Bel pulang sudah berbunyi 10 menit yang lalu. Echa yang sudah menyerah mengisi formulir itu pun bergegas merapikan buku-bukunya yang berserakan di meja. Bukan Echa namanya jika tidak berantakan.
Nabila sudah pulang sedari tadi. Gadis itu sudah pulang karena bocor, roknya basah dan harus segera di bersihkan.
Selesai merapikan buku-bukunya, Echa langsung berlari menuju parkir, berharap Alvin belum pulang. Namun harapannya sia-sia, motor Alvin sudah tidak ada di parkiran menandakan si empunya sudah pulang.
"Yah Alvin udah pulang. Terus siapa yang bantuin gue ngisi formulir sialan ini?!"
Dengan berat hati, Echa pun berjalan kaki meninggalkan parkiran. Setelah kurang lebih 10 menit berjalan Echa tiba di tempat yang sepi. Tiga orang preman tiba-tiba datang menghampirinya dengan tatapan penuh nafsu.
"Hay cantik, sendirian aja. Mau kita temenin nggak?" ucap salah satu preman itu.
Echa mundur satu langkah. "Gak! Pergi sana!"
"Kok jutek banget sih neng? Kita nggak gigit kok!" ucap preman yang bertubuh pendek dan sedikit berisi.
Echa hendak lari, namun baru satu langkah tangannya sudah dicekal oleh salah satu preman tersebut. "Hayo mau lari kemana kamu cantik?"
Echa semakin takut dengan preman-preman itu. Air matanya sudah tak terbendung lagi, Echa sudah meronta-ronta namun cekalan preman itu malah semakin kuat. Echa ditarik oleh preman itu hendak di bawa ke suatu tempat.
"Lepasin dia!"
Suara itu menghentikan langkah preman-preman itu. Echa akhirnya bisa bernafas lega karena ada seseorang yang menolongnya.
"Siapa lo?! Berani-beraninya lo ganggu kesenangan kita!" ucap salah satu preman itu.
"Bukan urusan kalian tahu siapa gue!" sahut Alvin. Ya seseorang yang datang hendak menolong Echa itu ialah Alvin.
Echa merasa senang dan ingin melompat kegirangan ketika tahu Alvin lah yang menolongnya. Namun di sisi lain Echa juga sangat takut, karena Alvin harus melawan ketiga preman lucknut itu.
"Hey anak kecil! Mending lo cabut sekarang! Atau mau gali lobang kuburan sekarang?!" ucap preman yang bertubuh pendek itu.
"Gue nggak peduli! Serahkan dia ke gue sekarang!" ucap Alvin menantang ketiga preman itu.
Preman-preman itu sudah geram dengan Alvin. Emosi mereka sudah tak terkendali, Alvin pun langsung diserang ketiga preman itu.
Echa melihat Alvin dikeroyok hanya bisa menangis sejadi-jadinya. Karena Echa tak kuat melihat Alvin masih berkelahi dengan preman-preman itu, akhirnya ia pun menutup matanya menggunakan kedua telapak tangannya.
"ALVIN STOP! AKU TAKUT TAKUT, ALVIN!" teriak Echa.
Rasanya Echa ingin pingsan sekarang juga di tempatnya, gadis itu tak kuasa melihat pujaan hatinya dikeroyok tiga preman. Beberapa detik kemudian, Echa sudah tak mendengar suara keributan antara Alvin dan preman-preman itu. Dengan rasa takut yang masih di ubun-ubun kepalanya Echa pun mulai membuka matanya kembali.
Echa membulatkan matanya ketika melihat preman-preman itu semuanya terkapar di tanah. Echa kira Alvin lah yang akan kalah, karena Alvin yang posisinya dikeroyok.
"Jangan pernah kalian ganggu dia atau anak SMA Garuda yang lain! NGERTI?!" bentak Alvin pada preman-preman itu.
Echa masih mematung. Sungguh ini adalah hal yang sulit di percaya baginya melihat Alvin berhasil mengalahkan ketiga preman lucknut itu. Preman-preman itu pun lari terbirit-birit karena sudah takut dengan Alvin.
![](https://img.wattpad.com/cover/184798051-288-k170331.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany (End)
Ficção Adolescente"Kalo kamu gak bisa suka sama aku, biar aku aja yang suka sama kamu." ~Cassandra Laura ***************** Bagi Cassandra Laura (Echa), menaklukan hati Alvian Adi Wijaya (Alvin) itu susah susah gampang. Kalau di ibaratkan 'seperti sedang mencari kutu...