Katanya cemburu itu tanda cinta, sedangkan aku membencinya, buktinya saja aku tak ingin dia terluka.
~Ara~
❄❄❄
"Awww!"
Aku memekik sakit ketika kakiku menendang batu yang cukup besar. Sejak kapan kerikil yang ku tendang ukurannya berubah menjadi sebesar itu?
Aku berdecak kesal, lalu kembali mengusap air hujan yang menimpa wajah ku.
Kembali berjalan dan menendang kerikil, entah kemana tujuan.
Mata ku sesekali melirik para pejalan kaki lainnya dengan langkah cepat dan memperhatikan ku.
Jelas sekali mereka menghindari hujan menimpa tubuhnya, namun terheran saat melihat ku berjalan santai dengan basah kuyup membiarkan hujan menyiram tubuhku.
Aku langsung menoleh kesamping saat merasakan ada pergerakan manusia disamping ku. Dan ternyata salah, dia adalah mahkluk astral yang tidak ingin ku lihat.
"Ngapain ngikutin Ara?!" teriak ku yang hampir teredam dengan suara derasnya hujan. Aku menepis tangannya yang merentangkan jas hujan diatas kepala ku.
"Ini jalanan umum," katanya dengan wajah datar yang dulu sangat familiar diingatan ku.
"Gak usah jalan beriringan!"
"Saya rasa kita masih dalam fase pengantin baru."
Aku menatapnya tajam. Baru saja beberapa menit lalu kita saling beradu ego masing-masing. Mengapa dia semudah itu melupakan masalah yang belum lama terjadi?
"Gak usah sok baik!" kata ku tegas kembali menepis jas hujan itu cukup keras kali ini.
Beda sekali dengan film yang biasa ku tonton. Mana ada orang yang memayungi dengan jas hujan. Berwarna pink pula, jauh sekali dengan novel dan film yang biasa menggunakan jaket yang gagah.
Dia menatap jas hujan yang terjatuh ketanah. Aku semakin menatap tajam, ingin melihat apa yang selanjutnya akan dia lakukan.
"Kamu membuang jas hujan kesayangan Bunda."
Skakmat!
Aku langsung kembali memungut jas hujan yang ku jatuhkan tadi. Membuang wajah dan kembali berjalan cepat ingin meninggalkannya.
Jas hujan itu, sekarang sudah melekat di tubuh ku. Walaupun sebagian besar tubuhku sudah basah kuyup, setidaknya jas hujan ini mengurangi rasa dinginnya.
"Gak usah ikutin Ara! Ustadz ngerti gak sih Ara masih marah?! Ara butuh waktu sendiri!" teriak ku benar-benar menahan amarah.
Ustadz Arfa diam, dengan wajahnya yang datar dia langsung berhenti mengikuti langkah ku.
Aku kembali berjalan dengan cepat meninggalkannya, namun langkah ku lambat laun menelan, mengurangi kecepatannya.
Sekitar jarak 5 meter, dengan ragu aku ingin kembali menoleh kebelakang. Merasakan tidak ada lagi pergerakan dari manusia bernama ustadz Arfa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanyalah bukan Adalah (END✔)
Romantik"Aku dan dia itu mempunyai banyak perbedaan, cuma satu kesamaan diantara kita. Kalau, kita sama-sama ingin bersatu dengan orang yang kita cintai. Perempuan yang dia cintai itu bukan aku, dan juga, laki-laki yang aku inginkan itu bukan dia." °°° Ri...