Echa berjalan sendirian hendak menuju halte. Padahal ketika di kantin Alvin sudah memperingatinya untuk menunggu angkot atau taksi di depan gerbang sekolah saja. Jika Alvin tahu pasti cowok itu akan mencak-mencak Echa. Menurut Echa jika menunggu di gerbang sekolah sangat lama menanti angkot atau taksi.
Mawar melihat Echa berjalan sendirian, sebuah ide jahil pun muncul di benaknya. Saat ini Mawar sedang berada di mobil papanya Karin.
"Pak Agus mepet ke kiri lagi dong, Mawar mau buang sampah" ujar Mawar pada pak Agus-supir pribadi keluarga Karin.
Pak Agus mengangguk sedangkan Karin yang duduk di sebelah Mawar menyerngit bingung. Tapi saat Karin melihat bahwa ada Echa, dia pun baru paham bahwa temannya itu mempunyai ide jahil.
Byurr
Mawar menyiram Echa dengan air mineralnya. Melihat ekspresi terkejut Echa membuat Mawar dan Karin tertawa terbahak-bahak. Baju seragam Echa basah karena siraman air itu. Dan sialnya tadi pagi Echa memakai seragam yang bahannya tipis jadi terlihatlah warna tangtop Echa.
"Hahahaha mandi gratis!" ledek Mawar pada Echa.
"Mawar bangkai tunggu pembalasan gue!" Ujar Echa setengah berteriak karena mobil yang di tumpangi Mawar sudah menjauh.
"Maw lo nggak kasihan sama Echa?" Tanya Karin.
Mawar mendengus "buat apa kasihan sama Echa! Dia tuh pantas buat di bully!"
"Kalau Alvin tahu gimana?"
"Ck. Lo tenang aja. Kan yang nyiram Echa gue bukan lo!"
Karin hanya mengangguk pasrah. Entah mengapa sahabatnya ini sangat membenci Echa padahal dirinya lah yang memiliki masalah dengan Echa. Karin memilih diam daripada dia yang terkena imbasnya karena membela Echa.
Sedangkan Echa kini tengah jongkok dan menyembunyikan wajahnya di lipatan tangan dan juga lututnya untuk menutupi dadanya. Jika Echa nekat kembali berjalan maka sama saja dia memamerkan tubuhnya karena tak jauh dari halte ada sekelompok anak lelaki dari sekolah lain.
Sebuah tangan menyodorkan jaket kepada Echa. Karena kaget Echa pun berdiri membuat orang yang di depannya melihat seragamnya yang basah dan terlihatlah tangtop pink Echa. Dengan kesal orang itu melempar jaketnya kepada Echa.
"Pake!" Perintahnya.
"Iya iyah Alvin."
Ya orang itu adalah Alvin. Echa pun langsung memakai jaket Alvin. Gadis itu baru menyadari bahwa dia sudah berdiri dan otomatis Alvin melihat seragamnya yang basah.
"Al--Alvin tadi kamu lihat itu," kata Echa gugup.
"Itu? Itu apa?"
"Itu-'itu seragam aku kan basah jadi kamu pasti liat--"
"Iya tapi gak keliatan banget kok," potong Alvin. Cowok itu meringis malu, karena melihat apa yang seharusnya tidak di lihatnya.
"pulang! Kan udah gue bilang, tunggu angkot atau taksi di depan gerbang aja terus kenapa lo di sini?" Omel Alvin.
Tuh kan bener Alvin mencak-mencak gue! Gimana nih? batin Echa.
Bukannya menjawab Echa malah menggigit bibir bawahnya karena takut. Echa terlihat seperti anak kecil yang sedang di marahi oleh ayahnya.
"Kenapa diem? Terus kenapa tadi baju lo basah tapi malah duduk di sini sambil nunduk? Nunggu baju lo kering?"
"Aku minta maaf karna gak dengerin ucapan kamu."
"Pulang! Gue anterin!"
Echa menggeleng membuat Alvin mendecak frustasi. "Ck. Lo mau di sini sampai malem?" Tanya Alvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany (End)
Teen Fiction"Kalo kamu gak bisa suka sama aku, biar aku aja yang suka sama kamu." ~Cassandra Laura ***************** Bagi Cassandra Laura (Echa), menaklukan hati Alvian Adi Wijaya (Alvin) itu susah susah gampang. Kalau di ibaratkan 'seperti sedang mencari kutu...