chap 31

986 32 0
                                    

devian yg awalnya memasang muka konyol kini memasang muka serius, “kamu benci kakak karena kejadian 3 minggu yg lalu? Iya?”

“yes, why?”

“kejadian itu udah berlalu shi, dan aku yakin kamu bukan tipe pendendam dan keras kepala yg sulit memaafkan orang”

“tau apa kakak tentang aku?” Tanya aishi dengan nada menantang, “kakak tuh gk tau apa apa tentang aku, sama sekali” aishi menekankan ucapanya pada kalimat sama sekali yg menunjukkan memang devian tidak tau apa apa tentang hidupnya.

Karena di awal pernikahan mereka belum sempat berbincang bincang tentang pribadi masing masing. Jadi aishi yakin kalau devian tidak tau apapun tentang hidupnya.

“aku tau, karena kamu pribadi yg polos dan lugu. Dilihat dari muka kamu, kamu bukan orang pendendam”

“jangan melihat apa pun dari sebatas muka, karena belum tentu apa yg kakak lihat membuktikan kebenaran aslinya.” Jelas aishi menganut kata pepatah yg terkenal.

“apa kakak gk tau tentang istilah yg menyebutkan kalau orang bisa berubah dengan berjalanya waktu?” Tanya aishi lagi,

“dan asal kakak tau, apa yg kakak lakukan ke aku, aku pun bisa melakukan itu ke kakak.” Aishi berdiri lalu keluar dari bak mandi. Ia mengambil handuk dan membuatnya menjadi selimut lalu berjalan keluar kamar.

Sedangkan devian, ia terdiam mendengar perkataan aishi. Inikah yg disebut karma? Dulu devian mengacuhkan aishi yg menyukainya dan kini dirinya sendiri diacuhkan aishi disaat ia mulai jatuh cinta kepada aishi? Oh Tuhan, kapan masalah ini akan selesai? Pikir devian.

.
.
.
.

Setelah keluar dari kamar mandi aishi segera menanggalkan pakainya dan menggantikanya dengan pakaian kering secepat mungkin sebelum devian keluar dari kamar mandi. Setelah itu ia duduk di ranjang menatap ke tanganya yg basah.

“aishi! Aishi!” teriak devian dari dalam kamar mandi saat aishi akan membuka kain kasa yg menutup lukanya. Aishi berdecih lalu mendekati pintu, ia kasian mungkin devian membutuhkan handuk karena di kamarnya hanya ada satu handuk besar dan 1 handuk kecil. Jika devian memakai handuk kecilnya mungkin tidak akan bisa membungkus seluruh tubuhnya

“apa?” balas aishi

“ambilin handuk!” tuh kan, sesuai dugaan aishi. Dan aishi berniat mengerjai devian.

“handuknya masih aku pakai, tunggu bentar. Atau kakak bisa pakai handuk kecil”

“gk muat shi handuknya terlalu kecil”

“yaudah tunggu aja”

“ambilin handuk di kamar kakak dong”

“ogah” ujar aishi lalu pergi ke ranjang, ia membiarkan devian kedinginan disana.
“aishi! Tolong kakak dong!”

“males” jawab aishi tapi tak berteriak entah devian mendengar atau tidak aishi tak peduli itu.

Devian pun tidak berteriak lagi, aishi sendiri sibuk melepas kasa yg di tanganya dengan sesekali meringis.

"kamu tuh jahat banget ya" suara devian mengagetkan aishi,
Aishi menoleh ke arah devian, dan segera menutup mukanya yg merah padam karena malu.

Karena devian menutup juniornya dengan kemeja, selebihnya ia biarkan saja terlihat yg terpentingkan 'adiknya' tidak terlihat oleh aishi,

"tolong ambilin handuk doang di kamar aja gk mau" ujar devian kesal lalu melangkah melewati aishi yg masih menutup mukanya dengan kedua tanganya.

"jangan ganti kasa dulu, nanti kakak bantuin." ujar devian lagi lalu keluar dari kamar aishi.

senior high school 2 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang