Dua puluh dua

1.6K 164 7
                                    

Jangan jadi manusia serakah yang harus mempunyai semua yang kamu mau, orang diluar sana mungkin lebih membutuhkan dari yang kamu miliki dan kamu ingin miliki.

~Abi~

❄❄❄






Arfa Zain Malik, nama indah dengan pemilik nama yang menawan pula. Wajahnya yang dingin dengan mata yang menyayu ketika dipandang, membuat siapa pun ingin selalu menatap mata indah itu.

Tak banyak yang tau apa yang sedang dia rasakan saat ini, wajahnya yang selalu terlihat tenang, membuat orang lain susah menebak suasana hatinya.

Semua orang termasuk istrinya akan berpikir, dia adalah sosok yang dingin.

Tapi, apa ada yang pernah bertanya, benarkah itu sisi dari dirinya?

"Masih belum puas rusak hidup gue?" tanya gadis dengan dress merah diatas lutut, yang baru saja keluar dari rumahnya.

"Saya akan tetap menjaga wanita yang saya sayangi."

"Gak usah bicara soal kasih sayang! Gue udah gak butuh itu semua! Lo ambil dan Pak tua bangka itu gak pernah peduli sama gue!"

"Jaga bicara kamu."

"Apa?! Lo kesini mau minta balasan dimalam pertama lo, karena lo harus nolongin gue dari kecelakaan malam itu?! Gue gak pernah minta lo selamatin! Lebih baik gue mati daripada harus hidup ngeliat lo bahagia!"

"Apa yang kamu inginkan? Kebahagiaan seperti apa yang dapat membuat kebencian kamu hilang?" kata Arfa mengeratkan rahangnya kuat-kuat.

"Kebahagiaan gue? LO GAK PERNAH ADA DI DUNIA INI!" gadis itu menampar Arfa keras. Napasnya memburu dengan amarah yang naik pitam.

Arfa menarik tangan itu cepat, gadis dengan rambut bergelombang itu jatuh dalam dekapannya. Terus meronta memukul dada Arfa dengan air mata yang sudah meleleh di pipinya.

Arfa terdiam, dengan rasa sakit yang terus ia tahan. Bukan karena fisik yang terus gadis itu lakukan, tapi hati karena membuat wanita yang begitu disayanginya, harus membenci dirinya setengah mati sampai sekarang.

"Maaf, saya tidak bisa mengubah masa lalu. Dan saya, tidak tau apa yang kamu inginkan saat itu," kata Arfa lirih berbisik di telinganya.

Gadis itu menahan isak tangisnya dan mendorong tubuh Arfa keras. Arfa kembali termundur kebelakang, dengan tatapannya sudah dikunci tajam oleh gadis yang berada didepannya.

"Tinggalin istri lo. Dan gue akan mencoba melupakan semuanya."

°°°

Aku menyerah pada tatapan selidik Aisyah yang bagaikan tatapan seekor elang yang kelaparan dan melihat mangsanya.

"Ck, kamu dengerin aja nanti penjelasan Azlan," kata ku semakin membuat ku tak bersemangat.

"Apaan sih, apaan? Gue teros perasaan?" protes Azlan dengan semangkuk bubur ayam dari nampan yang dia bawa.

"Cih, manusia lemah. Makan bubur harus diaduk dulu," kata Aisyah menyindir Azlan yang langsung akan ditimpali.

Hanyalah bukan Adalah (END✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang