Alvin akhirnya sampai di rumahnya. Hampir seharia ia bersama Echa. Saat sedang memarkirkan motornya Alvin mendengar suara anak kecil yang sedang tertawa.
Perasaan gue gak punya sepupu anak kecil, kok ada suara anak kecil? Jangan-jangan gue halu lagi! batin Alvin.
Karena sudah penasaran Alvin langsung masuk ke rumahnya, dan benar ada seorang anak kecil sedang tertawa bersama Bundanya. Anak kecil itu menghentikan tawanya ketika melihat Alvin berdiri dengan menatap tajam ke arahnya.
"Anak siapa dia Bun?" tanya Alvin.
Jessica menoleh ke sumber suara. "Kamu udah pulang sayang? Ini Iren adik kamu."
Kening Alvin berkerut. "Adik? Sejak kapan Alvin punya adik?"
"Dia adalah anak Ayah, Alvin! Mulai sekarang dia sudah menjadi bagian dari keluarga Wijaya!" ucap seseorang yang sangat Alvin rindukan, ya pria itu adalah Adi-ayah Alvin.
"Dia bukan adik Alvin!"
"Kenapa sekarang kamu berani membantah orangtua? Ayah mau kamu harus terima Iren sebagai adik kamu!"
Iren ketakutan melihat Alvin dan Ayahnya bertengkar. Gadis kecil itu pun lantas memeluk Jessica erat. "Terima saja Iren sebagai adik kamu Alvin, Bunda janji gak bakal pilih kasih sama kalian." ucap Jessica.
"Alvin gak mau punya adik selain yang lahir dari rahim bunda!"
Ucapan Alvin membuat Adi semakin murka, amarahnya pun sudah tak bisa dikendalikan lagi hingga...
Plakk
Alvin tak menyangka orang yang selama ini dirindukannya malah menamparnya. Dulu saat Alvin kecil Bundanya mencubit saja Ayahnya bisa memarahi Bundanya, tapi sekarang Ayahnya lah yang menyakitinya.
"Jika kamu tidak mau menerima Iren, ayah nggak akan segan-segan melakukan hal yang lebih daripada itu!" ancam Adi.
Alvin tak menjawab, cowok itu langsung pergi menuju kamarnya. Mata Alvin mulai berkaca-kaca. Mati-matian ia menahan air matanya agar tidak menetes. Perasaan Alvin sedang campur aduk tak karuan. Alvin benar-benar tak menyangka Ayahnya akan setega itu dengannya.
Alvin memutuskan untuk pergi dari rumah lantara ia tak ingin menerima Iren sebagai adiknya. Apapun resikonya, yang terpenting ia pergi dari rumah yang sudah tak harmonis ini.
Alvin mengemasi barang-barang yang akan dibawanya. Untung saja ia masih punya uang dari hasil dia memenangkan olimpiade IPA jadi dia tak pusing memikirkan bagaimana hidupnya nanti, walaupun uangnya hanya cukup untuk satu bulan saja.
Alvin keluar dari rumahnya dengan mengendap-ngendap. Saat melewati dapur seseorang menepuk bahunya dia pun menoleh. Alvin bernafas lega ternyata itu Bi Iin bukan Ayahnya.
"Den Alvin mau kemana?" tanya Bi Iin.
"Bi jagain Bunda ya, Alvin harus pergi. Alvin udah gak sanggup tinggal di sini lagi." jawab Alvin dengan sangat pelan.
"Jangan Den, Bibi mohon jangan pergi. Den Alvin gak kasihan sama Nyonya?"
Alvin tersenyum tipis lalu langsung meninggalkan Bi Iin tanpa menjawab pertanyaannya. Alvin mendorong motornya agar Ayah ataupun Bundanya tahu dia pergi. Saat di rasa sudah jauh Alvin menghidupkan motornya dan mulai menjalankan motornya.
🥀🥀🥀
Echa sedari tadi terus memikirkan Alvin. Perasaannya jadi tidak enak, ia takut terjadi sesuatu pada Alvin. Echa pun memutuskan untuk menelfon Alvin guna mengetahui keadaan cowok itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany (End)
Novela Juvenil"Kalo kamu gak bisa suka sama aku, biar aku aja yang suka sama kamu." ~Cassandra Laura ***************** Bagi Cassandra Laura (Echa), menaklukan hati Alvian Adi Wijaya (Alvin) itu susah susah gampang. Kalau di ibaratkan 'seperti sedang mencari kutu...