Pelajaran matematika selalu membuat otak Taehyung bekerja dengan keras. Saking tumpulnya, ia tidak bisa mengingat sebuah rumus yang sederhana, apalagi memahaminya.
"Omegad," gumam Taehyung sambil menghela napas. Ia menopang dagu, matanya sipit memandangi angka-angka yang tertera di papan tulis.
"Gurunya aja pacaran sama papan tulis," Jimin ikut menopang dagunya, "Bukannya kita mudeng, malah mubeng."
Taehyung mengangguk, menyetujui. Ia menulis apa pun yang otaknya cerna ke buku catatannya. Ya, buku setebal lidi itu adalah buku catatan.
Ia menyadari betapa 'tidak mengerti'nya ia. Apakah hanya dalam matematika saja? Hohohoh, tentu saja tidak. Ia tidak mengerti semuanya.
Beberapa saat Taehyung berpikir untuk menyudahi gaya hidupnya yang tidak sungguh-sungguh ini. Namun masih banyak hal yang mengganjal di pikiran dan hatinya.
Kebanyakan dari masa lampau. Terkadang ia memikirkannya, terkadang ia ingin melupakannya.
Pandangan hidupnya penuh dengan imajinasi kekanak-kanakan. Ia selalu berharap lukanya bisa sembuh begitu saja dengan berjalannya waktu.
Malah curhat ke mana-mana.
Taehyung kembali pada kegiatannya menulis yang beberapa detik lalu tertunda. Sesekali ia melihat catatan Jimin, menyamakan isinya.
"Selamat pagi!"
Semua orang berhenti melakukan aktivitas. Suara dari speaker di atas pintu masuk menarik perhatian.
"Kegiatan belajar mengajar akan berakhir pada jam kedua."
Sorak gembira menggelegar dari seluruh kelas.
Kedua bahu Jimin terangkat kaget, ia melempar tubuhnya ke Taehyung. "Asdfghjkl YEYYYYYY!" pekik Jimin, bingung ingin menutup telinganya atau ikut merayakan.
"Setelah jam istirahat pertama, para siswa dimohon berkumpul di aula untuk sosialisasi acara pensi. Terima kasih."
"Yaaahhhh..." Kini semua murid mengeluh. Tidak jadi pulang awal, tapi setidaknya terbebas dari matematika.
"Tau gini gue nggak bakal bawa buku paket." Jennie menggerutu sambil memasukkan semua bukunya ke dalam tas. Bangkunya terletak di depan Taehyung dan Jimin.
"Lah lu enak, cuma duduk-duduk doang. Gue? Jadi MC!" Jisoo di sebelah Jennie ikut mengomel.
Jennie menyeringai, "Salah lu sendiri jadi OSIS." Ia mengambil dua kotak jus apel dari tasnya, memberikan satu kepada Jisoo.
"Tau tuh, si Namjoon!" Jisoo menyeruput jus itu dengan sedikit kesal, "Tiba-tiba aja bilang, Jisoo, kamu jadi MC ya buat acaranya, enak banget gitu loh ngomongnya," cibirnya.
Sambil minum, Jisoo mengeluarkan selembar kertas. "Lihat nih, susunan acaranya, bejibun kek php mantan!" Jisoo menunjukkan kertas itu kepada Jennie.
Taehyung dan Jimin saling melirik, berbagi sinyal untuk menguping.
"Hmm?" Jennie menunjuk sesuatu, "Plot twist? Apaan tuh?"
Jisoo hanya mengangkat kedua bahunya. Ia ikut mengamati sebaris kalimat itu. "Ntar bakalan dijelasin sama Joonie. Duluan, yak." Jisoo bangkit dan segera keluar dari kelas.
"Tadi itu apa, Tae? Plot, plot apa?" Jimin berbisik pada Taehyung.
"Nggak tau, yang jelas acaranya panjang."
Jimin dan Taehyung mengerang bersamaan.
"OSIS gabut banget dah, sosialisasi segala." Taehyung menopang dagunya lagi.
"Main aja, yuk!" Jimin menawarkan.
"Main apa?" Taehyung menebak dengan menyebutkan sebuah game di hp, namun Jimin menggeleng.
Ia menunjuk ke luar kelas, "Main ke lapangan."
Taehyung mengerutkan dahi, "Ngapain siang bolong kek gini ke lapangan? Mau jadi mochi goreng lu?"
"Ya nggak gitu juga," Jimin berdiri dan berkacak pinggang, "Ke mana gitu kek. Jalan-jalan aja, terus dibablasin biar nggak ikut sosialisasi."
Oh iya, "Pinter juga lu, Chim." Taehyung ikut berdiri dan membuntuti jalan Jimin ke luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ʀɪᴠᴀʟ • ᴋᴏᴏᴋᴠ
Fanfiction[pending revisi] Ejek-ejekan mereka berawal dari kekalahan reputasi Taehyung terhadap Jungkook si murid baru. Si Tae kalah telak karena kacamata buluknya. Sang ortu menghukum Taehyung karena matanya rabun tiba-tiba, dan mereka menyita seluruh aset T...