13

54.5K 2.8K 165
                                    

"Sok suci lo!" Seorang cowok dengan tangan di dalam saku kini berjalan, mendekati anak 10 IPA 1 yang hanya memasang wajah datar.

Keyla menggigit bibir takut, memperhatikan cowok itu yang sedang tersenyum miring. Aldo Lionel Siregar, namanya. Cowok yang tempo lalu sempat mengganggu Keyla.

"Kalian juga sama aja! Bahkan lebih parah!" ucap Aldo sambil menatap tajam manik semua anak laki-laki 10 IPA 1 secara bergantian. Kemudian memiringkan kepala dan tersenyum remeh.

"Maksud lo?" tanya Aron datar.

"Haha, lo gak nyadar ya? Kalian bahkan seenaknya ngerangkul mereka tanpa izin," jawab Aldo santai.

"Buat apa izin?" Meylin buka suara. Memainkan kuku jarinya yang sudah panjang. "Ini kayaknya enak banget buat nyakar cowok songong kayak lo."

"H-ha?" Aldo melongo, sedikit tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Belum jelas? Kuping lo budeg?" Suara Mutia terdengar meremehkan. Tak lupa memasang wajah angkuh lalu mengangkat dagu.

"Mau dibawa ke dokter THT? Oh, atau lo gak punya duit? Tenang, lo jangan khawatir! Gue yang biayain! Baik, kan gue?" timpal Shilla diakhiri seringai kecil setelahnya.

Aldo dibuat membisu sekarang. Ia sama sekali tak bisa berucap satu patah kata pun.

"Sekarang apa lagi? Mulut lo bisu?" sarkas Parsya.

"Pita suara lo udah putus? Atau tenggorokan lo sariawan? Ck! Nasib lo kok begini amat ya?" pungkas Tiar dengan dramatis.

Lagi dan lagi, Aldo dibuat terdiam. Niat awalnya ingin menjebak, nyatanya ia yang dijebak. Senjata makan tuan memang.

"Gue gak peduli!" ucap Aldo setelah sekian lama terdiam.

"Kita juga gak peduli," ucap Steve datar dan berhasil membuat Aldo naik pitam. Aldo segera menarik kerah baju Steve dan mendaratkan satu tinjuan di pipi putihnya.

Steve pun balas memukul Aldo melebihi apa yang Aldo lakukan padanya.

Aldo tertawa remeh, berjalan mendekati Steve lalu menepuk pundak cowok itu dengan pelan. Entah apa yang Aldo katakan, namun melihat dari perubahan ekspresi Steve, sepertinya itu adalah hal yang tidak bagus.

Sedetik kemudian, Steve kembali memukul Aldo. Melayangkan pukulan bertubi-tubi tanpa membiarkan adanya celah untuk pemuda Siregar itu.

Semua anak kelas sama sekali tak bergeming. Mereka hanya diam, menonton baku hantam ini dengan santai

Keyla panik. Terlebih saat Aldo berhasil membalas pukulan Steve tepat di perut.

"Kalian gak mau pisahin mereka?" tanya Keyla pada semua anak laki-laki.

"Biarin, Key," jawab Anan sambil menyeruput jus mangga milik Shilla.

"Iya, si Steve pasti menang." Kali ini Zanta yang berbicara. Cowok itu menopang dagu lalu kembali menonton.

"Iya, Keyla juga tau Steve bakal menang. Tapi masalahnya itu nyawa orang, Ya Allah!" Keyla sudah frustasi. Meringis menatap wajah babak belur kedua lelaki itu yang masih setia bergelut.

Aron beranjak dari duduk dan berjalan mendekat, mencoba melerai perkelahian antara Steve dan Aldo. Tapi keduanya masih tak menghentikan adu tinju mereka sekalipun Aron sudah mengancam akan memberitahu hal ini pada guru BK.

"Mereka gak mau," ucap Aron secara tak langsung meminta yang lain untuk ikut membantu meleraikan Steve dan Aldo.

Semua anak laki-laki 10 IPA 1 yang lainnya mencoba membantu meleraikan mereka berdua. Tapi nyatanya mereka malah terhanyut dengan perkelahian itu. Ditambah Aldo sering memancing emosi Steve. Tak peduli dengan kondisinya yang semakin memprihatinkan.

KEYLASYA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang