39. Tunggu ya?

19.2K 874 25
                                    

"Aku mau menunggu karena aku yakin kamu akan kembali padaku nantinya."
-Keyla Clarista

❤❤❤

Alvan kali ini di temani oleh Ferry, mereka berdua memasuki mimimarket, "kok gue ngerasa kita jadi kayak agen FBI ya? Menjalani misi rahasia," ucap Ferry sedikit berbisik.

"Berisik lo, udah ikutin aja rencana gue sekarang."

Dua perempuan yang berada di kasir tersenyum menyapa mereka saat masuk, "Ada yang bisa saya bantu?"

"Ada mbak, tolong bantuin saya masuk ke hatinya mbak," ucap Ferry merayu perempuan itu hingga tersipu malu. Ya inilah alasan mengapa Alvan mengajak Ferry, sebab Ferry seringkali menggoda perempuan, siapa tahu jika Ferry menggoda karyawan disini dia akan diizinkan melihat CCTV.

Perempuan itu berdehem, menetralisir dentuman jantungnya yang berdetak cepat, bagaimana tidak? Digoda dengan lelaki tampan dengan wajah blasteran pasti akan membuat siapapun tersipu malu, "masnya lagi butuh apa?"

"Boleh kita masuk lihat CCTV nya?"

"Maaf mas tidak boleh, itu sudah menjadi persyaratan disini."

Ferry reflek memukul meja kasir membuat dua perempuan yang bertugas menjaga kasir terpekik kaget, "tapi mbak ini penting."

"Sekitar satu minggu yang lalu mama saya di tabrak didepan minimarket ini, saya mau cari pelakunya, enak banget habis nabrak orang lari gitu aja."

Ferry menyentuh matanya dengan ekspresi yang sedih dibuat-buat, "masa mbak gak kasihan sama teman saya sih, mamanya sampai koma lho mbak."

Dua perempuan itu sepertinya merundingkan sesuatu, "saya tanyakan atasan saya terlebih dahulu." Kemudian salah satu perempuan itu mengambil sebuah ponselnya dan menelpon seseorang yang Alvan kira pasti atasan mereka.

Ferry mengedipkan satu matanya ke Alvan, "rencana kita sukses," ucap Ferry dengan gerakan mulut tanpa suara.

Alvan mengangguk sebagai jawaban atas perkataan Ferry.

"Baiklah mas boleh, silahkan ikuti saya."

Alvan dan Ferry mengikuti di belakang salah satu perempuan itu menuju ke arah layar CCTV. "Mas ketik aja saat tragedi tanggal berapa dan di jam berapa."

"Oke," Alvan mencoba mengingat-ingat, untung saja dia tadi menanyakan ini kepada Keyla.

Tangannya dengan cekatan mengetikkan angka, dan terpampanglah sebuah tragedi yang mereka ingin ketahui.

"Nah iya ini Van," ucap Ferry senang, "eh anjing, itu di tabrak kayak gitu, ngawur banget tuh."

Alvan melirik tajam Ferry, "ini yang di tabrak orang bukannya anjing."

"Maksud gue ya orang, tapi gue udah keburu bilang anjing."

"Terserah lo," tidak ada waktu untuk Alvan meladeni perkataan Ferry yang tidak jelas itu, dia dengan cepat memindahkan file sebuah rekaman dari komputer itu menuju ponselnya. "Sudah, makasih ya mbak."

Perempuan itu mengangguk, "iya sama sama mas, semoga bisa cepat ketemu ya mas pelakunya."

"Mbak kalau baik gitu makin cantik deh," ucap Ferry mengedipkan satu matanya, Alvan memutar bola matanya, Ferry mulai lagi. Alvan menarik lengan Ferry mengajaknya keluar dari sana.

"Van lo gak cari tahu dulu siapa pelakunya?"

"Gue udah tahu pelakunya, rekaman ini bakalan gue buat bukti, supaya dia bisa mendekap di penjara."

KEYVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang