30. Calon Bini

7.1K 441 12
                                    

Happy Reading.
Jangan lupa vomentnya.

••••


Karena Letta berjalan tanpa memperhatikan sekitar —pandangannya lurus ke depan— dan matanya berkaca-kaca, ia tak sengaja menabrak seseorang di depannya dengan keras hingga hampir membuatnya terjungkal kalau saja orang yang tak sengaja ia tabrak menahan tangannya.

Letta mengerjapkan matanya yang berkaca-kaca untuk melihat jelas orang di depannya.

"Neng, kenapa lo?"

Itu Fian.

Fian menatap khawatir Letta. Ini pertama kalinya ia melihat Letta menahan tangisnya.

"Yan." Suata Letta bergetar.

Fian menangkup wajah Letta dan mengelusnya pelan.

"Lo kenapa, hmm?" tanya Fian lembut.

Karena Letta hanya diam, Fian menarik mengelus jemari Letta hingga metanya menangkap buku jari Letta yang memerah.

"Tangan lo kenapa, Ta?" tanya Fian semakin khawatir.

"Letta, gue tanya lo kenapa, hah?" tanya Fian sudah mulai emosi.

Kenapa Letta hanya diam dan menatapnya dengan matanya yang berkaca-kaca.

Fian dan Letta sudah jadi pusat perhatian. Terlebih saat mendengar suara Fian terdengar emosi saat menanyakan keadaan Letta.

Mereka juga penasaran ada apa dengan Letta. Baru pertama kalinya mereka melihat keadaan Letta yang terlihat kacau.

Fian mengacak rambutnya frustasi dengan pelan ia menarik lengan Letta untuk mengikuti langkahnya ke UKS.

Fian membuka pintu UKS itu dengan kasar membuat dua orang yang berada di dalam terlonjak kaget akibat ulah Fian.

"KELUAR!" hardik Fian.

Dua orang itu langsung lari terbirit-birit mendengar bentakan Fian yang menyuruhnya keluar. Mereka menang hanya menumpang untuk istirahat di UKS. Karena tidak ingin mendapat amukan Fian, mereka langsung saja keluar sambil berlari.

Fian mendudukkan Letta di salah satu tempat tidur dan memandang lekat Letta yang hanya menunduk. Ia mengambil peralatan obat untuk mengobati memar yang ada dibuku jari Letta.

Cowok yang tidak memakai dasi itu mengobati memar Letta dalam keadaan mulut bungkam. Diam. Tapi, itu bertahan hingga lima menit saja, detik selanjutnya ia kembali bersuara.

"Demi Tuhan, Ta, lo kenapa, sih? Siapa yang ganggu lo, hah? Sini biar gue yang bales dia. Kalo lo bungkam gini gimana gue tau siapa yang buat lo kayak gini." Fian sudah frustasi menghadapi kebungkaman Letta.

"Sayang."

"____"

"Baby."

"____"

"Honey."

"____"

"Masa depanku."

"Ibu dari anak-anakku."

"Is---"

"DEMI TUHAN, FIAN! GUE JIJAY BANGET SUMPAH!" jerit Letta dan tertawa ngakak.

Letta tertawa terbahak-bahak mendengar panggilan Fian yang membuatnya geli. Kesedihan dan amarahnya sudah hilang begitu saja hanya mendengar panggilan menggelikan sekaligus menjijikkan Fian.

Fian juga ketawa melihat pujaan hatinya akhirnya tertawa. "Nah, kan, lo cantik kalo ketawa gitu." Ia mengelus kepala Letta yang masih tertawa.

"Abisnya lo, sih, bikin gue jijik, geli, iyuwh," balas Letta.

My Protective Daddy [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang