chap 40.

873 28 0
                                    

Allerd, aishi dan warga kampung makan bersama di atas tikar di bawah pohon pisang dan mereka makan tidak diatas piring melainkan nasi, ikan, dan sayuran ada di atas daun pisang. Membuat suasana harmonis terasa sangat kental.

"ayo dek aishi dimakan" ujar bu intan

"apa kamu gk terbiasa makan seperti ini? Mau saya ambilkan piring? " tanya bu desi yg duduk di sebelah bu intan, ia akan beranjak tapi di tahan aishi

"nggak usah tan, saya bisa kok makan seperti ini. Hanya saja belum terbiasa. "

"aku kasih tau ya, disini setiap kali makan ya gini. Makan bersama sama, jadi suasana makin harmonis" jelas allerd

"iya, bahkan kita kadang makan bersama wisatawan"

"ramai bu biasanya?" tanya allerd

"ramai pak, apalagi kalo sabtu dan minggu makin ramai malah. Tapi saya gk suka karena mereka sering buang sampah sembarangan" cerita bu ani, orang yg duduk bersebrangan dengan allerd.

"saran saya, kalau mereka mengantri untuk membeli tiket masuk petugasnya harus nyuruh untuk tidak membuang sampah sembarangan karena kita sudah menyiapkan tempat sampah yg banyak. Meskipun kadang masih ada yg buang sembarangan tapi setidaknya kita sudah memperingati mereka dan mengingatkan mereka untuk tetap menjaga pantai supaya tetap indah dan bersih" jelas allerd.

"ya pak, nanti saya kasih tau" ujar bu ani. Lalu mereka mulai makan dan mereka berbicara mulai dari memasak apa untuk makan malam, bercerita tentang tugas anak anak mereka yg semakin hari semakin sulit, menceritakan wisatawan dengan kejadian lucunya.

Aishi tersenyum mendengar cerita mereka keharmonisan yg seperti ini pernah ia rasakan dulu, dan ia merindukanya. Dadanya kembali sesak saat mengingat kenangan bersama orang tuanya.

Selesai makan, aishi melepas jaket birunya dan melepas jas sekolahnya sehingga meninggalkan kemeja putihnya yg berlengan pendek.

"bunda bunda!" seorang anak berteriak memanggil ibunya membuat orang orang yg saling bersenda gurau menoleh pada anak laki laki berseragam putih biru yg menandakan jika ia masih SMP disusul berberapa anak dengan seragam yg sama

"kenapa riz?" tanya bu intan

"tadi rizky jatuh, sakit bun" rizky menunjukkan luka di siku dan lututnya.

"kakak bawa plester, sini kakak plester" ujar aishi lalu mengambil plester di saku jasnya.

Anak laki laki bernama rizky yg merupakan anak pertama bu intan dengan pak robi mendekati aishi.

"lukanya udah dibersihin pakai air?" tanya aishi

"belum"

"ayo bersihin dulu" aishi menoleh pada gelasnya yg masih ada sedikit air. Ia mengambilnya lalu berdiri dan menarik rizky agak jauh untuk menyiram luka rizky.

"aw.. Perih kak" keluh rizky.

"laki laki itu harus kuat supaya biar bisa jadi sandaran wanita dan kamu bisa banyak cewek kalau kamu ikutin saran kakak"

"beneran kak?" tanya rizky antusias

"iya, kalau kamu gk pernah nangis, gk pernah mengeluh, mandiri, tegas dan bertanggung jawab pasti banyak cewek yg naksir sama kamu. Percaya deh sama kakak"

"aku ikutin saran kakak" rizky tersenyum diikuti aishi

Tanpa rizky sadari, plester sudah terpasang di siku dan lututnya.

"udah" ujar aishi

"nama kakak siapa?"

"panggil aja aishi"

senior high school 2 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang