Happy Reading.
Jangan lupa vomentnya.•••
Lima orang sahabat itu sedang berada di kantin untuk menghabisi waktu istirahat mereka.
Sekarang si kembar dan saudara lainnya sudah bebas makan di kantin tanpa harus meminta izin pada sang ayah. Ini adalah suatu perubahan kecil yang sangat membahagiakan bagi anak-anak Adrian. Karena mereka sudah tidak perlu memfoto terlebih dahulu atau meminta izin pada Adrian saat ingin makan di kantin atau di tempat lain.
Adrian juga sudah sangat sering bolos mengajar dan mungkin sampai bulan depan pria itu akan cuti dalam urusan pekerjaan demi Ana yang sudah hamil tua. Perkiraan dokter Ana akan melahirkan delapan hari lagi. Itu sebabnya Adrian akan siap siaga di samping Ana.
Alex meneguk minumannya dan menatap ketiga sahabatnya. "Arkan kenapa, ya? Tumben hari ini gak masuk?" tanyanya.
Karena biasanya jika Arkan tidak masuk sekolah pasti cowok itu akan mengatakan di grup chat bahwa hari ini ia tidak masuk bahkan bolos sekalipun, tapi kali ini Arkan hilang tanpa kabar.
"Lo gak tau?"
Alex menatap Revan. "Apa?"
"Muka Arkan kemarin bonyok, tapi gak tau penyebabnya apa," jawab Gilang.
"Bonyok? Kok, bisa?" tanya Alex kaget. Ia sama sekali tidak tahu apa yabg terjadi pada kawannya itu.
"Si Arkan gak mau ngomong penyebab mukanya bonyok." Gilang menyimpan minumnya dan melanjutkan ceritanya, "tapi kalo menurut gue, sih, kayaknya Arkan abis berantem, deh. Gue kira lo udah tau, Lex."
Alex menggeleng tanda tidak tahu.
"Chat gue aja gak dibales sama, tuh, anak, gimana mau tau kondisi dia coba. Kemarin juga gak balik-balik waktu dari---" Sengaja menggantung ucapannya saat baru mengingat sesuatu, lalu pandangannya mengarah pada Letta yang asik memakan bakso gorengnya dibantu oleh Fian.
"Letta?"
"Kenapa?" tanya Letta.
"Kamu tau Arkan kenapa?"
Mendengar itu Letta menegang seketika, tapi sepersekian detik gadis itu mengubah ekspresinya menjadi senyuman lalu menggeleng pelan sebagai tanda respon.
"Yakin?"
"Iya, Bang, terakhir aku liat kemarin dia itu masih baik-baik aja," dusta Letta.
"Iya, Lex, kemarin gue juga liat dia baik-baik aja, kok." Fian menyakinkan kebohongan Letta agar Alex percaya pada gadisnya itu.
"Abang, percaya, kok, sama kamu," kata Alex seraya tersenyum.
Letta tersenyum kaku saat Alex malah percaya dengan kebohongannya. Tapi, ini ia lakukan demi keselamatan persahabatan abangnya dan Arkan yang tidak ingin berakhir masuk rumah sakit.
Fian malah tertawa kecil dan menepuk-nepuk pelan puncak kepala Letta.
Mereka terlonjak kaget saat tiba-tiba Gilang menggebrak meja.
"Astaga, Gilang! Kaget gue," protes Letta.
"Lo kenapa, sih?" tanya Alex.
"OH-EM-JI, LETTA, GUE BARU INGET KALO LO PACARAN SAMA A---" Buru-buru Fian membekap mulut Gilang yang menggelar menarik perhatian para penghuni kantin saat ini.
Terlebih saat Gilang menyebut nama Letta dan kata pacaran. Semua pasang mata menatap penuh penasaran dan harap menunggu kelanjutan ucapan Gilang.
Letta dan Fian kompak menatap tajam Gilang yang sekarang menggaruk tengkuknya yang mereka yakini tidak gatal dan menyengir lebar.
Sekarang giliran Revan menatap Letta. "Ta, lo beneran pacaran sama si Arkan?" tanyanya.
"Udah putus," jawab Letta malas.
Gilang dan Revan terbelalak. Sekali lagi Gilang menggebrak meja.
"Lah? Gak ada kabar pacaran taunya sekarang malah putus. Aisshh... gak asik lo, Ta," protes Gilang.
"Bisa diem gak, sih, lo! Dari tadi berisik mulu," balas Fian sambil menendang menginjak kaki Gilang di sampingnya.
Gilang tertawa kecil. "Iya, deh, gue diem, nih."
"Ta, ceritain dong, kenapa lo bisa pacaran sama Arkan dan kenapa juga kalian bisa putus?" pinta Revan.
Fian menatap tidak suka Revan saat mendengar pertanyaan cowok itu.
"Kenapa lo tanya gitu, sih? Letta udah gak omongin sahabat bangsat lo itu," ucap Fian kesal.
Alex, Gilang, dan Revan mengernyit bingung saat Fian menyebut Arkan sahabat bangsat.
"Maksud lo ngatain Arkan apa?" tanya Alex.
"Kok, lo ngatain sahabat sendiri bangsat, sih? Dosa lo, Fian," kata Gilang.
"Arkan bangsat? Emang, tuh, anak ngapain lo?" tanya Revan.
Fian gelagapan sendiri -baru menyadari omongannya- buru-buru ia menarik tangan Letta agar pergi dari sana. Lebih tepatnya menghindar dari pertanyaan-pertanyaan ketiga sahabatnya.
Dengan kekesalan yang sudah memuncak Letta terus mengomeli Fian sepanjang jalan menuju kelas. Fian menanggapi omelan Letta dengan kalem dan berjanji akan berhati-hati saar membicarakan Arkan -akut keceplosan tentang kejadian kemarin.
"Iya, Sayang. Aku akan berhati-hati lagi. Gak akan keceplosan lagi, kok."
Plakk
•••
TBC
Jangan lupa follow, vote, dan komentnya.
Ig: khinaaaaaaaa
Gowa, 191219
REVISI 23 FEB 20
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protective Daddy [SELESAI]
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA. BUDIDAYAKAN VOTE SEBELUM BACA ;) SEKUEL ADRIAN(A) ~~~ "Pulang sekolah gak boleh keluyuran, jangan jajan sembarangan di sekolah, kalo ada tugas kelompok suruh teman kalian datang ke rumah, gak boleh pergi ke rumah teman kal...