39. Tercyduk

5.2K 430 47
                                    

Selamat membaca.

Alex, Letta, dan Fian tengah mengerjakan tugas di kamar Alex. Sebenarnya ini tugas yang sangat mudah, tapi karena paksaan Fian yang ingin mengerjakan bersama, akhirnya Alex menyetujui. Alex sebenarnya tahu bahwa ini hanya modus Fian karena ingin bermesraan dengan kembarannya.

Lima belas menit mereka mengerjakan tugas, Fian langsung menerjang Letta dengan kecupan di wajahnya.

"Fian, suara kecupan lo terlalu gede, kalo Ayah gue denger bisa di gantung lo," ucap Alex kesal.

Fian menyengir dan mengusap pipi Letta yang bersemu.

"Aku laper," bisik Fian ditelinga Letta.

Gadis itu terkekeh geli dan mengangguk paham. Ia beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju ruang makan untuk mengambilkan Fian makanan.

Letta meletakkan piring yang berisi nasi sesuai beserta lauknya sesuai porsi Fian di nakas dan air minum.

"Habisin, ya, aku mau ganti baju dulu."

"Jangan lama-lama," ucap Fian saat Letta meninggalkan kamar Alex.

"Iya," balas Letta.

Gadis yang masih mengenakan seragam sekolahnya itu memasuki kamarnya tak lupa menutup pintunya. Ia mengambil hot pants dan baju hitam polos sepaha menutupi hot pantsnya. Letta memasukkan seragam sekolahnya di keranjang pakaian kotor, ia lalu keluar dari kamarnya dan berjalan menuju kamar Alex sambil mencepol rambutnya.

Letta menjatuhkan tubuhnya diatas kasur Alex memainkan ponsel Fian dan membuka aplikasi Instagramnya. Ia tersenyum kearah kamera dan menjadikannya snapgram di akun Fian. Sang empunya ponsel tengah makan dengan lahap.

"Laper amat, Mas," sindir Alex.

Fian tidak mempedulikan sindiran Alex, ia malah menyodorkan sesendok sambal di depan Alex.

"Lo mau, Lex?"

"Makasih, gue udah kenyang," ketus Alex.

Fian tertawa terbahak-bahak hingga tersedak dan itu membuat Alex dan Letta menertawai Fian.

Letta masih tertawa, tapi ia juga memberikan air minum pada Fian.

"Rasain lo, keselek, kan, lo, makanya jangan iseng sama gue," ucap Alex.

"Makasih," kata Fian setelah minum air.

"Habiskan makannya, jangan ngomong dulu." Fian mengangguk patuh. Ia menghabiskan makannya yang tinggal sedikit, saat suapan terakhir ia memberikan pada Letta karena ia sudah sangat kenyang.

Letta membawa piring dan gelas bekas Fian dan mencucinya di wastafel.

"Kamu abis makan, Kak?" tanya Ana yang berada di dapur.

"Bukan aku, Bun," jawab Letta.

"Fian?" Letta mengangguk mengiyakan.

Ana menyeringai kecil. "Kalo pacaran di kamar jangan macem-macem, ya, Kak," ucapnya sambil mengusap kepala Letta sebelum meninggalkan anaknya yang menunduk. Menyembunyikan rona merah di pipinya.


•••

Alex menghela napas melihat dua sejoli yang tengah bercanda ria di kasurnya.

Fian terus saja menggelitik Letta membuat kembarannya itu tertawa dan menggeliat seperti cacing kepanasan.

"Hahahaha... Fian, udah," pinta Letta berusaha melepaskan tangan Fian yang masih menggelitik pinggang dan perutnya.

Ia sudah sangat lelah tertawa dan perutnya rasanya sakit karena tertawa dari tadi akibat Fian yang menggelitiknya tanpa ampun.

Fian malah menduduki menduduki perut Letta, tidak sepenuhnya mendudukinya karena ia menahan bobotnya menggunakan lututnya.

"Gak bakal, Sayang, suruh siapa kamu kamu bales DM cowok yang komentar di snapgram kamu pake akun aku, hmm?"

"Hahahaha, Udah, Sayang, aku capek banget," teriak Letta disela-sela ketawanya. Sengaja ia memanggil Fian dengan kata 'Sayang' agar Fian menghentikan aksinya yang membuatnya lelah.

Alex sudah tidak tahan melihat kembarannya dan Fian, akhirnya ia memilih undur diri. Lebih baik ia menghampiri baby triplet yang berada di halaman depan bersama ayah, bunda, dan saudaranya yang lain. Daripada melihat kemesraan mereka.

Kali ini Fian menghentikan aksinya —menggelitik Letta— ia memandang Letta dengan ekspresi terkejut dibuat-buat membuat Letta tertawa kembali.

"Udah panggil sayang, nih, ceritanya?" goda Fian.

"Terpaksa, supaya kamu berenti gelitikin aku," jawab Letta. Setelah mengatakan itu ia kembali geli dan tertawa akibat Fian kembali pada aksi sebelumnya.

Hahahaha

Suara tawa membahana milik Letta terdengar hingga lantai bawah.

Fian menundukkan badannya dan menggesek hidung bangirnya ke hidung Letta membuat Letta bertambah geli.

Cowok yang masih mengenakan seragam sekolah itu bahkan menghujani kecupan di wajah Letta dan menggigit gemes hidung gadisnya.

"Itu hukuman tambahan, Sayang," bisik Fian di depan wajah Letta.

Fian berhenti menggelitik Letta membuat Letta bernapas lega. Gadis itu mengatur napasnya akibat tertawa terus menerus karena ulah Fian membuatnya lelah.

Fian yang melihat pemandangan di bawah nya hanya terdiam. Ia memandang lekat Letta di bawahnya. Ia menyingkirkan rambut Letta yang menutupi keningnya lalu mencekal tangan Letta di atas kepala gadis itu.

Pandangannya turun ke bibir Letta yang terbuka karena sedang mengatur napasnya. Dapat Fian rasakan hembusan napas gadisnya yang menerpa wajahnya.

Pemuda itu semakin mendekatkan wajahnya pada Letta dan terus menatap bibir merah itu. Fian menutup perlahan matanya dan bibirnya tepat menyentuh bibir gadisnya yang sedikit terbuka.

Ia dapat merasakan bahwa gadisnya membeku seketika dan berusaha melepaskan cekalan tangannya. Satu menit hanya menempel dan perlahan Fian menggerakkan bibirnya saat Letta sudah diam. Ia melumat bibir Letta perlahan.

Ini ciuman kedua Fian bersama orang yang sama begitupun dengan gadis di bawahnya.

"Ikutin, Sayang," gumam Fian masih melumat bibir gadisnya.

Perlahan Letta mengikuti gerakan bibir Fian dibibirnya. Mereka sangat kaku, tapi sepersekian detik Fian sudah memperdalam ciumannya dan menuntun tangan Letta agar memeluk lehernya.

Saat mereka hanyut dalam ciuman terlebih posisi keduanya yang sangat intim tidak menyadari seseorang yang bersandar di ambang pintu sambil melipat kedua tangannya di dada.

Orang itu terus memperhatikan mereka tanpa bersuara hingga aktivitas kedua insan yang tengah berciuman itu langsung terhenti karena tiba-tiba saja ia bersin.

Haatchiiih

My Protective Daddy [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang