Epiphany~ 11

1.7K 63 2
                                    

Matahari sudah menampakkan dirinya. Pagi telah tiba, kini saatnya para anak sekolah bersiap-siap pergi ke sekolah, terutama gadis dengan tingkat kewarasan minim seperti Echa. Entah setan apa yang merasuki tubuh Echa hingga hari ini ia bangun pagi. Rekor lagi untuk gadis barbar itu.

Setelah seselai berdandan, Echa keluar dari kamarnya. Stefanny sudah sedari tadi menunggu Echa di ruang makan.

"Morning Ma!" sapa Echa dengan cengirannya.

"Kamu dandannya dimana sih? Di korea apa di jonggol? Lama banget." cibir Stefanny.

Echa terkekeh, sungguh lucu jika melihat Mamanya marah. "Bilang aja Mama udah laper! Yee kan?"

"Hari ini Mama ada meeting sama clien penting Echa! Mama nggak mau telat!"

"Ya udah Mama pergi aja. Echa gak papa kok sendirian, udah biasa." ujar Echa.

Stefann melotot ke arah Echa. "Kamu ngusir Mama?"

"Ishh Mama baperan banget sih? Gitu aja kok marah! Echa cuma bercanda Ma."

Itulah kelakuan anak dan ibu yang satu ini. Memang Echa dan Stefanny lebih terlihat seperti kakak dan adik. Mungkin karena umur mereka tak berbeda jauh. Bahkan mereka seperti seorang sahabat yang terkadang suka meributkan hal kecil.

Echa selesai menghabiskan sarapannya. Setelah itu pamit kepada Mamanya untuk berangkat ke sekolah.

"Ma Echa berangkat dulu ya, dah Mama kuh cantik." ucap Echa sambil mencium pipi kiri Stefanny.

"Kamu berangkat sama Mama Cha, Mama anterin."

Langkah Echa terhenti ketika mendengar ucapan Stefanny. Sudah lama Mamanya tak pernah mengantar dirinya ke sekolah.

"Mama serius mau anterin Echa?"

Stefanny mengangguk sebagai jawaban.

Kini Echa dan Mamanya sudah berada dalam mobil. Hanya keheningan di antara mereka berdua. Tak ada yang memulai berbicara, mereka tenggelam dengan pemikiran sendiri.

20 menit telah berlalu. Sekarang Echa sudah sampai di sekolahnya. "Mama hati-hati ya! I love you Mom!"

"Iya sayang, belajar yang bener jangan bolos terus! Kasihan Bu Beti ngurusin murid bandel kayak kamu!" titah Stefanny.

Echa tertawa. "Pasti Bu Betay cerita ke Mama kelakuan aku yah?"

Stefanny tak menjawab. Hanya senyuman yang menjadi jawabannya.
Setelah menyalami tangan Stefanny, Echa pun keluar dari mobil Mamanya.

"Dadah Mama cantik!"

Echa melambaikan tangannya dan dibalas lambaian tangan oleh Stefanny. Beberapa detik kemudian mobil Stefanny bergerak melaju meninggalkan sekolah Echa.

"ECHA!" teriak seseorang.

Echa menoleh ke sumber suara. Ternyata yang memanggilnya adalah Nabila. Echa berhenti berjalan guna menunggu Nabila yang tengah berlari menuju ke arahnya. "Hai, Bilbil!"

"Hai juga Chaca! Eh btw tadi nyokap lo?"

Echa mengangguk. "Iya itu nyokap gue."

"2 tahun kita berteman dan bersahabat tapi gue belum pernah lihat secara langsung nyokap lo. Hari ini gue main ya ke rumah lo yaaa Cha!" ucap Nabila.

Echa bingung harus menjawab apa. Echa masih takut mengajak seseorang ke rumahnya lagi, sekalipun itu Nabila sahabatnya. "Eum--gimana ya Bil, hari ini nyokap gue ada meeting sama klien, jadi kayaknya gak bisa deh! Kapan-kapan aja ya."

Nabila mendesah kecewa. "Ya udah deh gak papa, lain kali aja! Nyokap lo kan emang zuper zibok!"

"Nah itu lo tau!"

Epiphany (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang