0.0.0

2.1K 194 25
                                    

🎈Welcome to extra part  🎈

°

Yippiii
°

Hipi Riding





Terlambat.

Adalah satu kata menyebalkan yang harus memaksa mempercepat gerak demi menghindari kata satu itu.

Seakan dunia akan terbalik jika sampai kata itu terjadi.

Seperti pagi ini contohnya, tidak ada kegiatan menggeliat indah setelah membuka mata, saat mendengar deringan alarm yang berbunyi nyaring seantero rumah.

Dan parahnya adalah, MENGAPA SEISI RUMAH JADI TELAT BERJAMAAH?!

Tapi tidak dengan Pak Mugi, beliau malah dengan polosnya berkata, "Lah, Bapak kira ini tanggal merah?"

Tanggal merah dari Hongkong! Aku ada bimbingan dengan dosen killer pagi ini, jika beliau sudah mengeluarkan pulpen merahnya tamatlah riwayat ku!

"Sarapan dulu, hati-hati jangan lari, Dek!" aku tidak perduli dengan peringatan ustadz Arfa yang juga terlambat ke Restoran, belum lagi dia mengantar ku ke Kampus.

Tapi, bukannya bersiap ustadz Arfa malah memanggang roti untuk sarapan. Bi Minah juga—yang tidak biasanya telat—langsung terjun mengurus Aqis, karena memang selama aku kuliah, Bi Mina 'lah yang menjadi pengganti ku.

"Dek, sarapan dulu!"

"Ara udah telat ustadz!" teriak ku sambil berjalan dengan sebelah kaki diangkat mengikat tali sepatu.

"Saya tidak akan antar kalau kamu belum sarapan!" teriak ustadz Arfa lagi, berdiri di dapur menjaga roti panggangnya, dengan mata yang melihat tajam kearah ku yang keluar rumah tanpa menghiraukannya.

"Ara pergi sama Pak Mugi! Assalamu'alaikum ustadz!" balas ku berteriak dari halaman rumah.

Merasa namanya disebut Pak Mugi langsung menoleh pada ku, "Pak, anterin Ara ke Kampus sekarang, Pak. Ara udah telat ini, Dosennya bisa makan orang!"

"Bapak tidak bawa motor, kunci motor Mas Arfa sudah Bapak kasih, Mbak," kata Pak Mugi membuat ku kelimpungan. Jelas saja tidak mungkin jika berbalik kedalam dan meminta kunci motor pada ustadz Arfa, yang ada aku malah disuruh duduk manis, sarapan.

Aku langsung berlari kearah garasi, setidaknya salah satu kunci mobil Abang selalu menggantung disana.

"Pak ayo, Pak. Ikut Ara." Pak Mugi ikut berjalan dan membuka gerbang di garasi. Aku mengambil kunci mobil dan langsung memberikannya pada Pak Mugi. "Pak, ayo! Ara udah telat banget ini!" panik ku sudah masuk lebih dulu ke dalam mobil.

"Tapi, Mbak, Bapak—"

"Ayo cepetan Pak, keburu ustadz Arfa ngalangin! Pak, ayo!"

Pak Mugi masuk kedalam mobil sama kalutnya seperti ku. Dia malah ikut panik dan tidak menjalankan mobilnya.

"Tapi, Bapak gak—"

Hanyalah bukan Adalah (END✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang