Epiphany~28

1.2K 37 0
                                    

"Oy Cha!"

Echa yang tengah berjalan beriringan dengan Davin langsung menoleh. Saat ini dirinya dan Davin sedang jalan- jalan di sekitar komplek rumah Echa. Gadis itu sedikit terkejut karena yang memanggilnya adalah Ibam.

Ibam berlari untuk  menghampi Echa. "Gue tadi ke rumah lo tapi kata satpam lo nggak di rumah." kata Ibam.

"Mau apa lo ke rumah gue? Mau pukul gue lagi hah?" Tanya Echa ketus.

"Maapin gue ya Cha. Waktu itu gue mau pukul Alvin eh yang kena lo."

"To the point lo mau apa?" Tanya Echa lagi.

Ibam menyodorkan sebuah undangan untuk Echa dan cewek itu pun menerimanya. "Undangan apa ini? Lo mau nikah?"

"Itu undangan ulang tahunnya bos. Dia ngundang lo." jelasnya.

"Emm gue mau dateng asalkan sama Alvin!"

"Kalau bos marah gimana?" Tanya Ibam pada Echa.

"Lo kasih permen lah" bukan Echa yang menjawab tapi Davin. Sedari tadi cowok itu hanya diam dan menyimak saja.

Ibam mendengus "lo siapa?" Tanyanya pada Davin.

Echa hendak menjawab tapi Davin segera memotongnya. "Gue abangnya Echa. Lebih tepatnya sepupunya Echa" jelas Davin.

Jawaban Davin membuat hati Echa mencelos. Sungguh Davin memiliki sifat baik. Cowok itu bahkan rela berbohong kepada Ibam tentang status mereka.

"Gimana Alvin boleh ikut?" Tanya Echa memastikan.

Belum sempat Ibam menjawab pertanyaan Echa, ponselnya berbunyi. Echa pun membuka ponselnya.

BosGibran

Lo izinin aja Echa dateng
Sama Alvin. Jan lupa
Kasih tuh paper bag!

Ibam mengangguk mengerti setelah membaca pesan dari Gibran. Memang Ibam ke rumah Echa tidak sendiri namun bersama Gibran. Saat akan pulang dari rumah Echa mereka tak sengaja melihat Echa sedang berjalan berdua bersama seorang cowok. Alhasil Gibran menyuruh Ibam untuk yang memberikan undangan itu kepada Echa. Dirinya hanya memantau dari dalam mobil.

"Okeh lo boleh dateng sama Alvin. Tapi lo harus terima ini" kata Ibam sambil memberikan sebuah paper bag.

Echa menerima paper bag itu. "Apa ini?".

"Itu isinya dress buat lo pakai nanti pas hadir di ultahnya bos."

"Bilang ke Gibran, makasih. Nanti gue pakai" Ibam mengangguk.

"Gue cabut" ucap Ibam.

Setelah Ibam pergi Echa dan Davin pun ikut pergi. Karena sudah malam Davin juga harus pulang. Ada rasa penasaran dalam diri Davin mengenai siapa Gibran. Tak ingin mati penasaran Davin pun memberanikan diri untuk bertanya pada Echa.

"Cha kalau boleh tau Gibran itu siapa?" Tanya Davin.

"Mantan gue waktu SMP," jawab Echa gamblang.

Davin hanya ber oh ria saja. Keheningan mulai menimpa keduanya. Tidak ada lagi yang mulai berbicara. Sampai akhirnya mereka sampai di rumah Echa.

🥀🥀🥀

Alvin berjalan ke arah ruang osis dengan langkah gontai. Ucapan bundanya masih teringiyang di telinganya. Masih ada rasa tak percaya dengan pernyataan bundanya semalam.

Niatnya membuat usaha harus kandas karena bahan-bahan yang kemarin dia sudah beli tertinggal di rumah ayahnya. Ingin mengambilnya lagi tapi dia sudah muak dengan ayahnya. Uang sisa berbelanja kemarin dia gunakan untuk membayar pengobatan bundanya semalam.

Epiphany (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang