari duduknya dan sempat memukul meja dan mengumpat.

Lantas Letta dan Arkan terlonjak kaget karena aksi Fian itu.

"Kenapa lo? Bikin kaget aja?" tanya Letta pada Fian.

Fian duduk di meja guru tanpa menghiraukan Letta.

Bukannya Fian menguping pembicaraan Letta dan Arkan, ia duduk di depan mereka, jelas Fian mendengar pembicaraan mereka.

Soal tadi kenapa ia memukul meja, karena ia terkena tembakan dari musuhnya dan ia pindah agar tidak mendengar lebih jauh pembicaraan mereka yang membuatnya panas dingin.

"Serius amat mainnya, amat aja gak pernah seriusin gue," ujar Revan dan mencolek dagu Alex yang serius bermain game.

"Homo lo?" tanya Fian dengan polosnya.

My Protective Daddy [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang