Happy Reading.
Jangan lupa vomentnya.•••
Tiga cowok yang mengenakan seragam putih biru itu berjalan dengan coolnya. Wajah mereka hampir mirip semua dan tentunya mereka bertiga sangat tampan.
Sesekali mereka menyapa balik jika ada seseorang yang menyapa mereka.
Karena bel masuk belum berbunyi, mereka bertiga ke lapangan untuk bermain basket terlebih dulu.
Tiga lawan tiga. Bagas, Damian, dan Dannis, melawan ketiga teman-teman Bagas.
Yang paling semangat bermain basket dan memasukkan bola ke dalam ring adalah Damian, karena memang cowok itu sangat jago bermain basket dan tentu saja Damian masuk ekskul basket.
Tim tiga bersaudara itu menang. Dan, tentu saja para siswi-siswi yang menonton pertandingan itu bersorak dan meneriaki nama mereka satu persatu dengan penuh semangat. Pinggir lapangan penuh karena siswi-siswi yang tidak ingin melewatkan kesempatan melihat para cogan bermain basket. Hanya ada beberapa siswa karena mereka tidak tahan mendengar suara jeritan para cewek yang memekikkan telinga saat melihat keenam cogan bermain basket.
"Padahal kita enggak tanding beneran, tapi cewek-cewek itu hebohnya minta ampun," komentar Damian.
"Iya, lah, mereka, kan, fans gue semua, makanya mereka teriak-teriak karena liat ketampanan gue. Terlalu tampan," balas Dannis dengan narsi.
Kiki —teman Bagas— menoyor pelan kepala Dannis. "Njirr, pede banget, nih, bocah."
"Bilang aja kalo Bang Kiki iri sama ketampanan gue. Lee Min Ho sama Kim Soo Hyun aja lewat, gue yang paling tampan di du---" belum sempat Dannis menyelesaikan kenarsisannya, Bagas meninggalkan adiknya itu diikuti oleh yang lain.
"KOK AKU DITINGGAL SIH, KAK!" teriak Dannis dan menghentakkan kakinya dengan kesal. Ia menyusul Bagas, Damian, dan teman-teman Bagas.
"Kalian, kok, tinggal gue, sih, mana tadi si Gita liatin gue lagi. Malu, kan gue jadinya," gerutu Dannis.
"Makanya, Dek, jadi orang itu jangan terlalu narsis."
"Emang aku ganteng banget, kok, Kak, iya enggak, Mian?" ucap Dannis, meminta pendapat kembarannya.
Damian mengangguk setuju. "Emang iya, kita itu gantengnya kebangetan." Si kembar D memasang wajah sok gantengnya ralat memang ganteng, membuat para cewek yang mengaku sebagai fannya mereka berteriak histeris yang melihat adegan itu dan mengabadikan momen melalui ponsel mereka masing-masing.
Rasanya Bagas ingin mencakar wajah kedua adiknya yang tingkat kenarsisannya sangat tinggi.
Bagas mengalihkan tatapannya ke ketiga temannya. "Kasi tau gue, Ayah sama Bunda gue punya sifat narsis enggak, sih, kayak si kembar itu?"tanyanya dan menunjuk Damian dan Dannis dengan dagunya.
Ketiga teman Bagas saling menatap. "Kayaknya Ayah lo, deh," jawab mereka bersamaan dengan suara yang sangat pelan.
"Eh, jangan kasi tau Ayah lo, ya?" ucap Kiki cepat. Bukan rahasia lagi jika ayah dari Bagas dan si kembar D sangat menyeramkan, menurut mereka.
"Iya. Ya udah, ke kelas kuy," ajak Bagas, karena bel masuk sudah berbunyi lima menit yang lalu.
•••
Tepat saat bel istirahat berbunyi, Dannis berlari keluar kelas meninggalkan Damian dan guru yang masih memeriksa hasil tugas mereka.
Sifat Ana sekali.
Damian tahu bahwa Dannis meninggalkan kelas dengan terburu-buru karena suatu misi.
Misi masa depan.
Damian berjalan menuju kelas Bagas untuk ke makan bersama-sama. Kalian sudah tau, kan, Adrian dan Ana selalu memberikan bekal kepada keenam anaknya saat bersekolah. Itu lebih sehat dan higienis jika dibandingkan makan di kantin, menurut Adrian.
"Dannis, mana?" tanya Bagas, saat melihat Damian datang sendiri ke kelasnya.
"Gita."
Mendengar nama itu membuat Bagas mengerti. Dannis sedang jatuh cinta pada gadis yang bernama Gita yang notabenenya adalah adik dari Gilang.
"Kita cari Dannis aja dulu, abis itu kita makan bareng." Damian mengangguk setuju.
Kenapa tidak menelpon Dannis saja? Jawabannya karena cowok itu tidak membawa ponselnya dan jika menunggu Dannis datang ke kelas Bagas pasti akan memakan banyak waktu.
•••
"Gita, makin cantik, makin cinta, deh gue sama lo," gombal Dannis dan menjolek dagu Gita.
"Receh. Sekali lagi lo pegang-pegang gue, gue colok, tuh, mata," ancam Gita dan menunjukkan garpu yang ia pegang.
Saat ini mereka berada di kantin, Dannis duduk di depan Gita sambil menyeruput es teh milik Gita.
"Mau dong dicolok sama lo," ucap Dannis dan mengedipkan sebelah matanya pada Gita. Genit.
"Nih, bocah. Mending lo pergi sono. Ganggu gue makan aja," ketus Gita dan menggigit baksonya dengan kesal.
Dannis tersenyum bodoh melihat Gita yang sedang kesal padanya. Gadis itu sangat lucu. Apalagi saat ini, pipinya menggembung karena mengunyah bakso yang lumayan besar yang masuk ke dalam mulutnya.
Tangan Dannis terulur menghapus bekas kuah bakso yang berada di sudut bibir Gita. "Kayak anak kecil aja makannya," komentar Dannis dan tertawa kecil melihat ekspresi Gita yang sangat lucu.
Mata bulatnya mengerjap beberapa kali.
"Nih, anak malah pacaran di sini. Eh, bocah, kita cariin kamu, ya, kemana-mana malah di sini enak-enakkan, pacaran lagi. Masih bocah udah pacaran. Geret dia, Kak, jauh, kan, dirinya dari yang namanya cinta sebelum waktunya."
•••
T
B
CGIMANA SAMA PART INI? RECEH DAN MEMBOSANKAN 'KAN? IYA TAU KOK.
KALO MAU CEPAT-CEPAT UP, KALIAN JANGAN PELIT KASI BINTANG SAMA KOMENTNYA, KARENA ITU BENTUK SEMANGAT DARI KALIAN :)
JANGAN LUPA FOLLOW IGKU (KHINAAAAAAAA) BAKAL AKU FOLLBACK KOK.
MAAFKEUN KALO BANYAK KESALAHAN KARENA AKU BELUM EDIT.
GOWA, 25 AGUSTUS 2019
REVISI, 20 FEB 20
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protective Daddy [SELESAI]
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA. BUDIDAYAKAN VOTE SEBELUM BACA ;) SEKUEL ADRIAN(A) ~~~ "Pulang sekolah gak boleh keluyuran, jangan jajan sembarangan di sekolah, kalo ada tugas kelompok suruh teman kalian datang ke rumah, gak boleh pergi ke rumah teman kal...