Alvin mengajak Echa untuk makan di sebuah cafe. Tentu saja hal itu membuat Echa senang bukan main karena hari ini ia banyak waktu berdua dengan Alvin. Echa tak henti-hentinya tersenyum, hatinya benar-benar berbunga-bunga lantaran akhirnya ia bisa duduk berduaan bersama cowok pujaan hatinya.
Alvin menjadi ngeri melihat Echa yang senyum-senyum sendiri. "Lo gila!"
Suara Alvin membuyarkan imajinasi Echa. Echa malah menyengir memperlihatkan deretan giginya yang rapi dan bersih. "Aku masih waras kok, Vin. Aku cuma lagi bayangin kalau misalnya kita pacaran, pasti seru!"
Alvin bergedik geli saat Echa mengatakan 'kita pacaran' sungguh itu adalah kata yang menjijikan bagi Alvin. "Nggak usah ngayal tinggi-tinggi! Kalau jatuh nanti sakit!"
Echa mengerucutkan bibirnya ketika mendengar jawaban Alvin. Karena saking kesalnya, Echa pun sampai memalingkan wajahnya ke arah lain. Tak disangka mata Echa bertemu dengan mata seseorang yang sangat ia kenal.
Seseorang itu pun menghampiri Echa dengan gayanya yang cool. Cowok itu kira Echa sendirian tapi ternyata ada seorang cowok yang duduk bersama Echa. Namun hal itu tak mengurungkan niatnya untuk menghampiri Echa.
"Lo ngapain di sini Cha?" tanya cowok itu yang tak lain ialah Davin.
Echa menoleh ke arah Davin dengan malas. "Lagi pacaran."
Alvin yang sedari tadi fokus dengan ponselnya langsung menatap tajam Echa. Bisa-bisanya Echa mengatakan kalau dirinya dan gadis itu sedang pacaran.
"Oh jadi dia pacar lo?" tanya Davin lagi.
"Gue bukan pacar dia." Bukan Echa yang menjawab melainkan Alvin.
"Kamu lupa kita baru jadian kemarin?" Echa menatap Alvin lalu memberi kode kepada cowok itu dengan cara mengedip-kedipkan matanya.
Alvin mengerti maksud kode Echa. Sepertinya Echa tak suka dengan kedatangan Davin, pikirnya. Dengan terpaksa Alvin pun menganggukkan kepalanya pelan.
Davin merasa dirinya kurang cepat dalam mendekati Echa. Jadilah sekarang Echa sudah milik orang lain.
"Kalau gitu gue ke sana dulu! Be happy and long last to your relationship!" ucap Davin sebelum pergi meninggalkan Echa dan Alvin.
Echa tertawa cukup keras saat Davin sudah pergi. Entah pergi kemana cowok itu. Di sisi lain Alvin merasa sangat familiar dengan seseorang yang tadi menghampirinya dan juga Echa.
Gue kayak pernah ketemu sama cowok tadi! Tapi gue lupa dimana! batin Alvin.
"Hahahahaha dasar bocah kampret! Baru ditipu kek gitu aja percaya!" Echa tertawa terbahak-bahak sambil menggeplak-geplak meja. Entahlah dirinya yang pintar berbohong atau Davin yang bodoh dan mudah dibohongi sampai cowok itu percaya dengan ucapannya.
"Gak lucu tau, Cha! Garing banget!" ucap Alvin.
Echa mendekatkan wajahnya dengan Alvin. Hingga kini jarak wajah mereka sangat dekat. Alvin pun berusaha menghindar dari Echa, namun Echa semakin mengikis jarak di antara mereka.
"Kamu cemburu ya?" Echa tersenyum miring saat Alvin memalingkan wajahnya. Ah, Alvin pasti tidak mau bertatapan dengannya karena takut jatuh cinta dengannya.
Alvin yang merasa risih, akhirnya mendorong bahu Echa agar menjauh darinya. "Gak! Gue nggak cemburu!"
"Tapi kok respon kamu kek gitu?" goda Echa.
Wajah Alvin sudah sangat panas, mungkin jika Echa peka gadis itu akan melihat rona merah di pipinya. Tiba-tiba Alvin entah mengapa merasa kesal sendiri setelah kedatangan cowok tadi. Mungkinkah ini yang dinamakan cemburu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany (End)
Teen Fiction"Kalo kamu gak bisa suka sama aku, biar aku aja yang suka sama kamu." ~Cassandra Laura ***************** Bagi Cassandra Laura (Echa), menaklukan hati Alvian Adi Wijaya (Alvin) itu susah susah gampang. Kalau di ibaratkan 'seperti sedang mencari kutu...