~33 Pergi Jauh✔

3.6K 146 6
                                    

Happy reading.

....

Di sebuah Rumah-Sakit yang bertuliskan 'Angkara Hospital' yah itu nama rumah sakit milik keluarga Angkara, Arlin terdiam cukup lama memandang rumah sakit itu, hatinya tergerak untuk menemui Alfian kali ini, ia begitu rapuh ia butuh seseorang untuk mendengar semua keluh kesahnya.
Kejadian hari ini begitu membuat Arlin terpukul dan sangat kecewa.
Pertama, ia kehilangan Paman tercintanya dan kedua, sahabat yang ia anggap saudara sendiri tega membohongi dirinya. Apa kah hari ini adalah hari buruk baginya?

Arlin melangkah masuk ke dalam ruangan Alfian ruangan VVIP. Arlin mendudukkan bokongnya di sebuah kursi yang ada di samping kasur Alfian.
Arlin memandang wajah Alfian dengan sendu tak terasa air mata lolos dari matanya, akhir-akhir ini Arlin sering mengeluarkan air matanya, bukankah seorang leader juga manusia jadi Arlin berhak untuk menangis jika itu membuatnya menjadi lebih tenang.

"Fin, maaf gue udah salah paham sama lo, maaf juga gara-gara gue lo jadi koma sampai sebulan ini," monolog Arlin sendu.

Arlin memegang jari Alfian dan mengusapnya lembut.

"Cepat sembuh Fin, dan bawa gue pergi jauh dari orang-orang yang udah buat gue sakit," ucap Arlin lagi.

"Gue gak tahu hubungan kita ini apa tapi yang gue rasa hubungan ini udah buat gue nyaman, Fin, gue mau kok jadi nyonya Angkara hahaha... kedengarannya aneh yah? Em... gue udah sadar ternyata gue udah jatuh, jatuh hati sama lo," berbicara semdiri membuat Arlin kembali tersenyum.

"Seri-us...." tiba-tiba terdengar suara serak dari arah samping Arlin.

Arlin mengangkat wajahnya,  matanya berbinar senang.

"Alfian!" pekik Arlin langsung memeluk Alfian.

"Sa-kit" rintih Alfian merasa sakit dan sesak.

"Eh, sorry, gue seneng banget akhirnya lo siuman juga," ucap Arlin sambil cengengesan.

Alfian geleng-geleng kepala melihat tingkah Arlin.

"Gue panggilin dokter dulu ya."

Alfian mengangguk.

Ckelek..

Pintu terbuka menampilkan Arlin dan Dokter Abram, dokter yang menangani Alfian.
Dokter Abram mulai mengarahkan stetoskopnya ke dada Fian.

"Kondisinya cukup baik walau ia baru siuman dari tidurnya. Tubuhnya dapat menyesuaikan dengan cepat. Mungkin lusa sudah boleh pulang," ucap Dokter Abram

"Kalau pulangnya hari ini Dok, gimana?" tanya Arlin

Alfian mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan Arlin yang menurutnya aneh.

"Sebenarnya bisa saja, pulang hari ini tapi pasien baru bangun dari koma dan dia butuh istirahat yang banyak," ucap Dokter Abram.

"Kalau gitu saya permisi yah, selamat beristirahat," ucap Dokter Abram dan diangguki Alfian dan Arlin.

Alfian menggenggam jemari Arlin sambil menatap wajah Arlin yang begitu kusut.

"Ada apa? Mukamu kusut gitu,  matamu juga sembab, cerita! Aku siap mendengarnya," ucap Alfian sambil tersenyum manis.

Arlin diam, ia tak bersuara, kini otak -nya mulai berpikir.

Alfian semakin mengerutkan dahinya ketika bola matanya menangkap sebuah koper yang ada di sudut sofa.

"Itu koper siapa?" tanya Alfian.

"Koper gue."

"Kamu ngapain bawa koper? Mau nginep?"

Berlian's Diamond Gangster (COMPLETED) (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang