27. Membingungkan

16.7K 811 16
                                    

"Untuk apa membalas perbuatan orang lain, selagi kita bisa memaafkan orang itu."
-Keyla Clarista

❤❤❤

Setelah kejadian geng Rifal bertarung melawan geng Liyon, Egar menjadi sedikit lebih pendiam dari sebelumnya, memikirkan perkataan Alvan tentang Vivi.

tangannya dibalut dengan perban karena patah tulang, Alvan dengan mudah mematahkan lengannya. Mungkin yang didapatkannya tidak seberapa dibanding yang diterima oleh Ferry, bahkan Egar menyayat perut Ferry dengan pisau lipat, meskipun sobekannya tidak terlalu besar tapi pasti sangat menyakitkan.

Egar memasuki club malam, hanya ingin menenangkan dirinya disini. Dia duduk dikursi bar dan memilih minuman yang dipesannya. Matanya memicing disaat melihat seorang perempuan rambut sebahu dan berpakaian sangat minim sedang berada dipelukan orang lain.

Egar menggosok matanya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa yang dilihatnya bukanlah orang itu. Egar mencoba mendekat, dan menyentuh bahu perempuan yang sedari tadi dilihatnya.

Perempuan itu reflek menoleh saat merasa bahunya disentuh, dia tersentak kaget saat mengetahui didepannya ini adalah Sinegar Rizky, sahabatnya sendiri. "Egar," pekik perempuan itu.

Egar menatap tajam perempuan dihadapannya ini, dia tidak mengira jika semua perkataan Alvan itu benar.

"Lo ngapain disini," Vivi mencoba menyentuh rahang Egar, Vivi tahu jika Egar akan marah padanya.

Egar menghempaskan dengan kasar tangan Vivi menyentuh kulitnya, "percuma gue belain lo, ternyata lo kayak gini," ucap Egar sangat pelan tapi menusuk.

Vivi diam tidak bisa berkata kata. Ah, kenapa juga harus bertemu dengan Egar disini, disaat dia bersama lelaki lain.

Lelaki yang sedari tadi diam menatap Egar dan Vivi ikut berbicara, "dia siapa?" Tanyanya kepada Vivi dengan menunjuk Egar.

"Oh kenalin, gue Egar sahabatnya Vivi, lo sendiri siapa?" Ucap Egar menjabat tangan lelaki disebelah Vivi. Menekan kata sahabat membuat hati Egar sedikit sakit, jujur dia berharap lebih tapi itu semua mustahil.

"Bram, pacarnya Vivi."

Mendengar hal itu membuat rahang Egar menegas, menahan amarah. 'Buat apa dia berantem dengan Alvan jika Vivi malah bersama orang lain?'

"Terus lo kemarin nangis nangis itu apaan? Lo bohongin gue?" Ucap Egar mencengkram erat bahu Vivi, seperti menyalurkan segala amarahnya.

Vivi mencoba melepaskan cengkraman Egar dan menarik Egar untuk keluar dari club malam ini. "Sorry gue pulang dulu sama sahabat gue," ucap Vivi kepada Bram yang menyandang status sebagai pacarnya.

Bahkan Egar hanya mengikuti Vivi yang menariknya keluar, Egar merasa perasaannya hancur seketika, ternyata perempuan yang diperjuangkannya seperti ini.

"Jelasin semua sama gue," ucap Egar dengan tegas.

Vivi diam beberapa saat mencoba merangkai penjelasan yang akan diberikannya pada Egar. "Gue suruh lo bales dendam ke Alvan karena gue gak terima di tolak mentah mentah sama dia, gue tahu lo cinta kan sama gue Gar, jadi lo pasti mau ngelakuin apapun buat gue."

Egar tertawa sumbang, "jadi lo cuma manfaatin gue?"

Vivi hanya mengangguk.

"Gue pikir setelah gue bales dendam lo ke Alvan, lo bakal bales juga cinta gue Vi," ucap Egar dengan sangat pelan.

"Sorry Gar, gue bakal lebih memilih Alvan daripada lo, siapa yang gak mau sama cowok kayak Alvan? Ganteng, poluler, kaya." Vivi tersenyum miring, "bahkan waktu gue pacaran sama Alvan gue bisa dapetin apapun."

KEYVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang