Chapter 12

3.3K 366 6
                                    

Hp Taehyung bergetar untuk yang keenam kalinya.

Tidak punya pilihan lain, Taehyung mengambil hpnya dan mengangkat telepon tersebut.

"TAEEEEEEEEEEEEEE-"

Pip

Panggilan diakhiri

Tae sudah lelah denganmu Chim.

Namun hpnya bergetar lagi.

"APAAN SEH, CHIM?! GUE LAGI GALAU JAN GANGGU!"

"AKU CUMA MAU NGINGETIN TAE BUAT LATIHAN! Tapi Tae galau kenapa? Mau curhat?"

"Curhat ga bakalan manjur! Mending lu bantuin gue ngusir tuh kelinci dari hidup gue!"

"Ealah, ternyata ada hubungannya sama Jungkook toh. Napa, kalian berantem lagi?"

Taehyung bimbang untuk sementara. Apakah sebaiknya ia ceritakan ke Jimin?

"T-tadi, gue ketemu dia pas belanja... Terus... Terus..."

"Iya? Iya? Terus kenapa? Kalian kiss-kiss kah?"

"Y-YA, YA NGGAK LAH! MANA MUNGKIN, MANA MUNGKIN GUE, GUE-!"

"Nah loh, Taetae, ngaku aja. Aku tahu kok, nggak usah malu~ Kalian udah gitu-gitu kan~"

"Eng... Enggak! Enggak, Chim, enggak!"

Pip

Panggilan diakhiri

Taehyung terdengar sangat bodoh. Mungkin sekarang Jimin sedang tertawa terbahak-bahak di sana.

"Haahhh..." Taehyung membuang napas dan meraba dadanya. Terasa perih, namun juga terasa berapi-api.

Ia segera berbaring di tempat tidur, meletakkan kacamatanya, dan mengingat-ingat.

"AHHHHHHH! GUE BENCI! GUE BENCI SAMA LOOOO!!!"

Jungkook berhenti tertawa. Ia memandang Taehyung untuk sesaat.

Kekosongan itu membuat Taehyung ikut terdiam. Apakah ia sudah terlalu berlebihan? Tidak mungkin kan, Jungkook sakit hati karena ia bilang begitu?

"Eheheh. Nggak apa-apa, hyung." Jungkook menyeringai dan menyalakan mesin. Ia melihat ke depan dan mulai menyetir, "Udah Kookie bilang, Kookie akan tetap berusaha tanpa putus asa."

Ia tersenyum dan menggenggam tangan Taehyung, pandangannya kembali menghadap Taehyung.

Walaupun dalam waktu yang sangat singkat, walaupun dunia tetap bergerak di sekeliling mereka, walaupun otaknya terus memerintahkan kata tidak, namun hatinya tidak bisa menghindari senyum Jungkook.

Kedua matanya memancarkan cahaya halus yang tulus.

Pada saat itu juga, jantungnya terasa berhenti. Namun kehangatan tangan Jungkook tetap menyadarkan Taehyung bahwa Jungkook selalu ada untuknya.

Sebutir air mata terjun dari mata kanan Jungkook.

"You are the cause of my euphoria."

Taehyung tidak mampu berkata-kata, berpikir pun sudah seperti otak udang.

Ia tidak mengerti, namun ia bertanya-tanya.

Bertanya-tanya apakah dirinya begitu penting untuk Jungkook?

Jika memang begitu, apa yang bisa ia lakukan untuk membalasnya?

Biarkan tangan Jungkook menuntunnya dengan lembut.

Perasaan yang bergejolak di dadanya meluap-luap ketika Jungkook menciumnya, memeluknya, membelainya.

Dan Taehyung hanya bisa luluh di dekapan Jungkook.

Ia menerima dengan tenang.

Menerima segala kasih yang Jungkook pendam untuknya.

ʀɪᴠᴀʟ • ᴋᴏᴏᴋᴠTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang