Nyawa Taehyung terasa melayang.
Ia baru saja menyetujui taruhan dengan seorang Jeon Jungkook! Jeon Nyebelin Jungkook! Topiknya berbahaya lagi, sudah jelas-jelas kemenangan berada di tangannya. Bagaimana Taehyung bisa unggul dari Jungkook yang punya fanbase lebih dari jumlah siswa tiga sekolah lokal?!
Astaga, Taehyung ingin mencekik dirinya sendiri karena keputusan bodohnya itu. Yang hanya bisa ia lakukan sekarang adalah berharap agar jumlah vote yang ia raih pada minggu pertama kompetisi ini mencukupi sehingga ia tidak tersingkir dari daftar nominasi. Salahkan OSIS yang menggunakan sistem eliminasi.
Btw, sudah berapa lama kira-kira ia meratapi nasib di atas kasur? Padahal tadi waktu bangun tidur udah kesiangan, masih aja sempat ritual mewek dulu. Taehyung baru tersadar akan hal ini setelah perutnya meronta minta makan.
Eomma juga ke mana ya? Kok nggak bangunin Taehyung seperti biasanya, jadi kesiangan kan. Terus nggak terdengar juga teriakan frustasi appa yang hampir tiap hari meja kerjanya diberantakin Yeontan.
Hmm, ada sesuatu yang janggal. Sambil mengelus-elus perutnya, Taehyung bangkit dari posisi telentangnya kemudian keluar kamar tanpa bersih-bersih dulu. Masa bodo, udah siang juga ntar kelamaan.
Taehyung mengendus-endus udara setelah sampai di dapur, berusaha mencari aroma makanan yang ternyata tidak tercium sama sekali. Ini penghuni rumah pada ke mana yak kok sepi banget.
Menyerah untuk menemukan orang tuanya, pemuda yang rambut ungunya masih berantakan itu mengambil sebuah gelas dan mengisinya dengan air. Ia meminumnya sambil melihat ke jam dinding kecil yang terpajang di dapur.
Jam enam lebih empat puluh menit?!
Tergesa-gesa, Taehyung meletakkan gelasnya dan memakai kacamata, "Anjir gue ga salah lihat ternyata! Mampus dah!" Ia berlari kencang kembali ke kamarnya, lalu mandi kilat dan mengenakan seragam secara ah bodo amburadul, sabuknya juga ngumpet di mana lagi?!
Setelah memastikan ia tidak melupakan apapun lagi, Taehyung bergegas keluar dari rumah dan mengendarai sepedanya menuju ke sekolah.
===•••===
Walaupun udara pagi sangat dingin, akan tetapi jaket hitam yang dikenakannya hampir sepenuhnya basah oleh keringat.
Jungkook tetap berlari meskipun paru-parunya sudah sesak untuk bernapas. Ia menarik lagi tali string bag putihnya yang agak melorot karena beban buku yang berada di dalam.
Sialan, sudah bangun kesiangan, masih diomelin lagi!
Kakaknya itu selalu saja begitu! Padahal kan Jungkook kesusahan tidur semalam karena demam yang dideritanya beberapa hari ini, nggak disiram air dan disita kunci mobilnya juga kali!
Mulut pemuda itu tidak berhenti menggerutu sepanjang jalan ia menyeret kedua kakinya yang sudah seperti jeli ke sekolah. Dua mata cokelat di balik helai rambut hitamnya menangkap suatu pemandangan yang menarik.
"Yaelah, noona, kan belum ada sepuluh menit," rengek Taehyung, "Masa aku ga boleh masuk?"
Rupanya si doi sedang merengek pada satpam wanita agar diperbolehkan melewati gerbang yang sudah tertutup.
"Nggak!" ujar si noona berambut pendek itu, "Kamu pikir ini jam berapa? Jam tujuh lebih!" Dia menunjukkan jam tangannya, "Tunggu sampai jam pertama selesai, abis itu baru boleh masuk dan langsung ke BK!"
Taehyung kena sekakmat, langsung berpindah ke rencana B dengan mengeluarkan jurus puppy eyes yang ia pelajari dari Yeontan, dan tentu saja tidak bisa menembus dinding kukuh sang noona.
KAMU SEDANG MEMBACA
ʀɪᴠᴀʟ • ᴋᴏᴏᴋᴠ
Fanfiction[pending revisi] Ejek-ejekan mereka berawal dari kekalahan reputasi Taehyung terhadap Jungkook si murid baru. Si Tae kalah telak karena kacamata buluknya. Sang ortu menghukum Taehyung karena matanya rabun tiba-tiba, dan mereka menyita seluruh aset T...