13. Rengekan Alex & Kekesalan Fian

9.4K 529 14
                                    

Happy Reading.
Jangan lupa voment.

Kalo ada kesalahan koment aja.

•••


Belakangan ini, Adrian dibuat pusing oleh rengekan kedua anaknya —si sulung dan si bungsu, Alex dan Emi. Seperti belakangan ini, si bontot yang merengek minta masuk taekwondo seperti kedua kakaknya, Alex dan Letta.

Adrian menolak Emi masuk taekwondo bukan apa-apa. Ia tidak ingin melihat anaknya yang kelelahan, apalagi Emi yang sangat cengeng, bisa-bisa saat kelelahan bocah cilik itu akan menangis, membutuhkan sang bunda disampingnya.

Dan, sekarang Alex yang terus menerus minta izin agar dirinya naik motor sendiri ke sekolah. Adrian tentu saja terus menerus menolak permintaan anaknya itu. Alex masih dibawah umur, kecelakaan sekarang sedang marak terjadi, apalagi adanya geng motor yang berkeliaran.

"Ayah, besok aku bawa motor ke sekolah, ya?"

"Gak boleh, Bang, kamu masih dibawah umur. Bahaya, Bang, sekarang geng motor berkeliaran dimana-mana, Ayah gak mau terjadi apa-apa sama kamu."

"Ayah, ayolah... aku udah gede, teman-teman aku yang lain pada bawa kendaraan sendiri, masa aku enggak sih, Yah..." rengek Alex.

"Bunda aja waktu kelas 10 kayak aku udah bawa mobil ke sekolah, masa aku bawa motor aja gak dibolehin, sih." Alex memasang wajah memelasnya.

"Abang, Ayah, cuma gak mau kalo nanti terjadi apa-apa sama kamu di jalan. Nanti aja kalo umur kamu udah 18 tahun baru kamu bisa bawa mobil sama motor kemana-mana sendiri."

Mendengar itu Alex seketika melotot. 18 tahun. Bahkan ulang tahunnya ke 16 saja dua bulan lagi. Ia tidak bisa menunggu selama itu.

"Ayah, itu lama banget. Dua tahun aku harus nunggu, lho, Ayah. Lama amat, Yah..." rengeknya lagi, "sekarang aja, ya, Yah..." pinta Alex memasang puppy eyes nya.

"Mau sekarang?" Alex mengangguk antusias.

"Kalo punya KTP sama SIM, kamu boleh bawa kendaraan sendiri. Kamu punya?" Alex menggeleng lemah mendengar itu.

"Ayah... aku masih lima belas tahun, belum punya KTP, apalagi SIM. Tapi, aku pengennya sekarang aja, Ayah," mohon Alex, "aku bakal pelan-pelan bawa motornya, gak kebut-kebutan. Janji, Yah. Boleh, ya, boleh, ya, Yah?" lanjutnya dan memandang penuh harap Adrian.

Adrian menghela napas dan memijit pangkal hidungnya, ia pusing mendengar rengekan si sulung.

"Abang, kalo udah punya dua persyaratan di atas, kamu boleh bawa kendaraan sendiri ke sekolah," ucap Adrian final.

Pria itu beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ruang keluarga, meninggalkan Alex yang terduduk lemas di ruang tamu.

•••

Alex duduk di samping Letta dan memeluk kembarannya itu dari samping.

"Lemes amat, Bang." Letta menepuk-nepuk pelan pundak Alex

"Ayah, gak ijinin aku bawa motor besok ke sekolah," bisik Alex.

"Kan, dibilangin, percuma, Bang. Kamu ngotot, sih, udah tau Ayah over protektif banget, masih aja ngotot pengen bawa kendaraan sendiri. Ckckck, kasian sekale nasib mu, Nak." Bukannya menenangkan Alex, Letta malah menambah mood kembarannya anjlok.

Alex mengigit pipi Letta, membuat gadis itu terpekik.

Menjauhkan wajah Alex dari pipinya yang menjadi sasaran Alex. "Sakit tau, Bang," rajuk Letta.

My Protective Daddy [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang