Dua Puluh

1.8K 161 4
                                    

Lengkungan itu begitu indah tercetak dibibir mu, walaupun dengan kenyataan menyakitkan terciptanya hanya untuk membuat bahagia dalam semu.

~Rihanna Zahratusyita~

❄❄❄



Suasana setelah hujan memang selalu membuat siapapun ingin menghirup udara segar sebanyak mungkin. Terasa lega dan membuat sejuk sampai bagian organ terdalam rasanya.

Tapi, tidak dengan pria dengan boomber coklatnya itu. Hawa sejuk seperti ini malah membuatnya semakin kedinginan, padahal AC pun tidak dinyalakan. Mungkin hanya faktor udara dengan dinginnya malam ini.

Suara ketukan pintu terdengar, membuatnya menoleh dengan kepala yang sedikit pening.

"Masuk," titahnya mempersilahkan

"Permisi, Pak. Saya sudah bawa laporannya untuk bulan ini," kata Pria berseragam merah lengkap dengan logo dari tempat makan ini.

Pria itu mempersilahkan duduk pegawainya, lalu segera menerima kertas yang terbungkus map itu.

Melihat angka dan huruf yang berbaris-baris, membuatnya merasa sekarang sedang terjadi gempa bumi. Berputar-putar seakan semua benda disekitarnya menari-nari.

"Saya akan pelajari dulu nanti. Sekarang saya pamit pulang terlebih dahulu, kamu urus yang lainnya," katanya bangkit dengan pekerja itu mengantarkannya keluar ruangan.

Pria itu menarik ritsletingnya semakin tinggi, hingga menutupi bagian lehernya yang terbalut perban. Siapa lagi kalau bukan Arfa Zain Malik. Pria tampan namun dianggap seperti mahluk astral oleh istrinya sendiri.

Mungkin Rihanna hanya terkena rabun jauh.

"Pelayan disini tuh banyak! Kenapa kamu maunya aku terus sih?!"

"Ya suka-suka gue dong! Gue kan pelanggan, dan pelanggan adalah raja!" Arfa memijat keningnya yang yang semakin berdenyut mendengar perdebatan itu.

Wanita yang sering dia lihat kerap kali bersama istrinya. Yang entah mengapa harus berdebat dengan pelanggannya sendiri.

"Ya aku juga punya hak disini! Suka-suka aku dong mau ngelayanin pengunjung yang mana aja! Termasuk ngusir pengunjung kaya kamu yang sering gangguin pekerja kaya aku!"

"Halah suka-suka lo! Terus suka guenya kapan?"

"Jangan—"

"Ehem!" suara dehaman itu membuat keduanya jadi terdiam. Arfa sengaja menghampiri mereka berdua, selain membuat kepalanya semakin pusing, juga dapat mengganggu kenyamanan pengunjung lain.

Baru sepatah kata yang akan keluar, mulutnya kembali merapat. Arfa mentap tepat pria yang beradu mulut dengan Aisyah.

Pria yang ditatapnya itu hanya kebingungan sambil mengalihkan pandangan kearah lain. Bingung mendapat tatapan seperti itu.

"Syah, dia gak mungkin suka gu-gue kan?" tanyanya menyenggol Aisyah yang bahkan sedang melongo juga melihat kearah Arfa.

"Ustadz pemilik restoran ini?"

Hanyalah bukan Adalah (END✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang