49 ~ Surprise.✔

2.8K 133 3
                                    

Happy reading.

Don't forget vote and commet.
Please support me.

.
.
.

Intan dari tadi mengetuk pintu kamar Arlin. Namun, Arlin tak kunjung membuka pintunya. Entah ada apa yang terjadi hingga Arlin tak ingin membuka pintu kamarnya.

"Lin, buka pintu lo, gue bawa sup kesukaan lo," ujar Intan.

"Nggak Tan, gue malu," jawab Arlin dari dalam kamar.

"Lo malu kenapa, Lin, kejadian itu saat lo gak sadar jadi jangan gitu dong, semua bukan salah lo." Intan berusaha membuat Arlin merasa tak  malu.

Semenjak kejadian kemarin, ketika Arlin kehilangan kontrol dirinya tidak sadar telah membuat kekacauan dan keributan.
Hal itu membuat Arlin malu saat menyadarinya.
Arlin begitu tidak percaya dirinya bisa kelepasan seperti itu.
Sungguh! Arlin tak berniat mengacaukan. Dirinya hanya tak sadar sedang melakukan hal yang seharusnya tak dilakukannya.

Arlin merasa dirinya benar-benar malu atas tindakan yang dilakukan dirinya sendiri.

"Intan, Arlin udah makan?" Intan menoleh saat ada yang memanggilnya.

Intan menggeleng.

"Gimana mau makan Fin, Arlin aja masih gak mau buka pintu." Intan begitu kesal melihat tingkah Arlin.

"LIN, LO ITU STOP YA BUAT GUE PUSING, CUKUP SAMA TINGKAH LO KEMARIN YANG GAK NYADAR ITU,  POKOKNYA LO HARUS MAKAN,  KALAU LO SAKIT GUE JUGA YANG REPOT!" Intan sudah dibuat kesal apa lagi hormon wanitanya sedang naik.

"INTAN, LO JUGA NGERTIIN GUE DONG. GUE MALU TAN, MALU BANGET SAMA KELAKUAN GUE KEMARIN. PLEASE, JANGAN PAKSA GUE MAKAN GUE GAK BAKAL MATI HANYA KARENA GAK MAKAN SEHARI ." Arlin juga membalas perkataan Intan dengan teriakan yang ngegas.

Cewek kalau ribut itu emang adu mulut!

"Tan udah, biar gue aja yang coba bujuk Arlin," Fian segera mengambil nampan berisi sup.

"Nih, serah lo mau ngapain tuh anak,  udah pusing gue, heran deh leader kok sikapnya gitu." Intan segera berlalu meninggalkan Fian di depan pintu kamar Arlin.

Tok tok tok. ....

"Udah, berapa kali sih gue bilang Tan, gue gak mau makan."

"Berlian, ini aku, Fian."

"Alfian?"

"Iya."

"Kamu buka pintu ya, aku bawain makanan gak boleh loh nolak makanan yang datang, nanti nasinya nangis nih." Fian membujuk Arlin.

"Tapi gue malu Fin, sama kelakuan gue kemarin, gue kelepasan kontrol."

Fian menghela napas.

"Yang anggap diri kamu memalukan itu cuma diri kamu sendiri, aku,  Tiara, Intan, Faris, dan Krystal itu malahan khawatir sama keadaan kamu. Gak ada yang perlu disesali lagian itu bukan sepenuhnya kesalahan kamu, cmo'n buka pintunya."

Arlin tersenyum di balik pintu ia segera melangkah membuka pintu.

Cklek. .......

Hal yang pertama dilihat Arlin adalah senyum Fian.

"Sorry."

"Iya, ayo, makan dulu."

Fian duduk di pinggir kasur Arlin.
Sedangkan Arlin mencuci muka dan kembali duduk di samping Fian.
Mereka duduk dalam keadaan hening.

Berlian's Diamond Gangster (COMPLETED) (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang