Epiphany~ 9

1.6K 71 0
                                    

Malam telah berganti pagi. Hari ini Echa sengaja bangun pagi karena ada Alvin di rumahnya. Setelah mandi dan berganti pakaian, Echa keluar dari kamarnya hendak menemui Alvin. Saat melewati ruang tengah Echa dikejutkan dengan kehadiran Mamanya. Entah kapan Mamanya pulang karena wanita yang telah melahirkannya itu tidak mengabarinya jika akan pulang.

"Mama ngagetin Echa aja! Echa kira hantu, Mama kapan pulang?" Echa berjalan menghampiri Mamanya yang tengah duduk di sofa di depan televisi.

Stefanny-Mama Echa bersedekap dada lalu menatap tajam Echa. "Sejak kapan kamu berani membawa lelaki masuk dan nginap di sini?"

"Itu kemarin Alvin habis nganterin Echa terus ketiduran di sofa, Ma. Echa gak ngapa-ngapain kok sama Alvin." Echa menunduk sambil menautkan jari-jarinya, ah pantas saja Mamanya menatapnya tajam ternyata karena Alvin menginap di rumahnya.

Stefanny menghela nafas kasar. "Mama kan udah bilang jangan pernah bawa siapa pun datang ke rumah ini! Apalagi bawa laki-laki ke rumah ini Cassandra! Jangan sampai mereka tahu keberadaan kita!"

Ucapan Stefanny membuat air mata Echa tak terbendung lagi. Echa merasa sudah lelah jika harus terus diatur seperti ini. Echa juga ingin teman-temannya bisa datang ke rumahnya.

"Apa mama masih takut mereka bakal nyakitin kita lagi?" tanya Echa disela isak tangisnya.

Tanpa Echa dan Mamanya sadari, ada seseorang yang menguping pembicaraan mereka. Ya seseorang itu ialah Alvin, dan tentu sana Alvin  mendengar semua yang diperdebatkan anak dan ibu itu.

Mereka? Apa Echa dan Mamanya punya masalah dengan seseorang? Ah udahlah itu bukan urusan gue! batin Alvin.

Sebenarnya Alvin tak sengaja mendengar pembicaraan Echa dan Mamanya. Niatnya hanya ingin pamit untuk pulang. Namun sepertinya Echa dan Mamanya sedang tidak bisa di ganggu. Dengan sedikit rasa tidak enak di hati, Alvin pun berjalan keluar dari rumah Echa dan memutuskan pulang ke rumahnya tanpa pamit.

"Mama hanya ingin melindungi kamu dari orang-orang itu, Echa! Ancaman mereka tidak main-main! Mama gak mau kamu kenapa-kenapa!"  Stefanny bersuara lagi dengan mata yang sudah siap meneteskan air mata.

Stefanny baru saja pulang dari luar kota, wanita itu di terkejut saat melihat seorang laki-laki sedang tidur di sofa di ruang tamu rumahnya. Stefanny pun geram dan akhirnya memarahi Echa yang berani-beraninya membawa masuk lelaki ke rumahnya.

Echa tak menyahuti ucapan Mamanya. Echa langsung berlari ke kamarnya.

Sementara Stefanny di tempatnya mulai meneteskan air matanya. Seketika memori menyedihkan di masalalunya pun teringat kembali.

Flashback on

17 tahun yang lalu...

Seorang wanita hamil tengah duduk di sofa sembari menonton televisi. Hingga sang suami datang menghampirinya.

"Sayang kamu kenapa duduk di sini? Ayok masuk ke kamar aja, inget sebentar lagi kamu mau melahirkan." ucap Johan lembut pada istrinya.

"Kamu ngagetin aku aja Mas! Aku kira siapa?" Stefanny-istri Johan terkejut dengan kedatangan suaminya lantaran terlalu fokus menonton televisi.

Johan lantas ikut duduk di sofa samping Stefanny lalu membelai lembut puncak rambut istrinya.

"Kamu ini cuma gitu doang kok kaget sih? Nanti anak kita bisa-bisa juga punya sifat gampang kaget kayak kamu!" cibir Johan.

"Ishh kamu nih! Gak boleh ngomong kayak gitu! Nanti anak kita kayak gitu beneran gimana?" balas Stefanny.

Johan terkekeh dengan sikap istrinya. Stefanny yang melihat Johan terkekeh pun mengerucutkan bibirnya. "Udah ah jangan monyongin bibir, gak baik! Mending kita bahas nanti anak kita mau di namain siapa?"

Epiphany (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang