"cel.." lirih aishi, ia menatap sedih ke arah marcel meminta bantuan supaya marcel membantunya untuk tidak pulang bersama devian.
"lo pulang aja sama kak dev, kali ini gue biarin lo dulu" ujar marcel sambil menggenggam tangan allerd.
"aishi" panggil allerd sedih.
"kita pulang" ujar devian sambil menarik masuk ke dalam mobil.
"aku mau sama bang all, aku gk mau sama kak dev.. Lepasin kak dev" aishi memukul lengan devian yg menarik tanganya supaya melepaskanya. Tapi devian menguatkan cengkramanya pada aishi sampai aishi masuk mobil.
Setelah aishi masuk mobil, aishi menatap allerd dan marcel dengan sedih. Devian tidak perduli dengan tatapan aishi pada allerd dan marcel, ia pun melajukan mobilnya ke rumahnya nya.
Sedangkan allerd menatap sedih ke arah mobil devian yg akan melaju ke rumahnya.
"kita harus ke psikolog bang" ajak marcel, tapi allerd menahan tangan marcel.
"kali ini aja abang mohon, tolong jangan bawa ke tempat itu. Abang gk mau, abang gk suka dek"
"tapi gk ada cara lain supaya abang bisa keluar dari depresi ini. Aku gk mau abang depresi karena aishi, aku gk mau"
"abang akan melupakanya sendiri tanpa harus konsultasi dengan psikolog." allerd tersenyum, "Ini tentang perasaan abang, dokter gk bakal ngerti"
Marcel menghembuskan nafasnya kasar, "ok, terserah abang. Lebih baik sekarang kita pulang, aku mulai pusing nih"
"hmm" marcel dan allerd berjalan ke arah parkiran mobil untuk pulang.
.
.
.
.Di dalam mobil devian, aishi menahan mualnya. Dan itu terlihat oleh devian, ia menepikan mobilnya lalu menatap aishi.
"kamu mual?" tanya devian, aishi mengangguk masih dengan menutup mulutnya dengan telapak tanganya.
"kita keluar dulu cari angin ya" saran devian, aishi mengangguk lalu keluar dari mobil.
Baru saja membuka pintu mobil, mualnya kembali lagi. Dan aishi langsung berlari ke dekat pohon untuk memuntahkan isi perutnya.
"kamu gk papa?" tanya devian sambil memijat tengkuk aishi yg terus memuntahkan isi perutnya.
Aishi menegakkan tubuhnya sambil berpegangan pada pohon. Devian sigap merangkul aishi yg seperti tak kuat berdiri. Devian mendekatkan wajahnya dan mengendus.
"kamu bau alkohol? Kamu minum?" tanya devian kaget. Aishi mengangguk lemah, lalu kembali muntah lagi.
Devian memijat tengkuk aishi lagi supaya mengeluarkan isi perutnya lagi sehingga perutnya kosong dan aishi bisa tidur dengan tenang.
"udah?" tanya devian saat aishi menegakkan tubuhnya. Aishi mengangguk, ia melingkar kan tanganya di pinggang devian karena kedua kakinya lemas, kepalanya juga pusing.
"ayo pulang, kamu mabuk berat. Kamu butuh tidur" ujar devian lalu menggendong aishi ala brydal style.
"shup" gumam devian saat ia berhasil mengangkat tubuh aishi.
Baru selangkah, aishi muntah lagi. Dan itu membuat bajunya dan baju devian terkena muntahnya.
"iwh.. " gumam devian jijik lalu melangkahkan kakinya ke mobil. Ia membaringkan aishi di bangku belakang lalu ia masuk ke mobilnya. Lalu ia melanjutkan perjalananya ke rumahnya.
Sesampai di rumahnya, devian langsung membawa aishi ke kamar milik aishi dan membaringkan di ranjangnya.
"gk ada pilihan lain, gua harus gantiin bajunya" gumam devian sambil menatap aishi yg tak sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
senior high school 2 (TAMAT)
RomanceMenikah dengan guru sekaligus wali kelasku sendiri yg tampanya tiada tara? Oh my god! Aku beruntung sekali -aishi- Menikah dengan gadis kecil yg menjadi muridku? Luar binasa. Entah bagaimana nanti kehidupanku........ Dan pacarku yg disana. Huh...