Delapan Belas

1.8K 175 18
                                    


Takdir kadang selucu ini ya? Yang tidak pernah diharapkan terjadi, namun sesuatu yang tak terpikirkan justru berlalu begitu saja. Sungguh manusia hanya bisa merencanakan.

~Rihanna Zahratusyta~

❄❄❄






"He beneran dateng?"

"Kalo boong, ngapain Ara disini?"

"Iya juga sih."

Aku langsung duduk dikursi yang telah disediakan, disusul dengan Aisyah yang mengikuti.

"Ara gak ganggu kamu kerja kan?" tanya ku yang langsung dijawab gelengan kepala oleh Aisyah.

"Santai aja, masuk kerja masih dua puluh menit lagi," katanya sambil melirik jam yang melingkar ditangannya.

"Mau pesen minum apa?"

"Kan aku yang kerja disini, Ra. Ko kamu yang nawarin?" protes Aisyah, aku hanya diam menghela napas. Baru saja dia bilang 20 menit lagi sebelum masuk jam kerjanya.

Kami memang sedang berada di Restoran tempat Aisyah bekerja. Ada hal yang ingin ku sampaikan, dan aku membutuhkan Aisyah untuk menemani.

"Selamat menikmati," ucap waiters itu ramah, lalu menoleh pada Aisyah. "Syah, tumben datang awal?"

"Ho oh, ni si Ara ngajak kongkow. Eh iya Ra, gak mau nungguin Latifa selesai organisasi dulu?" tanya Aisyah. Aku hanya tersenyum simpul sebagai jawabannya. Tidak mungkin aku membeberkan didepan orang lain, dari Latifa saja coba ku sembunyikan.

"Eh, Syah. Ada titipan nih dari penggemar rahasia kamu," kata waiters itu yang memang teman sepekerjaan dengan Aisyah. Memberikan boneka Barbie padanya.

Boneka Barbie?

Iya. Aku pun mengernyit melihatnya.

"Dari siapa?" tanya ku mendahului Aisyah.

"Dari pengunjung langganan sini, dia sering banget gangguin Aisyah." aku langsung menatap Aisyah yang mengalihkan pandangan mencari alasan. Dari raut wajahnya, Aisyah pasti menyembunyikan sesuatu.

"Bukan siapa-siapa, cuma pasien rumah sakit jiwa yang kabur," katanya asal

"Hus, asal aja kalo ngomong. Kalau orangnya tiba-tiba dateng gimana? Dia gak bakal jadi pelanggan tetap kita lagi nanti. Lagian orang gila macam apa yang gantengnya gak ketulungan gitu."

"Bocor mulu, dah sana kerja! Korupsi waktu itu namanya!" usir Aisyah pada temannya itu. Aku semakin menatapnya selidik, Aisyah jarang sekali bahkan tidak pernah salah tingkah seperti ini.

"Bukan siapa-siapa. Aku udah mau cerita waktu di masjid tempo hari," katanya menyerah dan jujur padaku.

"Siapa?"

"Dia—"

"Assalamu'alaikum," ucap seseorang yang memang sedari tadi ku tunggu kedatangannya.

"Wa'alaikumussalam."

"Ka Firman?"

Iya, dia Firman Alamsyah. Orang yang ku tunggu untuk memberikan semua penjelasan padanya. Setelah melalui bantuan Bang Amir, akhirnya  Ka Firman bersedia untuk menemui ku.

Hanyalah bukan Adalah (END✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang