Chapter 34

1.3K 142 3
                                    

Sesampainya di sekolah, mereka berempat langsung tancap gas ke kantin.

Berhubung masih jam pelajaran, dan mereka dateng paling awal, berbahagialah mereka karena kantin masih belum ramai.

Hanya ada beberapa orang saja yang duduk di meja paling ujung. Grup cowok-cowok bandel, kebanyakan lagi pada ngevape dan ada satu orang yang lagi minum susu kotak.

Udah kelihatan kalau itu Jungkook, pake jaket kuning dan kedua kakinya dinaikin di atas meja.

Aslinya dia lagi asyik nyedot susu kotaknya sambil main hp, tapi pas Taehyung and his friends melangkahkan kaki ke dalam kantin, dia langsung nurunin kakinya dan duduk sok manis.

Hi.

"Lu pesen apa, lu, lu?" tanya Taehyung pada Jisoo yang lagi duduk, kemudian pada Jennie lalu Jimin.

"Chicken noodle soup with a soda on the side," seru ketiganya bersamaan.

"Okidoki," Taehyung melangkah cepat ke meja kasir, sedangkan tiga orang lainnya mulai ribut, lagi.

Di sudut matanya, ia dapat melihat satu orang dari gerombolan di ujung berdiri. Eh, si kelinci burik ternyata.

Taehyung sampai duluan di kasir, dengan jarak antara dia dan Jungkook semakin dekat.

"Mi ayam empat, bu, sodanya tiga, air mineral satu," ucap Taehyung pada ibu-ibu yang punya kantin.

"Siap, mbak, eh, mas," ibunya ketawa dan masuk ke dalem buat nyiapin pesenannya.

Anjing, umpat Taehyung dalam hati. Ia membalikkan badan untuk kembali ke meja teman-temannya tapi malah terhadang oleh Jungkook.

"Paan sih lu, minggir!" Taehyung berdecak dengan kesal, ia menutup hidung ketika mencium bau manis yang menyeruak dari Jungkook.

"Garang bat macem singa betina," Jungkook mengulurkan tangan, "Surat izinku mana?"

Taehyung memutar mata, kemudian merogoh saku celananya dan menamparkan surat itu ke muka Jungkook.

"Jahad," Satu kata yang diucapkan Jungkook.

"Bacot," Satu kata yang diucapkan Taehyung juga. Ia segera memutari Jungkook dan kembali ke mejanya dan duduk di sebelah Jimin.

"Cie," Satu kata dari Jisoo yang sukses memancing emosi Taehyung.

"Ish, diem lu, Soo!" seru Taehyung dengan kesal, "Ga gue bayarin mampus lu."

"Iya, iya, maap," Jisoo ketawa cekikikan, "Gue suka yang tsundere-tsundere."

"Tsundere tuh apa?" Jimin tidak mengerti. Ia mengambil hp Taehyung dari sakunya dan memainkan sebuah game, maklum hpnya Tae menarik gegara banyak game.

"Lu ga perlu tau, Chim, masih polos jangan dinodai," jawab Jennie. Ia ikut mengeluarkan hp dan mengajak Jisoo untuk selfie.

Satu orang yang tidak memegang hp hanya menopang dagu sambil melihat ke sekeliling dengan bosan.

Lima menit setelah Taehyung dilanda kesuwungan, ibu kantinnya datang dengan membawa sebuah nampan berisikan pesanan mereka.

"Berapa, bu, semua?" tanya Taehyung setelah membagikan makanan ke tiga orang temannya. Ia segera mengeluarkan dompet, tetapi dengan cepat disela oleh si ibu.

"Nggak usah, mas," ibunya tersenyum sambil menunjuk ke meja seberang, "Udah dibayarin sama masnya yang tadi."

"Eh? Masnya siapa?" Keempat siswa mengikuti arah tunjukan si ibu, dan mendapati gerombolan cowok tadi sudah mulai beres-beres untuk pergi.

"Itu, masnya yang paling belakang, yang pake jaket kuning."

"Si Jungkook lah, nyong," ujar Jisoo sambil menyeruput sodanya, "Sana kejar, balikin duitnya, ntar ngutang lu. Bayar di sini apa di akhirat."

Taehyung refleks untuk berdiri, tapi mengurungkan niatnya dan kembali duduk.

"Bodo ah, kan dibayarin, gue ga minta. Dia nggak bilang suruh ganti kan, bu?" Taehyung bertanya pada ibunya.

"Nggak kok, nafkah harian buat istri katanya."

Jisoo dan Jennie yang lagi minum langsung nyembur, Jimin yang kena.

Setelah ibunya pergi, barulah otak Taehyung kembali berfungsi, ia mengacak-acak rambutnya dan berteriak, "Jungkook eek! Gue sumpahin istri lu besok burik!"

"Lah lu nyumpahin diri lu sendiri, goblok," kata Jisoo.

"Banyak omong lu," Taehyung melotot ke Jisoo sambil meraih sebuah garpu, "Mending lu cerita ke gue, gimana rincian event pensinya itu, ga mudeng sumpah."

"Lah pas sosialisasi kemarin emang ga lu dengerin?" tanya Jisoo sambil mengunyah mi, "Pokoknya ntar hari Minggu ada seleksi final."

"Hah? Final apa?" sahut Jennie.

"Final pensi lah, itu loh, pokoknya yang penampilannya di akhir, paling meriah paling mewah paling uwu, khusus calon raja sama ratunya doang tapi."

"Ada begituan juga, ya?" Jimin berkomentar, "Terus seleksinya gimana?"

"Yaa," Jisoo mengingat-ingat, "Apa yang mau ditampilin lah. Ntar yang paling greget tampil terakhir, pas dikeluarin kembang api juga."

"Woah, ada kembang apinya?!" seru Jimin, baksonya sampai gelinding ke mangkuk lagi, "So sweet banget! Beb, pokoknya kamu harus tampil final, abis itu ngajak Jungkook naik dan nembak dia secara live! Harus pokoknya, kalau nggak kita putus!"

"Eh ga mau!" sahut Taehyung dengan cepat, "Mending gue nembak Momo daripada dia!"

Jisoo menggeleng, "Jangan nembak Momo dong! Kasihan dianya, masa anak alim, cantik, polos, dapet orang ga jelas kek lu!"

"Cerewet banget dah lu, Soo, pokoknya gue mau tampil final tapi ga nembak siapa-siapa! Gue masih nyaman single!"

"Iyain aja, Soo, serah dia lah, serah dia," kata Jennie.

"Yang penting, banyak latihannya biar bisa lolos seleksi!" ujar Jimin sambil menepuk bahu Taehyung, "Ntar aku temenin latihan, abis mandi aku ke rumahmu, oke!"

Setelah Taehyung mengangguk, mereka berempat segera menghabiskan makanan mereka karena satu demi satu siswa telah memasuki kantin. Hal ini menandakan bahwa jam istirahat akan segera tiba, dan kantin akan terpenuhi oleh orang-orang lapar.

Taehyung tidak suka berada di tengah keramaian, lantas ia memakan suapan terakhirnya dengan cepat dan menunggu ketiga temannya untuk segera keluar dari kantin dan kembali ke kelas.

ʀɪᴠᴀʟ • ᴋᴏᴏᴋᴠTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang