Epiphany~26

1.3K 42 0
                                    

Kini Alvin sedang menunggu Echa membeli es krim di sebrang jalan. Gadis itu meminta diantarkan pulang karena takut Mamanya marah. Mata Alvin tak sengaja melihat sebuah pemandangan yang membuat hatinya tergores lagi.

Ya Alvin melihat Ayahnya sedang bersama seorang wanita. Dan yang membuat hati Alvin sakit adalah wanita itu tengah bergelayut manja dengan Ayahnya. Alvin sudah geram dengan pemandangan itu, ia pun langsung menghampiri Ayahnya dan wanita itu.

"Ayah tega!" ucap Alvin pada Ayahnya dengan tangan yang sudah mengepal.

"Mau apa kamu ke sini? Mau minta uang?" balas Adi.

Wanita itu segera melepaskan tangannya karena Alvin menatapnya dengan tajam.

"Saya gak butuh uang anda! Tega sekali anda, setelah membawa anak kecil yang gak jelas asal-usulnya sekarang anda selingkuh dengan wanita ular ini."

Plakkk

Untuk kedua kalinya Adi menampar anaknya. Bahkan kali ini di tempat umum membuat orang-orang yang kebetulan sedang lewat langsung menyaksikan adegan sinetron gratis itu.

Echa yang tengah memakan es krimnya terkejut saat melihat Alvin ditampar seseorang. Echa tidak tahu siapa yang menampar Alvin, karena Echa memang belum pernah bertemu dengan Ayah Alvin.

"Jaga ucapan kamu Alvin! Dia bukan wanita ular! Jika tidak perlu lagi saya permisi!" setelah mengucapkan itu Adi pergi bersama wanita itu.

Echa berlari menghampiri Alvin yang masih terdiam di tempatnya. "Alvin kamu gak papa?"

Alvin mengangguk kecil. "Iya, gue gak papa.

"Udah beli es krimnya?" tanya Alvin mengalihkan penbicaraan.

Echa mengangguk. "Udah. Ayok kita pergi. Tuh diliatin banyak orang,"

"Lo bisa pulang sendiri kan?"

"Bisa sih. Tapi emang kamu mau kemana?"

Alvin menggedikkan bahunya. "Gak tau."

"Ya udah kamu ikut aku aja. Aku tau tempat yang bisa bikin kamu lupain sejenak masalah kamu."

"Oke,"


Alvin dan Echa akhirnya sampai di tempat yang dimaksud Echa. Danau adalah tempatnya. Saat ini Alvin dan Echa sedang duduk berdua di tepi danau.

Alvin melamun dan tenggelam dengan pemikirannya sendiri sementara Echa tengah sibuk memakan es krimnya. Alvin melirik ke arah Echa, entah berapa banyak es krim yang dibeli Echa sampai gadis itu terus memakan es krim.

Alvin kembali menatap danau. Dadanya terasa sesak, entah sehancur apa perasaan Bundanya jika tahu Ayahnya berselingkuh. Pikiran Alvin berkecamuk, tidak ada seorang anak di dunia ini yang tidak terluka saat melihat Ayahnya sedang bersama wanita selingkuhannya.

"Aaaaaaa GUE BENCI DIA!" Alvin memutusan berteriak lantaran sudah tidak tahan lagi menahan rasa sesak di dadanya.

Pluk

Echa spontan menjatuhkan es krimnya saat mendengar teriakan Alvin.

"Apa?" Alvin menoleh karena Echa menyenggol pinggangnya.

"Kamu benci sama aku?" tanya Echa.

Alvin menepuk jidatnya sendiri. Alvin memang salah, ia harusnya tak mengatakan itu di depan Echa. Pasti Echa tersindir karena ucapan Alvin.

"Bukan lo. Tapi bokap gue."

"Alhamdulillah kirain kamu benci sama aku. Eum--Alvian Adi Wijaya ketos SMA Garuda kamu itu gak boleh benci sama Ayah kamu. Harusnya kamu bersyukur masih bisa ketemu Ayah kamu, lah aku dari lahir sampai sekarang gak pernah ketemu Papa aku." 

Epiphany (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang