Satu

4.6K 279 11
                                    

Aku menatap lekat pada gelang kayu berwarna coklat ditangan ku, ukiran indah yang ku sentuh dengan jemari ku. Sangat indah, sederhana namun bermakna. Bahkan, aku tidak bisa menahan bibir ini untuk tidak tersenyum saat memandangnya.

"Ini gelang siapa, Gibran?"

"Gelang gue, Kenapa? Lo mau?"

"Hn? Boleh? Ara suka, gelangnya bagus. Coba kalau ada satunya lagi, nanti bisa jadi sepasang."

"Lo ko tau gelang itu punya pasangan?"

"Iyalah tau. Ini kan tulisannya 'Ana uhibbuka fillah', untuk cowok, satunya lagi pasti 'Ana uhibbuki fillah', buat cewek."

"Emang artinya apa Na?"

"Aku mencintaimu karena Allah."

"I love you too Na."

Ting!

Suara notifikasi ponselku membuyarkan lamunan ku, ada satu pesan yang masuk. Dan itu berasal dari pria yang ku cintai.

Abi: Kann sudah abi duga blm tidurr

Abi sotoy

Abi: kalau udah tidur mana mungkin bales chat abi?

Eh iya, hehe

Abi: kenapa? Masih gugup buat besok?

Mungkin.

Ara gk bisa tidur aja

Abi: masih mikirin CV Firman tadi?

Gk lah bi.

Ara gk minat sama sekali nikah muda

Abi: Abi terserah kamu. Tapi abi mau nanti kamu menikah dengan orang yg  bisa bimbing kamu juga dek.

Abi mulai lagi deh.

Ara kan dah bilang gk mau jauh dulu dari Abi sama ummi

Besok hari yg Ara tunggu, jadi biarin Ara melepas rindu dulu sama Abi, Ummi, Abang dan Mbak Sabil.

Ara kangen kalian semua :(

Abi: masih blm bisa tidur?

Abi: mau abi temani?

Aku tersenyum saat melihatnya, tanpa mengirimkan balasan pesan aku langsung menekan panggilan pada nomor Abi.

Suara berat yang sudah sangat aku hafal langsung terdengar disebrang panggilan sana.

Abi memang pahlawan hebat ku selain Ummi, Abang dan kaka ipar ku Mbak Sabil.

Beliau selalu ada untuk anak-anaknya, tidak peduli seberapa sibuk saat bekerja, atau seberapa lelah saat dirinya membutuhkan istirahat, yang jelas, Abi selalu ada disetiap keadaan untuk keluarganya.

Jadi seperti aku yang akan mengobrol sepanjang malam dengan Abi, itu adalah hal biasa, bahkan aku sering sampai tertidur, dan membiarkan Abi bercerita tentang harinya, atau keadaan keluarga ku di sana.

Seperti saat ini, aku yang awalnya tidak bisa tertidur, mendengar suara Abi seperti dongeng yang mengantar ku pada mimpi indah. Aku tertidur saat Abi terus bercerita. Untung saja, aku selalu tidak lupa untuk merekam semua kata-katanya. Ya, kebiasaan ku, dan akan  ku dengarkan lain waktu saat aku rindu.

Hanyalah bukan Adalah (END✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang