Chapter 44

1K 96 0
                                    

"Lampu? Cek, panggung? Cek," Namjoon bergumam sendiri. Ia berjalan-jalan menelusuri aula dengan membawa notebook yang sudah menjadi salah satu ciri khasnya. Hampir semua daftar geladi kotor yang akan dilaksanakan sudah tercentang, kecuali kehadiran beberapa kelas dan nama-nama tertentu.

Sang ketua OSIS berhenti berjalan dan menengok ke sana-sini, "Hoseok-Rosé? Hadir?"

"Hadir, bosqu," sahut Hoseok dengan ceria dari atas panggung. Rupanya ia sedang melatih pola lantai penampilannya dengan Rosé dan anak-anak sanggar yang akan tampil bersama mereka.

Selanjutnya Namjoon berjalan lagi sambil mencentang nama Hoseok-Rosé, "Jungkook-Lisa?" panggilnya lagi, kali ini ke arah samping panggung di dekat jendela di mana biasanya pasangan itu duduk.

"Tim kelas hadir, tapi Jungkook lagi otw, kak, katanya abis beli susu pisang di Omegamart tadi, di kantin abis soalnya," Lisa menjawab, ia menunjuk ke sebelahnya di mana seharusnya ada Jungkook, akan tetapi anak itu tidak terlihat di mana pun.

"Oh, iya, suruh cepet, ya, Lis," Namjoon mencentang bagian Jungkook-Lisa, lalu melihat ke bagian belakang aula. Kayaknya tadi ada Taehyung-nah! Itu dia lagi mabar sama Momo dan anak-anak kelasnya.

"Taehyung-Momo? Cek, terus, siapa lagi, ya," Namjoon bergumam sambil berjalan lagi. Kan Beomgyu-Ryujin udah gugur, terus, "Soobin-Yeji?"

"Yeji nggak bisa ikut, bos," ujar seorang anggota OSIS yang sedang mengotak-atik laptop, "Tadi dia udah izin mau latihan lagi buat lomba debat."

"Oh, gitu, terus Soobin ada?"

"Nggak tahu, dari tadi belum lihat dia."

"Oke, makasih," Namjoon menghela napas, "Soobin-Yeji nggak ada, terus, udah semua sih, hmmm."

Ia mengecek notebooknya dari awal daftar dan memastikan semuanya sudah beres, kemudian mulai mengarahkan semua siswa yang terlibat acara geladi kotor pensi untuk segera memulai kegiatan.

Sementara itu, di luar aula, Soobin mengintip dengan hati-hati ke dalam, memastikan semua orang sibuk dengan kegiatan itu. Kemudian ia mengendap-endap pergi dari sana dan menemui seseorang yang telah menunggunya.

"Gimana?" Yeonjun bertanya sambil mematikan layar hpnya yang sedari tadi ia pakai untuk menghilangkan kebosanan selama Soobin melakukan pengintaian.

"Beres! Tapi laptopnya gimana?" Soobin ganti tanya. Yeonjun cuma ngangkat bahu, "Nggak tahu lagi deh. Keknya aku mau beli yang baru aja."

Laptopnya si Yeonjun ilang beberapa saat yang lalu, setelah baru aja dia bantuin Taehyung sama Jimin nemuin alamat emailnya. Entah gimana, entah dia lupa naruh atau dicuri, laptopnya nggak ada di mana-mana pas dicariin. Yah, nasib.

"Ya udah, yuk, buruan!"

Sepasang kekasih itu bergegas meninggalkan kawasan aula melewati lorong kelas yang sudah sepi. Kebanyakan siswa sudah pulang karena hari ini para guru mengadakan sebuah rapat dan sebagai gantinya OSIS mengadakan geladi kotor untuk pensi.

Mereka tiba di ruang hall, kemudian Soobin tiba-tiba berhenti berjalan. Yeonjun ikut berhenti dan bertanya, "Kenapa, yang?"

Soobin menggelengkan kepala, "Kita nggak bisa lewat gerbang depan, ternyata dijagain sama OSIS. Mereka pasti kenal aku."

Yeonjun mengintip dari balik etalase tinggi yang memamerkan berbagai macam piala, "Eh, iya, terus gimana dong? Kita nggak bisa keluar berarti?"

Soobin mengedipkan sebelah mata, "Tenang, sayang, kata Jungkook-hyung, dia pernah lewat tembok yang di belakang itu, tapi sayangnya dia ketahuan sama Yoongi-hyung. Nah, berhubung Yoongi-hyung masih sibuk di aula, kita bisa lewat sana! Ayok!" Lekas ia pergi duluan dari Yeonjun.

Mereka berlari beriringan, berhati-hati untuk tidak menghasilkan terlalu banyak suara ketika melewati ruangan yang digunakan para guru untuk mengadakan rapat.

"Tungguin, yang! Aku takut!" bisik Yeonjun.

Soobin tertawa sambil memperlambat lajunya, kemudian menggandeng Yeonjun yang kesulitan menyeimbangkan kecepatan geraknya dengan Soobin. Mereka tengah melewati lorong menyeramkan yang rumornya berhantu, dan Yeonjun sempat tertinggal jauh di belakang karena Soobin yang tidak sadar akan kecepatannya berlari.

"Maaf, maaf, abis aku takut ketahuan, semoga aja nggak ada OSIS yang jalan-jalan dah di sini," ucap Soobin. Ia berjalan pelan-pelan di samping Yeonjun, "Geladi kotor buat pensinya kenapa harus hari ini juga sih, padahal kita kan udah ada rencana buat jalan berminggu-minggu yang lalu."

"Iya, tapi kan rencananya sebelum kamu ikut nominasi, Bin, lagian emang nggak apapa kamu cabut gini?" yang lebih tua menanyakan.

"Masa bodo si, yang, cuma geladi kotor aja kok," Soobin mengayunkan tangannya tak acuh, "Aku nggak pengen jadi raja pensi. Nanti kalau aku tampil, Yeji yang jadi Julietku, padahal Julietku yang asli malah nonton doang. Ironi kan?"

Tawa Yeonjun terdengar renyah dan memabukkan bagi Soobin, mereka bertatapan mata dengan penuh kasih seperti biasanya, "Ya udah deh, tapi kamu udah bilang sama Yeji juga?"

"Udah dong, dia juga sebenernya nggak suka ikut pensi, lebih penting ngurusin debat katanya," Soobin mengangkat kedua bahu, "Gegara itu tuh, satu anggotanya yang cowok, makin lama makin nggak niat latihan debatnya, lagi sinting katanya."

"Oh? Eunwoo?" tebak Yeonjun yang langsung mendapat sebuah anggukan dari Soobin, lalu mereka berhenti membahas perihal pensi setelah sampai di tembok belakang sekolah.

Tembok batu yang lumayan menjulang, sebagai pembatas antara sekolah dan sebuah gang kecil menuju sungai. Sebuah tembok yang legendaris, menjadi saksi sebuah romansa seorang pangeran tampan dan kesatria yang perkasa, kata Jungkook. Nggak tahu bener apa nggak, keknya dia cuma ngimpi.

Soobin menoleh ke Yeonjun, "Udah siap, yang?"

Yeonjun tersenyum miring, "Siap dong! Nggak usah kamu bantuin, aku bisa manjat sendiri!"

"Oh?" Soobin mengangkat kedua alisnya dan menyeringai, "Coba, gih, kalau jatuh, nggak aku tangkep loh."

"Idih, nggak butuh bantuanmu, sayang," Yeonjun melambaikan tangan kanannya pada Soobin. Lalu ia melompat-lompat, pada percobaan ketiga ia berhasil meraih puncak tembok dan mulai mengangkat tubuhnya secara perlahan.

Soobin tetap diam di tempatnya, meskipun pandangan matanya berlapis akan rasa cemas saat mengamati pergerakan sang kekasih yang lumayan ceroboh. Ketika Yeonjun sudah berada di atas, ia berhenti sejenak dan menoleh ke Soobin, menjulurkan lidahnya dengan imut dan melompat ke luar tembok.

"Hahaha, awas ya kalau aku dah sampai sana," Soobin menarik sedikit celananya dan mengangkat tangan yang tanpa sedikit pun usaha langsung mencapai puncak tembok. Ia mempererat cengkeramannya, lalu otot lengannya yang sudah terlatih mengangkat tubuhnya dalam sekali tarikan, kemudian ia mengangkat satu kaki ke atas dan melihat Yeonjun yang cengengesan di seberang.

"Dasar, aku tangkep loh! Aduh, duh, celanaku nyangkut-"

"-sini aku bantu."

Soobin membelalak kaget setelah mendengar bisikan seseorang dari bawahnya. Ia belum sempat menoleh ke bawah saat sebelah kakinya yang masih bergantung didorong ke atas dengan keras. Soobin kehilangan keseimbangan, lantas ia merasakan tubuhnya terhuyung ke depan dan mulai jatuh.

"Soobin! So-!"

Ia kehilangan kesadaran setelahnya.

ʀɪᴠᴀʟ • ᴋᴏᴏᴋᴠTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang