Duda ✔ PCY (Trio Bangsat) [Selesai]

53

Sebelum baca silahkan pencet tanda bintang di bawah kiri layar.. Jangan siders bulan puasa gak boleh bohong yahhh
###
"Hallo mbak.. Tumben telepon jan segini?" Zahra menarik nafas sejenak. Ia mencoba tenang agar zee tidak curiga.

"Nggak papa. Mbak cuma mau ngabarin sesuatu."Zahra memandang sosok yang tengah memandangnya tajam. Zahra mengalihan tatapannya menuju lantai. mendengar suara adiknya membuat hatinya berdenyut sakit. Ia menahan tangis.

"Ngabarin apa mbak? " tanya zee.

"Mmm kayaknya mbak nggak bisa telepon kamu sesering biasanya. Mbak sibuk akhir akhir ini." Zahra menutup mulutnya untuk mengbenam suara isaknya.

"Yahhh padahal, zee mau cerita banyak sama mbak."

"Maafin mbak yah."

"Nggak kok mbak.. Nggak papa wkwk. Ya udah kalo gitu aku mau lanjut latian untuk pensi yah mbak."

"Iya.. Semangat yah.. Dan... "zahra melirik wanita yang kini sedang fokus memainkan smartphone ny. Namun zahra sungguh yakin jika ia mendengarkan semua percakapan nya dan zee dengan jelas.

"Dan.. Jaga diri baik baik yah."Lanjutnya.

Tak berselang beberapa lama panggilan terputus.

Wanita yang sedari tadi duduk di depannya ini berjalan mendekat dan merampas benda pipih itu.

"Gue udah izin untuk pekerjaan lo sama seseorang bernama Lay." ucapnya.

Zahra terkejut,  tunggu Lay??

Wanita di depan nya ini menarik kuat rambut berantakan zahra.

"Inget.. Gak lama lagi, gak lama lagi.. Mereka bakal gue bawa sini. Dan kalian mati di depan mata gue."ia tertawa jahat. Zahra memandang wanita itu tepat di mata. Tantenya ini memang sudah berubah. Tidak, dia bahkan sudah seperti tergantikan oleh orang lain. Tatapan mata yang selalu tantenya berikan pada nya waktu ia kecil sungguh berbeda dengan apa yang saat ini ia terima. Tatapan penuh dendam dan penuh akan gila harta.

Ia memjamkan matanya. Ia tak mau seperti ini. Tak mau mati dengan konyol seperti ini.

"Bisu lo hah??!!" wanita itu menarik rambut zahra kuat, hingga membuatnya harus menahan sakit yang amat di kulit kepalanya.

Wanita itu tertawa sinis dan menghempas kuat cekalannya, itu membuat kepala zahra terkena lantai hingga menimbulkan suara benturan yang kuat.

Bukan tanpa alasan zahra hanya diam. Zahra hanya tidak ingin dianggap mengemis di hadapan tantennya ini dengan selalu menyangkal apa yang di katakan wanita jahat itu. Ia mencoba tenang, dan selalu berpikir positif jika ia akan selamat. Lagi pula ia yakin seorang Zhang Yixing (Lay) ,  adalah sosok yang tidak pelupa.

###

"Bapak serius??? Boong kan bapak?" anjir lah anjir... Ini kenapa jadi kek gini woyy tulungin guaaa..

"Kalau saya bohong, kenapa saya hafal betul kejadiannya seperti apa? "kata pak ceye santai. Dia liat gue sambil senyum kecil. Entah ini perasaan gue atau gimana, tapi gue rasa di dalam mata dan mimik wajah pak ceye mencerminkan ketulusan. Dan kejujuran kuat terpancar di mata dia.

Tunggu!!

Sejak kapan gue bisa baca mimik muka orang woyy.

"Jadi, anak kecil yang ngasih saya permen waktu itu bapak? "tanya gue masih gak percaya.

"Iyaa sayang.. Dan kamu, anak kecil yang saya tenangin waktu nangis bener?" Anjir lah anjir.. Apa tadi sayang?? Zeyenk??

Gue nunduk. Antara malu sama pen maki jadi satu. Entah kenapa liat pak ceye gini jadi pen maki :'

"Ekhem.. Udah lah pak, lagian udah lama ini. Ngomong ngomong mau nyanyi apa? " gue mencoba mengalihkan pembicaraan. Soalnya kalo ini berlanjut bisa bisa gue makin malu dan makin pen maki gitu.

"Aaa masalah nyanyi sebenarnya belum saya cari lagu yang cocok. Tapi, saya ada menyimpan satu lagu cadangan." nih orang ribet banget dah..

"Kenapa ada lagu cadangan?"

"Iya, ini sebagai plan B aja. Karna untuk mencari lagu duet yang cocok sama warna suara kita cukup susah." oke gue lupa lagi di hadapan guru seni. Warna suara?? Suara ada warnanya yh?? Gblk bener dah gue.

"Emang bapak tau warna suara saya apa?? Bapak ngomong gitu kaya tau warna suara saya aja. Saya kan belum ada nyanyi di depan bapak."

Pak ceye ketawa pelan. Dari posisi sekarang jujur banget gue terpesona sama muka pak ceye. Dengan rambut yang menutupi jidat membuat dia jadi ganteng. Terus lesung pipit tipis yang selalu dia tampilin waktu senyum kecil membuat sempurna wajah dia.

Kenapa gue bisa dengan jelas liat muka dia? Jadi ini karena ke reflekan gue yang liat piano nganggur. Dari dulu gue pengen banget belajar piano, tapi keluarga nggak mau beliin karna nggak ada yang bisa main. Nahh pas liat piano jari gue pengennya nyentuh. Dan tau tau aja gue udah duduk di kursinya.

Waktu pak ceye dateng gue kelabakan dan pen balik duduk di tempat biasa, tapi dia nahan gue dan malah duduk di sebelah gue dengan jarak deket. Tapi nggak deket banget yang pastinya dia duduk di kursi lain dong.. Dan di saat seperti ini mengalirlah cerita cerita masa lalu.

"Kalau orang yang paham betul tentang seni, ia akan tau warna suara seseorang tanpa denger orang itu nyanyi"jelas dia.

"Iya deh.. Tau kok yang lulusan universitas terkenal." pak ceye senyum. Bener deh guys gue liatnya itu kek rasanya pen banget ngomong 'bapak manis kalo senyum' astaga. Apa gue terjangkit cabe cabean ini??

"Kamu, bisa main piano?" tanya pak ceye memecah keheningan beberapa menit lalu.

Gue ngangguk.

"Bisa tapi dikit dikit aja.."

Hening. 

Ini napa jadi canggung gini dah??

Brak..

Pintu tiba tiba kebuka, dan seseorang ehh nggak dua orang dateng sambil ngerapihin kemeja mereka.

Gue liat dua orang itu aneh. Keknya guru muda yang di sekolah ini gk ada yang waras yah. Jelas jelas gue liat pak kai yang kek kedorang dan ngebuka pintu, sama pak sehun yang megang bahu pak kai dengan ekspresi yang bisa di bilang lucu. Pak sehun yang liat pak kai dengan tatapan tajem setajem silet, terus muka pak kai yang kek nahan berak jadi bisa di bilang mereka rada aneh :')

"Kalian gelud hah??! " tanya pak ceye. Ini juga sama, dari muka jelas keliatan banget dia akting.

Guee menghela nafas dalam, dan mungkin bentar lagi idup gue yang nggak jelas..

Tunggu..

Gue kan orangnya emang absurd :'

"Ada yang mau gue omongin." Pak kai yang tadi muka nahan berak sekarang ke mode serius.

Gue nunduk mainin hp, tapi telinga masih mendengar dengan seksama.

"Kita ikut pensi." ucap pak kai tegas.

Gue ngangkat kepala reflek.

#######

Maap atas keterlambatannya 😭😭👍