Kalau kata pamungkas, "if you love somebody, Gotta set them free"
❤️❤️❤️
Dika memberhentikan motornya saat lampu merah, dia bersenandung sambil menunggu lampu di hadapannya berubah menjadi warna hijau. Dika merogoh saku kemeja sekolahnya, berniat mencari ponselnya untuk menghilangkan rasa bosan, tetapi ponsel itu tidak ada disana, dia kembali merogoh saku celananya tetapi benda persegi panjang itu tidak ada disana juga.
Raut wajah Dika berubah menjadi panik, dia melepaskan tasnya dan mencari ponsel itu di tasnya, hingga dia teringat sesuatu, dan menepuk jidatnya, "bego lo Dik, kan tadi gue charge di belakang kelas."
Saat lampu berubah menjadi warna hijau, hampir semua pengendara membunyikan klaksonnya dengan tidak sabar. Membuat Dika kesal, "baru satu detik jadi hijau, udah klakson-klakson aja, mending naik pesawat kalau gak mau macet."
Dika langsung mencari jalan untuk memutar balikkan motornya menuju ke sekolah. Dia tidak bisa meninggalkan ponselnya, tahu sendiri jika ponsel termasuk barang penting. Tanpa ponsel Dika akan mati kebosanan di rumah.
Dika memasuki kawasan SMA Garuda kembali, dia memarkirkan motornya dengan sembarangan. Masa bodo, ini sudah jam pulang sekolah, bu Gendut pasti sudah pulang dan tidak akan memarahinya.
Dika mengedarkan pandangannya di sekolah sudah cukup sepi, mungkin hanya ada beberapa murid yang berkeliaran, pasti sudah banyak yang pulang.
Dika berlari menyusuri lorong, dan segera masuk ke kelasnya, dia menemukan ponselnya di belakang kelas. Dika ingat saat jam istirahat tadi dia memainkan game online bersama teman-temannya hingga baterai ponselnya habis dan dia mengisikan daya ponselnya. Tetapi malah lupa mencabutnya hingga sekarang.
"Untung aja masih ada," ucapnya sambil mengambil ponselnya.
Setelah itu dia kembali keluar kelas, dia bersiul bersenandung menghilangkan bunyi sepi di sekitar lorong, saat tidak sengaja dia melihat seseorang perempuan duduk dengan menundukkan kepala di dekat pohon yang cukup rindang dan dapat menghalau panasnya sinar matahari.
Dika berjalan menghampiri perempuan itu, dan duduk di sebelahnya, "lo ngapain belum pulang?" Tanyanya.
Karin yang mendengar suara berat lelaki mendongakkan kepalanya, "Dika? Lo ngapain disini?"
"Gue tanya, kok lo malah tanya balik."
Karin hanya menggeleng sebagai jawaban.
Hingga Dika mengerutkan keningnya dengan kebingungan, "lo gak mau pulang? Atau lo nunggu jemputan lo?" Dika tahu jika biasanya Karin selalu pulang dengan supirnya, dia melirik jam tangan yang dikenakannya, "Tumben jam segini lo belum di jemput."
"Gue lagi gak mau pulang, gue nyuruh supir gue buat gak jemput," ucap Karin.
"Terus? Lo mau nginep disini?" Dika menghadap lurus ke depan, "hati-hati biasanya disini banyak setannya, apalagi kalau lo sendirian."
Karin langsung menghadap Dika dan membulatkan matanya, "DIKA JANGAN BIKIN GUE TAKUT DONG," teriaknya sambil menggeser duduknya mendekati Dika.
Dika tertawa dengan keras, secara tidak sadar tangan Dika mengelus rambut Karin.
Karin menatap Dika dengan sebal.
"Lo sih aneh, ngapain juga gak mau pulang? Kan enak di rumah bisa rebahan sambil main game," ucap Dika sambil menurunkan tangannya dari rambut Karin.
Karin menatap Dika dengan tatapan sedihnya, "gue lagi galau Dik," ucapnya dengan sangat pelan bahkan terdengar seperti berbisik. Air mata Karin tidak sengaja keluar begitu saja, melewati pipinya.
Dika memeluk Karin, menyandarkan kepala Karin di bahunya. "Lo kenapa Rin?" Tanya nya dengan pelan.
Karin hanya menggeleng.
"Jangan bilang lo gak kenapa-kenapa, gue tahu lo lagi kenapa-kenapa sekarang," Dika mengusap rambut Karin, berusaha menenangkan Karin. "Lo mau cerita? Gue siap dengerin kok."
Karin mengangkat wajahnya menatap Dika, jarak wajah Karin dan Dika hanya sejengkal, membuat mereka bisa bertatapan dengan dekat.
Karin menghembuskan nafasnya, "Nando sudah jadian sama Sinta?"
Dika mengangguk sebagai jawaban.
"Sakit ya Dik, mencintai seseorang yang malah mencintai orang lain, sakit banget rasanya ketika gue tau kalau alasan dia bahagia itu bukan gue."
Dika hanya terdiam mendengar ucapan Karin.
Karin mengusap air matanya, "tetapi bukannya level tertinggi dalam mencintai itu mengikhlaskan, gue tahu gue harus ikhlas lepasin dia buat orang lain, dia harus bahagia."
Dika kembali memeluk Karin, hatinya tiba-tiba ikut sedih mendengar ucapan Karin. Dika tahu yang dimaksud Karin disini adalah Nando, tetapi Dika tidak tahu jika Karin mencintai Nando. Karin terlalu pintar menyembunyikan perasaannya, Karin terlalu hebat menahan rasa sakitnya.
"Lo juga berhak bahagia Rin, bukan gini caranya. Lo gak bisa cuma ngelihat dia bahagia sama orang lain, lo juga harus tunjukin ke dia kalau lo juga bisa bahagia."
Karin menangis kencang di dada Dika, benar kata Dika kalau dia juga harus bahagia. "Dik bantu gue," ucap Karin merancau, "bantu gue lupain Nando."
Dika mengangguk, "gue bakal bantu lo lupain Nando, Rin."
Hai hai semuaa
Akhirnya Keyvan balik lagi
Maaf aku udah lama gak updateJangan lupa buat vote dan komen yaaa
Terima kasih banyak yang udah baca cerita Keyvan
Keyvan sekarang udah dibaca 1 jutaaa lebih loooo
Terima kasiiiihhhDan maaf ya kalau ceritanya kurang bagus karena Keyvan ini cerita pertama aku
Ini untuk visualnya, tapi kalau kalian mau bayangin sendiri juga boleh kok
Ini Karin
Ini babang Dika🥰🥰🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYVAN
Teen FictionAlvan Gara Christian si cowok badboy, dan ketampanannya yang selalu dipuji-puji banyak wanita, dia juga merupakan ketua geng yang ditakuti oleh semua orang. Kelakuan nakalnya membuat Alvan dikeluarkan dari sekolah, dan mendaftar kembali ke sekolah y...