⚠Terdapat kata-kata yang mungkin kurang pantas. Pembaca diharap bijak⚠
°
°
°
Mencintai tanpa ikatan itu kaya bermain dibawah hujan, mungkin awalnya menyenangkan, namun menimbulkan sakit kemudian.~Azlan~
❄❄❄
"Inget jangan kelayapan, kalau mau kemana-mana izin sama Arfa," kata Abang untuk kesekian kalinya.
Aku mendengus kesal, bosan mendengarnya. Apalagi sudah 2 hari semenjak kepergian ustadz Arfa ke Bandung dia tidak mengabari ku sama sekali.
Hanya sekadar memberitahu dia sampai tujuan pun rasanya jarinya diberi beban berton-ton beratnya, sehingga sulit mengetikkan pesan untuk ku.
"Iya Abaaaaaangg."
Abang pergi berlalu setelah mengantarkan ku sampai dengan selamat di Kampus.
Aku mengangkat tangan hendak melambai pada Aisyah, namun gurat wajahnya begitu jelas nampak dia sangat marah. Apalagi dengan seorang lelaki yang mencoba mengejarnya.
"Aku bilang berhenti! Andai aku bisa ngulang waktu, aku gak akan pernah mau dekat sama kamu!" kata Aisyah menohok keras Azlan yang langsung terpaku diam.
"Gue kira lo rumah, Syah. Ternyata cuma ramah. Gue pergi kalau dihidup lo cuma bisa hadir orang yang sempurna." aku langsung menghampiri keduanya yang tiba-tiba terasa mencekam dipagi hari yang ikut mendung seperti ini.
Aku berhenti saat Aisyah mengusap air matanya, lalu Azlan yang tidak menunjukkan senyum ciri khasnya.
Ada apa ini?
Ini berbanding terbalik dari sikap mereka yang ku kenal biasanya.
Aku bergerak ingin mengejar Aisyah, tapi teringat jika Aisyah selalu membutuhkan waktu sendiri kalau keadaannya tidak membaik, dan akan mempersilahkan jika sudah membuka diri lagi.
Kaki ku melangkah menyusul Azlan dengan cepat, bahkan langsung memakai helmnya dengan amarah yang tertahan.
Tanpa aba-aba aku langsung naik dibelakang motornya, tak peduli. Yang terpenting Azlan pasti akan berhenti jika tahu aku dibelakangnya.
"Turun!" sarkasnya tajam.
"Kalau kamu pergi dalam keadaan marah Ara gak mau turun!" kata ku keras kepala. Lalu berpegangan erat ke bagian belakang motornya.
"Turun," kata Azlan lagi, namun aku masih tetap bertahan. "GUE BILANG TURUN ZAHRA!" bentak Azlan dan membantingnya helmnya kebawah.
Perlahan aku menarik lengan dengan gemetar. Aku menatap Azlan yang meluapkan amarahnya.
"A-Ara gak bisa tinggalin Azlan," cicit ku pelan, seumur-umur aku tidak pernah dibentak sampai seperti ini. Bahkan oleh Abang sekalipun.
Azlan mengusap wajahnya kasar, dia berjalan pergi meninggalkan ku.
Aku langsung turun dan pelan-pelan mengikutinya dari belakang, aku menahan napas sesaat dengan perasaan berkecamuk saat melihat langit mulai semakin mendung. Hal yang ku syukuri, aku tidak berada dalam mobil saat ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanyalah bukan Adalah (END✔)
Romance"Aku dan dia itu mempunyai banyak perbedaan, cuma satu kesamaan diantara kita. Kalau, kita sama-sama ingin bersatu dengan orang yang kita cintai. Perempuan yang dia cintai itu bukan aku, dan juga, laki-laki yang aku inginkan itu bukan dia." °°° Ri...