Epiphany~ 3

2.1K 84 2
                                    

Di kelas XI IPS 4 sedang jam kosong. Echa pun memutuskan untuk tidur. Hatinya benar-benar sakit, baru kemarin bisa dekat dengan Alvin tapi sekarang mungkin Alvin sudah berpacaran dengan Karin. Pikirannya terus berkecamuk memikirkan Alvin. Echa tidak tahu sampai kapan ia berjuang mendapatkan cinta Alvin.

Bel istirahat sudah berbunyi. Nabila lantas berinisiatif membangunkan Echa. "Bangun Cha, udah istirahat! Ke kantin yuk!"

Ketika mendengar ucapan Nabila, Echa bangun lalu menggelengkan kepalanya.

"Ayolah Cha, gue tau lo pasti belum makan, gue traktir deh." bujuk Nabila.

"Males Bil!"

"Ck." Nabila berdecak, gadis itu sebenarnya sudah muak dengan kelakuan Echa jika menyangkut Alvin. Ribuan kali Echa ditolak mentah-mentah oleh Alvin dan juga ribuan kali Nabila meminta Echa untuk move on tapi Echa masih saja berharap dengan Alvin.

"Ya udah kalau lo nggak mau, gue ke kantin dulu sebentar!" ucap Nabila sambil berjalan keluar menuju kantin.

"Hm."

Echa kembali melanjutkan tidurnya. Echa meletakkan kepalanya di meja dan menutupi wajahnya dengan tasnya. Baru beberapa detik memejamkan matanya, tiba-tiba perutnya terasa sakit, sepertinya maagnya kambuh.

Tak lama Nabila datang sambil membawa roti. Nabila membelakkan matanya saat melihat Echa meremas-remas perutnya. Nabila kalang kabut, gadis itu pun berlari menghampiri Echa.

"Lo gak papa Cha? Ini pasti maag lo kambuh!" ucap Nabila khawatir.

"Perut gue sakit banget Bil...." Echa merintih kesakitan lantaran perutnya semakin terasa sakit.

"Ayok ke uks, gue anterin!"

Nabila memapah Echa menuju ke uks. Namun ketika di koridor Echa tiba-tiba jatuh pingsan, hal itu pun membuat Nabila semakin khawatir dengan Echa.

Nabila melihat Alvin sedang berjalan dengan temannya, Nabila pun berinisiatif meminta bantuan Alvin.

"ALVIN! Tolongin gue, Echa pingsan...bantuin gue bawa Echa ke uks!" Nabila sedikit berteriak, takut Alvin tidak mendengar suaranya.

Alvin sebenarnya malas menghampiri Nabila, karena ia tidak ingin berurusan lagi denga Echa. Namun Andre menarik tangannya, membuatnya terpaksa menghampiri Nabila yang kalang kabut memikirkan kondisi Echa.

"Vin bantuin gue!" pinta Nabila.

Alvin bersedekap dada. "Bantuin apa?"

"Bantuin gue bawa Echa ke uks!" sahut Nabila.

"Udah Vin. Bantuin cewek ini! Kasian Echa, lo bawa Echa ke uks!" timpal Andre.

Alvin mendengus. "kenapa harus gue?"

"Ayolah Vin, kali ini aja!" Nabila menangkupkan kedua tangannya, memohon kepada Alvin agar mau membantunya membawa Echa ke uks.

Belum sempat Alvin menyahuti ucapan Nabila, Bu Beti datang dan melihat Echa pingsan. Bu Beti menatap tajam Alvin yang hanya diam saja melihat Echa pingsan.

"Alvin, kenapa kamu cuma diam aja liat Echa pingsan? Ayo cepat bawa ke uks!" ucap Bu Beti pada Alvin.

"Tapi bu--" jawab Alvin.

"Tidak ada tapi-tapian! kamu mau Echa tambah sakit?!" bentak Bu Beti.

Alvin menghela nafasnya kasar. Dengan terpaksa cowok itu menggendong Echa ala bridal lalu berjalan menuju ke uks diikuti Nabila dan Andre di belakangnya.

Sesampainya di uks, Alvin langsung membaringkan tubuh Echa di brangkar.

"Thanks lo udah tolongin gue." ujar Nabila.

Epiphany (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang