Jungkookpun tersenyum nakal.
"Jadi pacar Kookie dong, hyung."
Kedua telinga Taehyung auto merah.
Ia melotot ke arah Jungkook yang tersenyum berharap.
"Ogah! Ya kali gue pacaran sama lo! Apa untungnya?"
"Loh, banyak untungnya, hyung!"
Jungkook mulai menggulung kerah lengan bajunya.
"Keuntungan hyung jadi pacar Kookie:
1. Kookie ganteng.
2. Kookie super kuat.
3. Kookie maskulin.
4. Kookie cerdas.
5. Kookie rajin b-""MAU GUE CUBIT GINJAL LO?"
Taehyung sudah bersiap dengan pose jari kepiting.
"Mau hyung jual ginjal Kookie juga ga apa-apa, kok, Kookie rela. Tapi dengerin dulu. Kookie ga mau hyung digangguin sama orang terus, kayak kakel songong tadi itu, kalau hyung punya Kookie, Kookie kan bisa jagain hyung."
Jungkook mengembuskan napas, perlahan mencibirkan bibirnya.
"Kookie sayang sama hyung."
Mendengar perkataan itu, Taehyung diam seribu bahasa.
"Hyung ingat, nggak, waktu hyung masih di taman kanak-kanak?" tanya Jungkook, ia mengunci pandangannya ke Taehyung.
'Taman kanak-kanak? Yang gue inget, ya pas gue ngompolin tuh bocah yang ngejar-ngejar gue terus.'
"Dulu," Jungkook berhenti sejenak, memikirkan kembali apa yang ingin ia bicarakan.
"Ingat pas ada lomba lari, dan hyung yang seharusnya menang, tapi malah berhenti dan nolongin anak kecil super cengeng?"
Hmm, interesting.
Taehyung memejamkan mata dan mencoba kembali ke masa lalu...
"Huweeeeeeee!!!"
Taehyung mendengar suara tangis yang sangat kencang ketika ia sudah berada di putaran terakhir.
Dilihatnya seorang anak laki-laki, lebih kecil darinya, duduk di pinggir lapangan.
Anak itu menangis sambil memeluk lututnya.
Taehyung yang memang dari sananya selalu penasaran, merasa tertarik untuk mengetahui apa yang terjadi.
Tak memedulikan perlombaan lari ini lagi, Taehyung berbelok keluar dari jalur lomba. Ia segera menghampiri anak itu.
"Hei, hei, kamu kenapa nangis?" tanya Taehyung. Ia berjongkok di hadapan si anak.
"Uwaaaah! Kookie pengen pulaaaanggg!" Tangisan anak berambut hitam itu semakin menjadi-jadi.
"Kookie pengen pulang? Kenapa? Kookie nggak mau ikut lomba?"
Kookie, yang sepertinya adalah nama panggilan si anak, mengangkat wajahnya dan takut-takut melihat Taehyung.
Perlahan ia menarik kedua lengannya, dan menunjukkan kedua lututnya yang terluka.
"Hiks, tadi Kookie didorong, terus jatuh. Kookie pengen pulang," rengek Kookie sambil menutupi lututnya lagi.
"Eomma Kookie di sini nggak?" tanya Taehyung sambil menyingkirkan tangan Kookie untuk melihat lukanya.
"Eomma lagi kerja..."
"Appa?"
"Eung, appa nggak pernah pulang ke rumah, hiks..."
Taehyung mengelap air mata Kookie. "Kalau gitu aku anter ke bu guru sekarang, biar lukamu diobati. Ayo, Kookie bisa jalan, nggak?" Taehyung menarik tangan Kookie untuk berdiri, tetapi kedua kakinya langsung bergetar dan Kookie kembali menangis.
"Sakit," rintih Kookie, ia menutup matanya rapat-rapat.
Insting kedewasaan Taehyung langsung menampol kepalanya, ia segera berbalik dan mempersiapkan punggungnya, "Sini, aku gendong."
Dengan anggukan malu, Kookie naik ke gendongan Taehyung. Ia dibawa oleh Taehyung ke guru mereka yang ternyata sedang sibuk mengurusi anak lain yang sedang menangis pula.
Taehyung menurunkan Kookie di sebuah bangku kemudian menghampiri sang guru.
"Boooo gorooooo, temen Tae jatoh neh. Lontong dong," ujar Taehyung sambil menarik-narik rok gurunya.
"Yang bener tolong, Tae. Sini bu guru obati lukanya, tunggu sebentar, ya," sang guru berlari ke dalam suatu ruangan dan kembali dengan membawa kotak pertolongan pertama.
Guru perempuan itu mengobati luka Kookie dengan cepat. Ia mengelus pipi Kookie. "Sudah, lukanya akan nanti cepet sembuh. Jangan nangis lagi, ya? Kookie mau pulang sekarang? Bu guru anterin."
Kookie tersenyum dan menggeleng sambil melirik-lirik ke Taehyung.
"Ya udah," Perhatian sang guru berpindah ke Taehyung, "Kamu masih mau ikut lomba, Tae?"
Taehyung menggeleng dan duduk di samping Kookie, "Nggak, ah, mager. Paling juga udah selesai."
"Ya udah, kalian boleh tunggu di sini atau main ke lapangan setelah lomba. Tapi jangan pulang sendiri, ya, tunggu dijemput."
"Baik, bu, makasih," ucap kedua anak laki-laki bersamaan.
Sang guru tersenyum dan menepuk kedua kepala muridnya dan bergegas kembali pada anak yang lain.
"Maafin Kookie, um..."
"Namaku Taehyung, panggil aja Tae."
"Gara-gara Kookie, Tae jadi nggak menang lomba."
"Bukan masalah, lagian, aku suka nolong orang lain."
"Gitu, ya, Kookie juga pengen jadi kayak Tae."
"Hehehe, Kookie harus banyak belajar dari aku, kalau gitu."
Kedua anak itu berbincang dengan senang.
Taehyung mendapat teman, Kookie mendapat cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
ʀɪᴠᴀʟ • ᴋᴏᴏᴋᴠ
Fanfiction[pending revisi] Ejek-ejekan mereka berawal dari kekalahan reputasi Taehyung terhadap Jungkook si murid baru. Si Tae kalah telak karena kacamata buluknya. Sang ortu menghukum Taehyung karena matanya rabun tiba-tiba, dan mereka menyita seluruh aset T...