Epiphany~38

1.1K 45 2
                                    

Kebahagianmu bukan bersamaku jadi biarkan aku pergi
----------------------------------------------------
Davin

Echa mendapat kabar bahwa Alvin akan di operasi karena sudah mendapat donor jantung yang cocok. Sambil berlarian Echa mencari ruang operasi, sesampainya di ruang operasi Echa di buat heran karena ada orang tua Davin bersama Jessica di situ.

"Mama Feb sama papa Putra ngapain di sini?" Tanya Echa.

"Apa Davin tidak mengatakan bahwa dia akan operasi Cha?" Tanya Putra.

Echa menggeleng. "Gak pa, Davin cuma bilang mau pergi jauh."

"Davin yang donorin jantung buat Alvin" balas Febby sambil terisak.

Deg

"Apa?"

"Echa maafin kami udah nyembunyiin penyakit Davin dari kamu. Sebenarnya dari kecil Davin terkena kanker paru-paru. Kami jodohin kalian karena kami takut tidak ada gadis yang mau menerima kondisi Davin. Maafin kami." Jelas Putra.

"Tapi kenapa harus Davin yang donorin? Davin bakal--" Echa tak kuasa melanjutkan ucapannya.

Jessica melihat Echa mulai terisak langsung mendekapnya. Entah harus bagaimana lagi membalas budi kepada keluarga Davin. Echa terus menangis di pelukan Jessica.

8 jam telah berlalu. Lampu di ruang operasi pun sudah di matikan. Seorang dokter muda pun keluar.

"Dokter apa operasinya berjalan lancar?" Tanya Putra.

"Alhamdulillah operasinya berjalan dengan lancar. Tapi hanya Alvin yang selamat. Sedangkan Davin sudah tiada" ucap Dokter itu.

Deg

Semua orang yang ada di situ tak kuasa menahan tangisnya. Terutama Echa dan Febby. Para suster pun membawa keluar Alvin dan Davin.

"Ini pasti mimpi! Davin masih hidup kan?!" Ujar Echa.

"Istighfar Cha, ini sudah takdir. Yang sabar ya sayang" ucap Jessica.

"Maafkan saya, jika Davin tidak mendonorkan jantungnya untuk Alvin pasti Davin masih hidup. Saya rela melakukan apa saja demi membayar kebaikan Davin untuk anak saya" ucap Jessica sambil berlutut pada Putra dan Febby.

"Ini kemaun Davin. Dia sudah lelah dengan hidupnya.  jika saya rindu Davin bolehkah saya bertemu dan memeluk Alvin?" Kata Febby seraya memegang kedua tangan Jessica.

Jessica mengangguk. "Saya izinkan. Kalau kalian mau, kita rawat Alvin bersama."

"Seperti kemauan Davin lagi, dia ingin kami menjamin pendidikan Alvin sampai dia jadi sarjana. Dimana pun Alvin mau kuliah kami yang akan tanggung biayanya" jelas Putra.

"Terima kasih banyak, saya benar- benar berhutang budi pada kalian."

Echa berlari menuju ruang jenazah. Betapa hancurnya hati Echa melihat Davin berbaring kaku di sana. Baru tadi pagi dia ngobrol dengan Davin sekarang cowok itu sudah tiada.

"DAVIN BANGUN! INI PASTI CUMA PRANK KAN? LO MASIH HIDUP KAN? LUSA GUE ULTAH DAVIN! GUE SAYANG SAMA LO DAVIN!" ucap Echa sambil menguncang tubuh kaku Davin.

"Istighfar mbak, masnya sudah gak ada. Ikhlaskan saja" ucap seorang suster yang tadi mendengar suara Echa.

Tubuh Echa terasa lemas hingga gadis itu pingsan. Tak lama orang tua Davin dan Jessica datang ke ruang jenazah untuk membawa Echa pergi dari situ.

"Asthfirulloh Echa bangun sayang" ujar Jessica.

Putra menggendong Echa setelah itu membaringkan gadis itu di brangkar salah satu ruang rawat. Seorang dokter pun datang untuk memeriksa kondisi Echa.

Epiphany (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang