Dua puluh sembilan

1.7K 157 5
                                    

Jika dulu kamu pernah berkata tidak boleh menangis, terluka, dan kecewa, nyatanya kini kamu yang menjadi alasan semuanya.

~Me~

❄❄❄



Suara mesin mobil yang melaju membuat ketiga orang yang sedang berjalan, dengan dua dari mereka sedang beradu seolah tidak ingin mengalah atau terkalahkan. Membuat mereka bersama-sama menoleh pada sumber suara.

Mobil sport berwarna hitam, tepat berhenti didepan Rihanna, hampir saja, bahkan Aisyah sudah menjerit memejamkan mata kalau mobil itu akan menabrak sahabatnya.

Perlahan Rihanna membuka matanya, dia tidak kalah terkejut seakan jantungnya akan lari keluar.

Kaca depannya terbuka, menampilkan seorang pengemudi yang menatap tepat pada gadis yang berada didepan mobilnya.

"Ehem!" katanya membuat ketiga orang didepannya tersadar.

"Lo ngikutin gua?!"

"Ikut gua, atau gua bongkar semuanya di depan dia."

"Gib! Gua udah peringatin—"

"Gua gak ada urusan sama lo," kata Girban menoleh tajam pada Azlan.

Rihanna mengatur napasnya dalam diam, harusnya dia sudah bersiap diri. Bahwa kejadian ini ... Pasti akan terjadi.

"Masuk," Gibran kembali menatapnya tajam, berkali-kali Rihanna meyakinkan dan memenangkan dirinya. Dia menghela napas, kembali melangkah masuk ke mobil Gibran.

"Ra! Jangan! Ra kamu bakal—"

"Cuma sebentar, Syah," kata Rihanna mencoba tersenyum menenangkan sahabatnya.

Aisyah melihat itu dengan perasaan panik, pasalnya mereka akan berdua saja. Dan lagi, Aisyah hanya takut trauma itu kembali menyapa sahabatnya.

Tangan Azlan bergerak menahan Aisyah yang akan menyusul, "Biarin. Justru lo yang akan terluka kalau ngehalangin dia."

"Dia yang namanya Gibran?! Kamu temennya! Coba tahan!"

"Syah!" bentak Azlan membuat Aisyah terpaku diam, di keadaan seperti ini, mereka sama-sama tidak bisa berpikir jernih. "Percaya sama gue, gue tau Gibran. Dia gak bakal nyakitin sahabat lo."

"Kamu tau kan, Ara punya trauma yang kapan aja bisa datang," Aisyah menatap Azlan tepat dengan lirih dan air mata yang meluncur keluar.

Tentu ini membuat Azlan semakin merasa tidak menentu, Aisyah adalah sosok yang kuat yang Azlan tau. Dan ini, pertama kalinya, wanita yang ingin dia jaga mengeluarkan air mata karena sahabatnya.

"Ayo, kita ikutin mereka dari belakang."

°°°

Rihanna terus memejamkan matanya, tangannya mencengkram kuat pada baju yang ia kenakan. Seakan maut sudah berada tepat didepannya.

Gibran melajukan mobilnya diatas kecepatan rata-rata, seakan jalanan hanya dibuat untuknya, tak peduli beberapa kali pengendara lain menegur, dan beberapa pedagang jalanan mengumpat karena hampir tertabrak.

Hanyalah bukan Adalah (END✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang