Lagi-lagi, aktivitas Taehyung dalam empat hari berikutnya standar. Sangat standar.
Ia berangkat ke sekolah seperti biasa. Mengayuh sepedanya melewati perumahan, kemudian area pertokoan, dan hampir sampai di sekolah.
Di jalan pula, tidak ada peristiwa menonjol. Bahkan nenek tua yang biasanya menyeberang jalan dengan sangat lambat pun tidak terlihat.
Sebenarnya Taehyung tidak bermasalah dengan hal tersebut, akan tetapi kedamaian yang ganjil ini sungguh membuatnya terganggu.
Dia itu memang aneh, ribut salah, tenteram salah. Ya, mau bagaimana lagi. Ia tidak suka hidup yang terlalu datar.
Bagaikan datarnya roda ban sepedanya hari ini.
"Uoohhh... O o uwo... o o uwo uwo..." gumam Taehyung sambil konsentrasi mengendalikan laju sepedanya yang tidak stabil. Taehyung tidak bisa menutup mulutnya selama mengendarai sepeda berwarna ungu itu.
Sepedanya bergerak lebih cepat dari biasanya, ditambah dengan jalan yang agak basah karena bekas hujan tadi malam.
Melenceng sedikit, Taehyung segera mengerem dan menghentikan sepeda. Sudah hampir satu bulan ia menggunakan sepeda untuk transportasi ke sekolah, namun sepertinya ia belum mahir sepenuhnya.
Ia menggerutu pada kebijakan appanya kala itu.
"Pa, ma, Tae nggak bisa lihat..."
Appa dan Eomma Kim menunda permainan ular tangga mereka dan melihat Taehyung yang baru saja pulang terlambat dari sekolah.
"Maksud Tae gimana? Nggak bisa lihat apa?" tanya eomma.
Taehyung tidak berani menatap kedua pasang mata orangtuanya. Ia cemberut, sebelah telapak kakinya menepuk lantai dengan cepat, "Kayaknya... Tae butuh kacamata, ma."
"Apa?" sahut Appa Kim, "Kamu udah nggak bisa lihat dengan jelas?"
Taehyung mengangguk perlahan. Ia duduk di sofa, bersiap untuk omelan appa dan eommanya.
Dan ya, sore itu berakhir dengan Appa dan Eomma Kim mengantar putra mereka untuk diperiksakan kesehatan matanya.
Taehyung pun memakai kacamata sejak saat itu, sekitar sebulan yang lalu.
Tidak hanya itu, sang appa dan eomma bersikeras menyita hp Taehyung karena dugaan ia ngegame tanpa henti. Taehyung mewek tidak terima hpnya diambil. No hp no life.
Sebagai gantinya, Appa Kim tidak akan mengantar dan menjemput Taehyung. Mau naik bus kek, ikut temen kek, bodo amat, yang penting appa nggak mau nganter, ujar Appa Kim waktu itu.
Bukan bermaksud jahad sih, appa dan eomma tetap tidak tega. Akhirnya mereka menyuruh Taehyung memakai sepeda bekas eommanya dulu, daripada ia rewel uang sakunya berkurang gegara naik bus.
Namun hukuman itu belum cukup. Kalau Tae masih pegang hp, apa gunanya? Oleh karena itu, wifi di rumah pun hanya Appa Kim yang tahu sandinya. Taehyung hanya boleh akses setelah ia membantu eomma bersih-bersih dan memasak.
Tahu rasa kan lu sekarang, Taehyung?
Nah, penderitaannya belum selesai. Bukan hanya di rumah, di sekolah pun ia menderita.
Ada Jimin yang selalu mengganggu (tapi Tae tetep sayang), diceramahin Seokjin gegara nilainya anjlok mulu, latihan saksofon buat pensi, dan kehadiran Jungkook.
Jungkook, baru dua minggu ia transfer ke sekolah ini, tapi sudah terkenal dengan kelakuannya yang berandalan. Sebenarnya ia bukan anak yang nakal, ia hanya suka pamer visual dan tidak mau diatur.
Bocah seumurannya kan memang begitu. Masa pubertas sedang dalam proses mengubahnya menjadi pria dewasa.
Dan dari sekian banyak orang, korban puber Jungkook adalah dirinya.
Kim Taehyung, seorang pemuda biasa, ia hanya memiliki kemampuan musik yang lebih dari anak lain. Dan jangan lupakan penampilan sederhana dan sebuah kacamata, serta sepedanya di pinggir gedung parkir.
Sesuai dengan pernyataan di atas, Taehyung memarkirkan sepedanya di lokasi yang sama.
Ia disapa oleh kesepian gedung parkir. Hanya ada beberapa siswa yang memarkirkan kendaraan, tidak ada satu pun penggemar Jungkook seperti biasanya.
Hal ini sudah terjadi seminggu yang lalu, bersamaan dengan turunnya tensi kehidupan Taehyung.
Sepertinya benar kata Jimin, ada yang kurang.
Salah satu tebakannya; semua ini berakar dari Jungkook.
Anak itu memang sedang bermain-main. Baru saja ia tiba-tiba lengket ke Taehyung, selalu godain orang sana-sini, dan sekarang menghilang begitu saja.
Ia tidak pernah muncul di hadapan Taehyung, maupun menunjukkan dirinya pada penggemarnya. Dia mau transfer lagi kali ya?
Hal itu beranak sungai menjadi keganjilan terjadi sekolah. Jarang ada keramaian, semua orang sibuk dengan urusan masing-masing. Atau mungkin karena sedang mempersiapkan pensi?
Kenapa dibuat susah? Taehyung yang juga akan tampil saja latihan sekenanya.
Ia mengambil tas saksofon di keranjang sepeda dan berjalan ke ruang loker untuk menyimpan saksofon itu selagi ia belajar di kelas.
Di dalam sana, para murid malah asyik gosip ria, tidak segera kembali ke kelas masing-masing.
Taehyung mendengar desas-desus bahwa Lisa akan kalah dalam kejuaraan pensi kali ini. Ada juga yang bilang jika penggemar Jungkook sedang memburu seseorang. Ada lagi yang tambah gila gosipnya, meramalkan bahwa dalam kontes raja dan ratu pensi nanti akan ada kejutan dari pihak OSIS.
Kejutan apa? Namjoon ngelamar Seokjin?
Taehyung menganggap lalu banyak sugesti yang berkeliaran di ruang loker. Memang ruang yang terkutuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ʀɪᴠᴀʟ • ᴋᴏᴏᴋᴠ
Fanfiction[pending revisi] Ejek-ejekan mereka berawal dari kekalahan reputasi Taehyung terhadap Jungkook si murid baru. Si Tae kalah telak karena kacamata buluknya. Sang ortu menghukum Taehyung karena matanya rabun tiba-tiba, dan mereka menyita seluruh aset T...